head

Breaking News
Loading...
Monday, May 8, 2017

Efisiensi Alokasi Dan Distribusi Pendapatan (Efesinsi Dan Keadilan)

9:19 AM
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sudah menjadi kesadaran bagi kita bahwa setiap unit-unit ekonomi mesti mempunyai ikatan dengan
unit ekonomi yang lain sehingga pembahasan teori ekonomi tidaklah akan dirasa lengkap apa bila kita memberikan  penjelasan bagaimana keterkaitan yang jelas antara sektor rumah tangga, sektor produksi, sektor pembiayaan, dan lain sebagainya. Kalau dalam pembahasan sebelumnya kita memberikan perhatian pada satu aspek pasar saja dan sangat tergantung sekali dengan asumsi ceteris paribus maka untuk dapat menjawab dan memberikan pengetahuan bagaimana efesiensi alokasi dan distribusi pendapatan di masyarakat, maka perlu juga dimaksukan pembahasan analisis keseimbangan umum (general equilibrium analysis).
Dalam pembahsan bab-bab sebelumnya, hakikatnya keseimbangan yang dicapai baik pada fungsi konsumsi atau produksi dan lainnya adalah keseimbangan parsial. Ciri utama yang dapat kita rasakan adalah penggunaan asumsi yang luas (ceteris paribus), yang berarti “segenap hal yang lainnya dianggap tetap dan tidak memengaruhi inti pembahasan.” Sehingga pada analisis persial ini kita dapat memberikan perhatian pada satu pasar saja yang terisolasi dari pasar yang lainnya. Analisis keseimbangan umum memperhitungka atau mengakui keberadaan interaksi antara harga dengan kuantitas berbagai komoditi. Jika analisi keseimbangan persial tidak mengharuskan yang lain semua konstan, maka pada keseimbangan umum tidak memungkinkan dari semua hal lain tersebut berbeda atau berubah-ubah. Pasti ada yang bersifat given atau ada pula yang bersifat exogen.

B.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka akan timbul permasalahan sebagai berikut:
1.    Apakah pengertian efisiensi alokasi dan distribusi pendapatan (efesinsi dan keadilan) ?
2.    Apakah perbandingan konsepsi optimal  solution di antara ketiga sistem?

C.    Tujuan
Agar kita mengetahui pengertian efisiensi dan keadilan dalam berekonomi Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

EFESIENSI DAN KEADILAN
Efesiensi alokasi hanya penjelaskan bahwa bila semua sumber daya yang adahabis teralokasi, maka alokasi yang efesien tercapai. Tetapi tidak mengatakan apa pun perihal apakah alokasi tersebut adil. Para ekonom konvensional berbeda pandapat tentang distribusi yang adil:
1.    Konsep Egalitarian: setiap orang dalam kelompok masyarakat menerima barang sejumlah yang sama.
2.    Konsep Rawlsian: maksimalkan utility orang yang paling miskin (the least well off person)
3.    Konsep Utilitarian: maksimalkan total utility dati setiap orang dalam kelompok masyarakat
4.    Konsep Market Oriented: hasil pertukaran melalui mekanisme pasar adalah yang paling adil.

Dalam konsep ekonomi islam, adil adalah “tidak menzalimi dan tidak dizalimi.” Bisa jadi “sama rasa sama rata” tidak adil dalam pandangan Islam karena tidak memberikan insentif bagi orang yang bekerja keras. Lihat saja contoh Jono dan Kirun,alokasi akhir yang efesien tidak “sama rasa sama rata.” Malah bila dipaksakan “sama rasa sama rata” alokasinya tidak akan efesien karena mengabaikan kenyataan bahwa manusia mempunyai selera yang berbeda. Bisa jadi “you get what you deserve” tidak adil dalam pandangan islam karena orang yangendowementnya tinggi mempunyai posisi tawar yang lebih kuat dari pada yang endowmentnya kecil seingga yang kuat dapat menzalimi yang lemah.
Misalnya Umar ibn Khattab r.a menetapkan tarif kharaj (per jarib lahan) yang berbeda untuk lahan yang ditanami tanaman yang berbeda: untuk lahan yang ditanami gandum tarifnya satu dirham ditambah satu qafis; untuk buah-buahan tarifnya sepuluh dirham, untuk lada tarifnya lima dirham. Begitu pula dalam pembagian harta Baitul Maal, Umar r.a mengatur tunjangan per tahun keluarga Rsululah Saw. Abas ibn Abdul Muthalib mendapat 12.000 dirham, istri-istri Rasulullah  12.000 dirham, Safiyah ibn Abdul Mutalib 6000 dirham, Ali, Hasan, Husein, mujahid Bandar masing-masing 4000 dirham, kaum Anshar mujahid Uhud dan muhajirin ke Abisina seorang gembala di gurun Sinai pun mendapat bagiannya. Dengan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat, Imam Ali r.a merubah pengaturan Umar r.a ini menjadi tunjangan yang sama bagi setiap orang. Apa yang dilakukan oleh Umar r.a adalah untuk keadilan, dan apa yang dilakukan oleh Imam r.a adalah untuk keadilan. Dalam konsep islam, bukan “sama rata sama rasa” yang penting, bukan pula “ you get what you deserve” yang penting, tetapi yang penting adalah tidak ada yang dizalimi dan tidak ada yang menzalimi.
Lebih dari sekedar efesiensi dan keadilan, konsep ekonomi Islam juga mendorong pada upaya membesarkan endowment ( meningkatkan production possibility frontier ) atau dalam konteks ini membesarkan Edgeworth Box. Berkutat pada distribusi yang berkadilan saja berarti suatu zero sum geme. Misalnya utility Jono naik 5, utility Kirun turun 5, kenikan total utility  nihil. Oleh karena itu, konsep islam dalam mendorong terjadinya positive sum game. Misalnya Jono naik 5, utility  Kirun naik 5, kenaikan total utility 10. Jadi bukan hanya mempersoalkan bagaimana “kue” akan dibagi secara dil,namun juga bagaimana “kue” yang akan dibagi bertambah basar.

