A.
Latar Belakang Masalah
Setiap organisasi atau perusahaan baik pemerintah
maupun swasta pada dasarnya merupakan suatu wadah yang menampung berbagai
potensi sumber daya manusia untuk bekerja bersama-sama, saling berhubungan,
saling bergantung dan tersusun dalam sebuah struktur yang terorganisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam hal ini, sumber daya manusia baik yang
menduduki posisi pemimpin atau anggota adalah faktor penting dalam setiap
organisasi atau perusahaan demi mencapai sasaran organisasi atau perusahaan
tersebut. Hal ini dikarenakan berhasil atau tidaknya suatu tujuan tersebut
bergantung dan dipengaruhi oleh sumber daya manusia didalamnya, selaku
pelaksana kerja.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak
lain. Keberhasilan seorang pemimpin tergantung kepada kemampuannya untuk
mempengaruhi itu. Dengan kata lain, kepemimpinan dapat diartikan sebagai
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik
langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang
tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia
mengikuti kehendak-kehendak pimpinan itu.[1]
Seorang pemimpin diharapkan memiliki kemampuan untuk
memimpin mengarahkan karyawan supaya maju dalam meraih dan mewujudkan
tujuan-tujuan yang diharapkan dan yang ingin dicapai bersama. Seorang pemimpin
juga merupakan bagian dari anggota karyawan yang tidak bisa dipisahkan. Apa
yang menjadi tanggung jawab pemimpin harus dijalankan dengan sebaik-baiknya
sehingga seorang pemimpin mampu menjadikan dirinya sebagai suri tauladan dan
panutan bagi karyawan yang dipimpinnya dalam rangka meraih tujuan bersama.
Dalam konteks pemimpin, Allah SWT berfirman dalam
Surah An-Nisa ayat 59 yang berbunyi :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# 4 y7Ï9ºs ×öyz ß`|¡ômr&ur ¸xÍrù's? ÇÎÒÈ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (Qs.An-Nisa:59).[2]
Dalam tafsir Al-Maraghi diterangkan bahwa ulil
amri yaitu para umara, hakim, ulama, panglima perang, dan seluruh
pemimpin dan kepala yang menjadi tempat kembali manusia dalam kebutuhan dan
maslahat umum. Apabila mereka telah menyepakati suatu urusan atau hukum, mereka
wajib ditaati dengan syarat mereka harus dapat dipercaya, tidak menyalahi
perintah Allah SWT dan sunnah rasul yang mutawwatir dan didalam membahas serta
menyepakati perkara mereka tidak ada pihak yang memaksa.[3]
Pemimpin harus mengutamakan loyalitas dan disiplin
kerja karena pemimpin adalah panutan dan suri tauladan dari seluruh karyawan
dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Bagaimana pemimpin bersikap,
bertingkah laku, berbicara dan saat pemimpin mengambil keputusan itu sangat
berpengaruh di mata karyawan sebagai contoh yang kemudian akan mereka tiru.
Mulai dari tingkat kedisiplinan pemimpian, kerapihan pemimpin dan loyalitas
pemimpin sangat berpengaruh pada reputasi perusahaan itu sendiri.
Berdasarkan wawancara
kepada .............................................................
B.
Pertanyaan Penelitian
C.
Tujuan
dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
D.
Penelitian Relevan
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pemimpin
1. Pengertian Pimpinan
Konsep “pemimpin berasal
dari bahasa asing “leader”. Pemimpin adalah orang yang paling
berorialisasi hasil di dunia, dan kepastian dengan hasil ini juga hanya positif
kalau seseorang mengetahui apa yang diinginkannya. Pemimpin adalah pioner
sebagai orang yang bersedia melangkah ke dalam situasi yang tidak diketahui.
Pemimpin yang mempunyai visi yang jelas dapat menjadi penuntun dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin.
Berdasarkan penjelasan
tentang definisi diatas dapat ditarik beberapa simpulan, yaitu bahwa :
a. Kepemimpinan meliputi penggunaan pengaruh dan bahwa
semua hubungan dapat melibatkan pimpinan.
b. Kepemimpinan mencakup pentingnya proses komunikasi.
