SIFAT-MAUSHUF
Sifat-Maushuf Dan Contoh Dalam Jumlah
Sifat-Maushuf
(Na’at-Man’ut)
|
Makna
|
Contoh
Dalam Jumlah
|
Makna
|
بَيْتٌ ضَغِيْرَةٌ
|
Seorang
gadis yang kecil
|
هِيَ بِنْتٌ صَغِيْرَةٌ
|
Dia
seorang gadis yang kecil
|
اَلْبِنْتَانِ الصَّغِيْرَتَانِ
|
Dua
orang gadis yang kecil
|
جَائَتْ اَلْبِنْتَانِ
الصَّغِيْرَتَانِ
|
Telah
datang dua orang gadis yang kecil
|
بَنَات صَغِيْرَات
|
Gadis-gadis
yang kecil
|
هُنَّ بَنَاتٌ صَغِيْرَاتٌ
|
Mereka
gadis-gadis yang kecil
|
رَجُل كَبِيْر
|
Seorang
laki-laki yang dewasa
|
كَانَ زَيْدٌ رَجُلاً كَبِيْرًا
|
Zaid
adalah seorang laki-laki yang dewasa
|
الرَّجُلاَنِ الْكَبِيْرَانِ
|
Dua
orang laki-laki yang dewasa
|
مَرَرْتُ بِالرَّجُلَيْنِ
الْكَبِيْرَيْنِ
|
Saya
berjalan dengan dua orang laki-laki yang dewasa
|
الْمُؤْمِنُوْنَ الصَّلِحُوْنَ
|
Orang-orang
beriman laki-laki yang soleh
|
صَامَ الْمُؤْمِنُوْنَ
الصَّالِحُوْنَ
|
Orang-orang
beriman laki-laki yang soleh berpuasa
|
Terdapat beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat al-shifat wa al-maushuf. Ketentuan yang dimaksud ada 11 yaitu:
1. Apabila yang disifatinya mudzakkar,
maka sifatnya juga harus mudzakkar. Contoh: حضر الطالب الجديد
2. Apabila yang disifatinya muannats,
maka sifatnya juga harus muannats. Contoh : حضرت الاستاذة الكريمة
3. Apabila yang disifatinya nakirah,
maka sifatnya juga harus nakirah. Contoh : حضر طالب جديد
4. Apabila yang disifatinya ma’rifah,
maka sifatnya juga harus ma’rifah. Contoh: جاء الاستاذ الكريم
5. Apabila yang disifatinya tunggal (mufrad),
maka sifatnya juga harus tunggal. Contoh: دخل الرجل السمين
6. Apabila yang disifatinya mutsanna,
maka sifatnya juga harus mutsanna. Contoh : دخل العميدان الكريمان
7. Apabila yang disifatinya jamak
berakal, maka sifatnya juga harus jamak. Contoh: جاء المديرون الكرام
8. Apabila yang disifatinya jamak tidak
berakal, maka sifatnya harus tunggal muannats. Contoh : شربت الجواميس الكبيرة
9. Apabila yang disifatinya marfu’, maka
sifatnya juga harus marfu’. Contoh: الموظف المجتهد نشيط
10.
Apabila
yang disifatinya manshub, maka sifatnya juga harus manshb. Contoh:
شربت
القهوة الساخنة
11. Apabila yang disifatinya majrur,
maka sifatnya juga harus majrur. Contoh: دخلنا على العميد الكريم
Kedudukan al-Maushuf dan I’rab
shifat-nya
Pada pembahasan
ini akan dijelaskan kedudukan maushuf dalam susunan kalimat, yang mana i’rab
sifatnya mengikuti maushuf-nya. Dalam beberapa keadaan, hubungan
antara maushuf dengan sifatnya tetap terpelihara, misalnya:
1. Sifat pada al-mubtada’. Dalam
hal ini kedudukan sifat mengikuti maushuf-nya, yaitu marfu’. Contoh:
الطالب الجديد حضر
2. Sifat pada al-khabar. Kedudukan
sifat dengan maushuf-nya sama seperti di atas, yaitu marfu’. Contoh:
هذا كتاب جديد
3. Sifat pada al-fa’il. Sebagaimana
halnya dengan al-mubtada’ dan al-khabar, sifat al-fa’il juga
mengikuti maushuf-nya dalam bentuk marfu’. Contoh: حضر الاستاذ الكريم
4. Sifat pada al-maf’ul bih. Dalam
hal ini kedudukan sifat mengikuti maushuf-nya, yaitu manshub. Contoh:
ساعدت الرجل الضعيف
5. Sifat pada isim majrur. Dalam hal ini
kedudukan sifat mengikuti maushuf-nya, yaitu majrur. Contoh: نظرت الى العامل القوى
Referensi
Mostafa Nuri, al-Arabiyyah al Muyassarah, Jakarta: Pustaka Arif, 2008
H. Chatibul Umam, Pedoman Dasar Ilmu Nahwu, Jakarta: 1987
versi doc.
Shifat Maushuf