A.    Infak dan Maksimalisasi Utility
Dalam melakukan distribusi pendapatan yang berkeadilan, dapat saja pemerintahmemungut pajak atau zakat yang dapat dibayar dalam sistem ekonomi konvensional da dalam sistem ekonomi syariah. Namun, apakah pungutan wajib tersebut akan mengurangi utility dari orang yang membayarnya, atau malah meningkatkan utilitynya? Atau bagaimana kita dapat menerangkan perilaku yang memberikan donasi dalam sistem ekonomi konvensianal, atau infak sedekah dalam sistem ekonomi syariah? Bukankah keduanya tidak wajib? Tidak rasionalkah orang yang melakukannya?

Seperti yang sudah di jelaskan dalam Bab yang sebelumnya teteng Asumsi Rasionalisasi, diketahui bahwa dalam ekonomi konvensionaldikenal dua devinisi rasional, yaitu present-aim  dan self-interest. Dalam kebanyakan buku ekonomi konvensional definisi  present-aim  yang selalu digunakan. Selera pribadi diabaikan dan dianggap sebagai variabel exogenous, dan para ekonom konvesional menanggap bahwa tidak ada dasar logika untuk mempertanyakannya. Dalam devinisi present-aim yang penting tujuannya. Misalnya seorang yang mempunyai perilaku merusak dirinya sendiri, tingkah laku rasional baginya adalah bagaimana cara yang efesien tanpa mempermasalhkan tujuannya. Sedangkan dalam definisi self interest, diasumsikan motif (niat) lah yang mendorong ia melakukan suatu perbuatan.

Rationality  dalam rangka definisi self interest dapat menerangkan perilaku memberikan donasi, infak, sedekah, dan tindakan menolong lainnya. Misalnya Farhan  yang tidak saja memikirkan pendapatnya, tetapi juga memikirkan pendapatan Zahid. Secara matematis fungsi utility Farhan adalah:


Secara grafis keadaan ini di gambarkan dengan pendapatan Zahid pada sumbu X, dan pendapatan Farhan pada sumbu Y. Kurva indifference Farhan mempunyai slop negatif yang berarti ia dapat mentolerir pendapatannya berkurang untuk kenaikan pendapatan Zahid. Perhatikan pula bentuk utility function Farhan yang convex, yang menunjukan diminishing MRS, yaitu semakin besar pendapatan Farhan, semakin besar jumlah yang ingin diberikan kepada Zahid bertambah banyak.
Sekarang kita lihat budget constraint-nya, katakanlah pendapatan Farhan awalnya $50,000 per tahun dan Zahid $10,000 per tahun (titik A). Farhan dapat memilih titik A, atau ia dapat memberikan kepada Zahid. Setiap $1 yang ia keluarkan berarti Zahid mendapat $1. Dengan kata lain, slope budget constraint-nya adalah -1. Pada sumbu X pendapatan Zahid maksimal $60,000 (titik B) yaitu $10,000 di tambah infak dari Farhan $50,000. Secara metematis ditulis:


Bila Farhan tidak memberikanapapun maka MRSnya > 1 (pada titik A),dan tingkat utiliynya pada U1.  Bila Farhan memberikan sebagian pendapatannya ia dapat meningkatkan utilitynya menjadi tingkat U2 (titik C). Pada titik C, MRS Farhan sama dengan slope budget constraint-nya. Optimal solution bagi Farhan adalah memberikan infak $19,000 kepada Zahid.
Nah, bagaimana bila pendapatan Farhan dibawah $31,000? Misalnya pada titik D. Budget constraint-nya berawal dari titik D (sepanjang garis DB, bukan garis AB). Pada titik ini MRS nya < 1, sehingga optimal optimal solution bagi Farhan adalah tidak memberi apapun kepada Zahid. Optimal solution-nya adalah corner solution.