Kejalasan dan keakuratan dari komunikasi mempengaruhi prilaku dan kinerja
pengikutnya.
c. Kepemimpinan memfokuskan pada tujuan yang dicapai.
Pemimpin yang efektif harus berhubungan dengan tujuan-tujuan individu, kelompok
dan organisasi.[4]
2. Kinerja Pimpinan dan Manager Dalam Islam
Pekerjaan pemimpin dalam
organisasi tak ubahnya melaksanakan fungsi-fungsi atau tugas-tugas kepemimpinan
organisasi. Dengan demikian, kesuksesan suatu organisasi sangat tergantung pada
kualitas kepemimpinan. Apakah dalam bisnis, pemerintahan, kedokteran, agama,
kualitas pemimpin akan menentukan kualitas organisasi itu sendiri. Pemimpin
yang sukses mengantisipasi perubahan, dengan sekuat tenaga memanfaatkan
kesempatan, memotivasi pengikut mereka untuk mencapai tingkat produktivitas
yang lebih tinggi, mengoreksi kinerja buruk, dan membawa organisasi ke arah
yang lebih baik. Prilaku kepemimpinan merupakan tindakan-tindakan spesifik
seorang pemimpin dalam mengarahkan dan mengoodinasikan kerja kelompok. Namum
dala kerangka ini perlu ditegaskan bahwa
proses kinerja spesifik pemimpin tersebut harus berlandaskan pada Al-Qur’an dan
hadis. Sebagaimana yang disebutkan dalam Surah An-Nisa ayat 59
yang berbunyi :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# 4 y7Ï9ºs ×öyz ß`|¡ômr&ur ¸xÍrù's? ÇÎÒÈ
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Qs.An-Nisa:59.[5]
Artinya, pada ayat tersebut ditegaskan bahwa manusia
beriman sebagai objek dari pendidikan ataupun subjek pendidikan harus mentaati
atau berpedoman pada Al-Qur’an dan hadis sebagai acuan normatif dan juga pada
ketetapan pemimpin selama tidak menyimpang dari Al-Quran dan Hadis.
3.
Fungsi
dan Metode Kepemimpinan
Seorang pemimpin yang
efektif adalah seorang pemimpin uang mampu menampilkan dua fungsi yaitu fungsi
tugas dan fungsi pemeliharaan
a. Fungsi Kepemimpinan
1) Fungsi tugas
Fungsi ini berhubungan
dengan suatu yang harus dilaksanakan untuk memilih dan mencapai tujuan secara
rasional, adapun fungsi-fungsi seorang pemimpin adalah :
a)
Menciptakan
kegiatan : tugas pemimpin adalah menetapkan deskriptif pekerjaan secara jelas
untuk karyawan dan bawahannya.
b)
Menjelaskan :
tugas pemimpin yang lain adalah menjelaskan apa saja yang dirasa belum jelas
oleh bawahanny, misalkan tentang tugas, kewajiban dan hak-hak bawahan.
c)
Mengevaluasi
; tugas pemimpin yang lain adalah mengevaluasi atau mengendalikan orang atau
kegiatan dengan harapan semua kegiatan orang dalam organisasi bergerak ke
tujuan yang telah ditetapkan dalam tahap penrencanaan dan dapat segera di
tanggulangi jika ada penyimpangan.
2) Fungsi Pemeliharaan
Berdasarkan dengan
kepuasaan emosi yang diperlukan untuk mengembankan dan memelihara kelompok,
masyarakat atau untuk keberadaan organisasi, adapun fungsi pemeliharaan seorang
pemimpin adalah:
a) Mendorong semangat: memotivasi karyawan agar selalu
bergairah dan bersemangat dalam bekerja, dengan demikian karyawan yang kinerja
baik menjadi tugas pemimpin, di samping juga tugas karyawan secara pribadi.
b) Menetapkan standar: standar kinerja harus
ditetapkan dari awal dan hal ini merupakan tugas pemimpin, tanpa sadar kinerja
jelas, karyawan tidak akan tahu apakah dia sudah bekerja dengan baik atau
belum.
c) Mengikuti: pemimpin tidak boleh lepas tangan begitu
saja setelah tugas didistibusikan, dia tetap harus menantau anak buahnya.
b. Metode kepemimpinan
4 metode kepemimpinan
yang telah mempengeruhi tindakan-tindakan setiap pemimpin yang sukses yaitu :
1)
Metode yang
pertama adalah memberi perintah, perintah itu dari situasi formal dan informal,
karena itu perintah adalah fakta fungsional pada organisasi, kedinasan atau
jawatan pemerintahan dan swasta, berbentukan intruksi, komanda, peraturan tat
tertib, standar praktek atau prilaku yang harus dipatuhi.
2)
Metode yang
kedua adalah memberikan celaan dan pujian. Celaan harus diberikan secara
objektif dan tidak bersifat subjektif, juga tidak disertai emosi-emosi yang
negatif (benci, dendam curiga, dan lain-lain).
3)
Metode yang
ketiga adalah memupuk tingkah laku pribadi yang benar, yaitu pemimpin harus
bersifat objektif dan jujur. Ia juga harus menjaukan diri dari rasa pilih kasih
atau fovoritismr, karena hal ini bisa menurunkan moral masyarakat lainnya,
selain itu juga masyarakat akan melihat segala sikap dan tingkah laku
pemimpinnya dari kebiasaan yang setiap saat dilakukan hingga hal-hal yang tidak
dilakukan sekalipun masyarakat akan selalu mengikutinya.
4)
Metode yang
keempat adalah peka terhadap saran-saran. Sifat pemimpin itu harus luwes dan
terbuka, dan peka pada saran-saran eksternal yang positif sifatnya. Dia harus
menghargai pendapat-pendapat orang lain, untuk kemudian mengombinakannya dengan
ide-ide sendiri. Dengan begitu dia bisa membangkitkan inisiatif anggota
masyarakat untuk memberikan saran-saran yang baik.[6]
B. Loyalitas
1. Pengertian Loyalitas
Loyalitas menurut Kamus
Besar Umum Bahsa Indonesia berarti taat, patuh,dan setia.[7] Loyalitas
atau kesetian merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penelitian
karyawan yang mencakup kesetiaan terhadap pekerjaannya, jabatannya dan
organisasi. Kesetiaan ini mencerminkan oleh kesedian karyawan menjaga dan
membela organisasi didalam maupun diluar pekerjaan dari orang yang tidak
bertanggung jawab.[8]
Loyalitas kepada
pekerjaan tercermin pada sikap karyawan yang mencurahkan kemampuan dan keahlian
yang dimiliki, melaksanakan tugas dengan tanggung jawab, disiplin serta jujur
dalam bekerja.[9]
Sikap karyawan sebagai bagian dari perusahaan yang paling utama adalah loyal.
Sikap ini diantaranya tercermin dari terciptanya suasana yang menenangkan dan
mendukung ditempat kerja, menjaga citra perusahaan dan adanya kesediaan untuk
bekerja dalam jangka waktu yang lebih panjang. Loyalitas karyawan ditunjukan
dengan komitmen karyawan di dalam peusahaan, komitmen dalam berorganissi dapat
terbentuk karena adanya beberapa faktor baik dari organisasi maupun individu
sendiri.[10]
Dari kesimpulan diatas
loyalitas adalah kesetiaan seorang karyawan terhadat perusahaan yang timbul
dengan sendirnya, bertahan dalam organisasi/perusahaan dan melakukan yang
terbaik untuk perusahaan.
2. Unsur-Unsur Loyalitas
Unsur-unsur loyalitas
adalah sebagai berikut.
a.
Ketaatan atau kepatuhan
Ketaatan
yaitu kesanggupan seorang pegawai untuk mentaati perintah dinas yang diberikan
atasan yang berwenang serta sanggup tidak melanggar larangan yang
ditentukan.Ciri-ciri ketaatan yaitu:
1)
Mentaati segala peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
2)
Mentaati perintah kedinasan yang
diberikan atasan yang berwenang dengan baik.
3)
Selalu mentaati jam kerja yang sudah ditentukan.
4)
Selalu memberikan pelayanan kepada
masyarakat dengan sebaik-baiknya.
b.
Bertanggung jawab
Tanggung
jawab adalah kesanggupan seorang karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang
diserahkan kepadanya dengan baik, tepat waktu, serta berani mengambil resiko
untuk keputusan yang dibuat atau tindakan yang dilakukan.
c.
Kejujuran
Kejujuran adalah keselarasan antara yang terucap
atau perbuatan dengan kenyataan. Ciri-ciri kejujuran yaitu:
1)
Selalu melakukan tugas dengan penuh
keikhlasan tanpa merasa dipaksa.
2)
Tidak menyalah gunakan wewenang yang ada padanya.
3)
Melaporkan hasil pekerjaan kepada atasan
apa adanya.[11]
3. Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas
Kerja
Loyalitas kerja akan
tercipta apabila karyawan merasa tercukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup dari
pekerjaannya, sehingga meraka betah bekerja dalam suatu perusahaan. Aspek-aspek
loyalitas kerja yang terdapat pada individu dikemukakan oleh Siswanto yang
menitik beratkan pada pelaksanaan kerja yang dilakukan karyawan ialah taat pada
peraturan, tanggung jawab, kemauan untuk bekerja sama, rasa memiliki, hubungan
antar pribadi, dan kesukaan terhadap pekerjaan. Selanjutnya Steers & Porter,Vannecia,
Eddy, dan Roy Setiawan menyatakan bahwa timbulnya loyalitas kerja dipengaruhi
oleh :[12]
a.
Karaktersitik pribadi
Karakteristik pribadi
merupakan faktor yang menyangkut karyawan itu sendiri yang meliputi usia, masa
kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, prestasi yang dimiliki, ras dan sifat
kepribadian.
b.
Karakteristik pekerjaan
Karakteristik pekerjaan
menyangkut pada seluk beluk perusahaan yang dilakukan meliputi tantangan kerja,
job stress, kesempatan untuk
berinteraksi sosial, identifikasi tugas, umpan balik dan kecocokan tugas.
c.
Karakteristik desain perusahaan
Karakteristik desain
perusahaan menyangkut pada intern perusahaan yang dapat dilihat dari
sentralisasi, tingkat formalitas, tingkat keikut sertaan dalam pengambilan
keputusan, paling tidak telah mengajukan berbagai tingkat asosiasi dengan
tanggung jawab perusahaan. Ketergantungan fungsional maupun fungsi kontrol
perusahaan.
d.
Pengalaman yang diperoleh dari
perusahaan
Pengalaman tersebut
merupakan internalisasi individu terhadap perusahaan setelah melaksanakan
pekerjaan dalam perusahaan sehingga menimbulkan rasa aman, merasakan adanya
keputusan pribadi yang dipenuhi oleh perusahaan. Berdasarkan faktor-faktor yang
telah diungkap diatas dapat dilihat bahwa masing-masing faktor mempunyai dampak
tersendiri bagi kelangsungan hidup perusahaan, sehingga tuntutan loyalitas yang
diharapkan oleh perusahaan, baru dapat terpenuhi apabila karyawan memiliki
karakteristik seperti yang diharapkan dan perusahaan sendiri telah mampu
memenuhi harapan-harapan karyawan.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi loyalitas tersebut meliputi adanya
fasilitas-fasilitas kerja, tunjangan kesejahteraan, suasana kerja, upah yang
diterima, karakteristik pribadi individu atau karyawan, karakteristik
pekerjaan, karakteristik desain perusahaan dan pengalaman yang diperoleh selama
karyawan menekuni pekerjaan itu.
C. Disiplin Kerja
1.
Pengertian
disiplin kerja
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan)[13].
Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manager untuk
berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu
perilaku serta sebagai upaya untuk meningkatkan kersadaran dan kesediaan
seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma–norma sosial yang
berlaku.
Disiplin kerja karyawan memerlukan alat komunikasi,
terutama pada peringatan yang bersifat spesifikasi terhadap karyawan yang tidak
mau merubah sifat dan prilakunya. Penegakan disiplin kerja karyawan biasanya
dilakukan oleh penyedia. Sedangkan kesadaran ialah sikap seseorang yang secara
sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawab.
2.
Bentuk–bentuk
disiplin kerja
Terdapat empat perspektif datar yang menyangkut
disiplin kerja yaitu :
a.
Disiplin
Retributif adalah berusaha menghukum
orang yang berbuat salah.
b.
Disiplin
korektif adalah berusaha membantu karyawan mengoreksi perilakunya yang tidak
tepat.
c.
Perspektif hak–hak
individu adalah berusaha melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan
disiplin.
d.
Perspektif
Utilitarian yaitu berfokus kepada penggunaan disiplin hanya pada saat
berkonsekuasi tindakan disiplin melebihi dampak- dampak negatifnya.[14]
3.
Mengatur dan
mengelola disiplin
Setiap manager harus dapat memastikan bahwa karyawan
tertib dalam tugas. Dalam kontes disiplin, makna keadilan harus dirawat dengan
konsistensi. Jika karyawan menghadapi tantangan tindakan disiplinner, pemberi
kerja harus dapat membuktikan bahawa karyawan yang terlibat dalam kelakuan yang
tidak patut dihukum. Untuk mengelola disiplin diperlukan adanya standar yang
digunakan untuk menentukan bahwa karyawan telah dipelakukan secara wajar.
a.
Standar Disiplin
Beberapa standar dasar disiplin berlaku bagi semua
pelanggaran aturan apakah besar atau kecil. Semua disipliner perlu mengikuti
prosedur minimum aturan komunikasi dan ukuran capaian. Tiap karyawan dan
penyedia perlu memahami kebijakan perusahaan serta mengikuti prosedur secara
penuh. Karyawan yang melanggar aturan diberi kesempatan untuk memperbaiki perilaku
mereka. Para maneger perlu mengumpulkan sejumlah bukti untuk membenarkan
disiplin.
b.
Penegakan
Standar Disiplin
Jika pencataan tidak adil atau sah menurut
undang-undang atau pengecualian ketatanegaraan sesuka hati. Untuk itu
pengadilan memerlukan bukti dari pemberi kerja untuk membuktikan sebelum
karyawan ditindak.[15]
4.
Hubungan
Disiplin dengan Produktivitas Kerja
Disiplin
kerja merupakan hal yang yang harus ditanamkan dalam diri tiap karyawan, karena
hal ini menyangkut tanggung jawab moral karyawan itu pada tugas kewajibannya.
Seperti juga suatu tingkah laku yang bisa dibentuk melalui kebiasaan. Selain
itu disiplin kerja dapat ditingkatkan apabila terdapat kondisi kerja yang dapat
merangsang karyawan untuk kedisiplinan. Disiplin adalah sikap kesediaan dan
kerelaan seseorang untuk mematuhi segala norma peraturan yang berlaku di
organisasi. Disiplin karyawan yang baik akan mempercepat tujuan organisasi,
sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat
tujuan.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis dan
Sifat Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research),
yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam
terhadap objek tertentu yang membutuhkan suatu analisa yang komprehensif serta
menyeluruh.[16]........................................
2.
Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Deskriptif
kualitatif yaitu penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain sebagainya.[17]
.....................................................
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
diperoleh.[18]
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa sumber data yaitu sumber
data primer dan sekunder. Adapun sumber data yang dimaksud adalah:
1.
Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan data yang didapat dari sumber
pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau
hasil pengisian kuisioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.[19]
2.
Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data penunjang yang
berkaitan dapat berupa buku-buku, dokumen-dokumen yang berupa hasil penelitian
dan hasil laporan.[20]
D. Teknik
Pengumpulan Data
1.
Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya
jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak
yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara.[21] Menurut prosedurnya,
wawancara terdiri dari 3 jenis: wawancara bebas (tak terpimpin), wawancara
terpimpin dan wawancara bebas terpimpin.[22]
...............................................................................
2.
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan
untuk penelitian sosial untuk menelusuri data historis.[23]
..............................................................................
D. Teknik
Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara.........................................................
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahmat Fathoni. Metodologi
Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011.
Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Terjemah
tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT.Toha Putra, 1996.
Baharudin. Kepemimpinan Pendidikan Islam Antara Teori
dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Beni Ahmad Saebani, Metodologi
Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Cholid Narbuko. Metodologi
Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2016.
Departemen Agama Republik
Indonesia. Al-Qur’an dan
Terjemahannya. Semarang: PT.Thoha Putra,1998.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus
Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Ke Empat. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2008.
F. Poerwopoespito. Mengatasi Krisis Manusia di Perusahaan.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004.
Haris Herdiansyah. Metodologi
Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika,
2010.
Hendi Suhendi dan Anggara. Prilaku Organisasi. Bandung: Pustaka
Setia, 2010.
Husein Umar. Metode Penelitian
untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Imam Gunawan. Metode Penelitian
Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Malayu S.P. Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Marchelle Soegandhi Vanneca et.al.
Pengaruh Kepuasan Kerja dan Loyalitas
Kerja Terhadap Prganizational Citizenship Behavior Pada Karyawan PT Surya Timur
Sakti jatim. Agora, NO. 1, 2013.
Panji Anoraga. Psikologi Kepemimpinan.
Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2003.
Poewardaarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 2004.
Rizal Veithzal. Manajemen Sumbe Daya Manusia Untuk
Perusahaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004.
Sugiono. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2013.
Suharsimi Arikunto. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.
Sutrisno Hadi. Metodologi
Reseach. Jakarta: Andi Offset, 1986.
Suwatno dan Doni Juni Priansa. Manajemen
SDM Dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung:Alfabeta 2014.
Gouzali Saydam. Manajemen Sumber Daya Manusia Humas
Resources Management Jilid 2. Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 2000.
[1] Panji Anoraga, Psikologi Kepemimpinan,
(Jakarta: PT.Rineka Cipta,2003), h.2.
[2] Departemen Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: PT.Thoha Putra,1998),
h.88.
[3] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah
tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT.Toha Putra,1996), h.119.
[4] Suwatno, Manajemen SDM Dalam
Organisasi Publik dan Bisnis, ( Bandung :Alfabeta , 2014), h.
140-141
[5] Baharudin, Kepemimpinan
Pendidikan Islam Antara Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), h. 179-180
[6] Suwatno, Manajemen SDM Dalam
Organisasi Publik dan Bisnis., h. 149-151
[7] Poewardaarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka,2004), h. 609.
[8] Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen
Sumber Daya Manusia Edisi Revisi ( Jakarta : Bumi Aksara, 2011), h. 95.
[9] F. Poerwopoespito, Mengatasi Krisis Manusia di Perusahaan (
Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), h. 214.
[10] Hendi Suhendi dan Anggara, Prilaku Organisasi ( Bandung : Pustaka
Setia,2010), h. 260.
[11] Gouzali Saydam, Manajemen Sumber Daya Manusia Humas
Resources Management Jilid 2 ( Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 2000), h.484.
[12] Marchelle Soegandhi Vanneca,dkk,
”Pengaruh Kepuasan Kerja dan Loyalitas
Kerja Terhadap Prganizational Citizenship Behavior Pada Karyawan PT Surya Timur
Sakti jatim”. Agora, NO. 1 (2013): h.3.
[13]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Ke Empat, (Jakarta :PT. Gramedia
Pustaka Utama,2008) h. 333.
[14] Rizal Veithzal, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), h. 444.
[15] Rizal Veithzal, Manajemen Sumber., h. 451- 452.
[16] Suharsini Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h.
11.
[17] Haris Herdiansyah, Metodologi
Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba
Humanika,2010), h.9.
[18] Suharsimi Arikunto,
Prosedur Penelitian., h. 172.
[19]Husein Umar, Metode Penelitian
untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.42.
[20] Beni Ahmad Saebani, Metodologi
Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 93.
[21]Abdurrahmat Fathoni, Metodologi
Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, ( Jakarta: PT Rineka Cipta,
2011), h.105.
[22] Cholid Narbuko, Metodologi
Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h.83.
[23] Imam Gunawan, Metode
Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014).,
h.177.
No comments:
Post a Comment