PERBANDINGAN KONSEPSI OPTIMAL  SOLUTION DI ANTARA KETIGA SISTEM
A.    Sistem Kapitalisme Klasik
Dalam ekonomi kapitalis diakuinya kepemilikan harta pribadi secara penuh dan tidak ada kebebasan yang sempurna. Sebagian dapat memperoleh kebebasan yang lebih dari pada yang lain. Di samping itu, juga ada trade-off antara equality dan efensiensi dalam alokasi sumber daya guna memaksimalisasikan adanya distribusi pendapatan yang tidak merata.
Dalam gambar dibawah diketahui bahwa tingkat produksi gandum sebesar OW*  dan produksi beras sebasar OR*. Segi empat OW*LR* adalah Edgeworth Box. Titik O adalah titik origin bagi A, oleh karenanya A akan memaksimalkan utility-nya dengan mendorong Ua sejauh mungkin dari titik O mrndekati titik L. Sedanglan bagi B, titik originya adalah L, oleh karenaya B akan memaksimalkan utilitynya denga mendorong Ub sejauh mungkin dari titik L mendekati titik O. Pareto optimal terjadi ada saat persinggungan U¬a dan Ub, pada saat itu MRSa= MRSb, yang digambarkan dengan price line LKLK. Price line  ini juga budget line A digabung dengan budget line B. Budget line A adalak KK, dan budget line B adalah LL. Oleh kerenanya slope MLM pada kurva production possibility frontier sama dengan slope kurva LKLK.
Pada titik Pereto optimal jumlah barang yang di produksi sama dengan jumlah konsumsi. Jumlah beras yang diproduksi adalah sejumlah OR* dan jumlah gandum yang diproduksi adalah sebesar OW*. Jumlah berasa yang dikonsumsi oleh A adalah Ora sedangkan jumlah berasa yang dikonsumsi oleh B adalah RaR*, sehingga total konsumsi beras adalah OR*. Jumlah gandum yang di konsumsi A adalah Oea dan jumlah gandum yang dikonsumsi B adalah WaW*, sehingga total konsumso gandum adalah OW*.
Gambar dibawah ini menunjukan kondisi optimal solution pada sistem ekonomi kapitalis.

B.    Sistem Sosialisasi Klasik
Sentralisasi yang digabungkan dengan kebijakan redistribusi oleh perencana sosialis akan menimbulkan masalah inefisiensi, produktifitas yang rendah, dan tidak adanya insentif untuk bekerja, yang di debabkan karena mengecilnya utility dan production possibility frontier.


Gambar bagian atas menunjukkan bahwa kesejahteraan maksimal terjadi pada titik E. Kombinasi selain E, tidak memberikan kesejahteraan maksimal. Pada gambar bagian bawah menunukkan bahwa produksi optimal terjadi titik L dimana beras di produksi sebesar R** dan gandum sebanyak W**.
Apabila perencana sosialis mempertahankan harga produk tetap, peningkatan endowmentB melalui kabijakan centralization-cum-redistribution membuat kenaikan tingkat kepuasan B dengan menambah jumlah output dengan tingkat kenaikan yang semakin menurun.
Pada herga tetap, penurunan endowment A akan menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan A dengan tingkat penurunan yang semakin bertambah.
Dalam sistem sosialis klasik, anggaplah initial endowment diubah oleh pemerintah dengan melakukan land-reform. Lahan A diambil sebagian untuk dibagikan kepada  B, sehinggan lahan yang memiliki A dan B sama besarnya. Secara grafris keadaan ini digambarkan pada kurva diatas.
Dari gambar di atas di ketahui bahwa tingkat produksi gandum sebesar OW** dan produksi beras sebesar OR**. Segi empat OW**LR** adalah Endgeworth Box. Titik O adalah titik origin bagi A, oleh karenanya A akan memaksimalkan utility-nya dengan mendorong Ua sejauh mungkin  dari titik O mendekati titik L. Sedangkan bagi B, titik origin nya adalah L, oleh karenanya B memaksimalkan utility-nya dengan mendorong Ub sejauh mungkin dari titik L mendekati titik O. Pareto optimal terjadi pada saat persinggungan Ua dan Ub. Pada saat itu MRSa = MRSb, yang di gambarkan dengan price line KK. Price line ini adalah juga budget line A di gabung dengan budget line B. Oleh karenanya slope MLM pada kurva produktion possibility frontier sama dengan slope kurva KK.
Pada titik pareto optimal jumlah barang yang diproduksi sama dengan jumah konsumsi. Jumlah yang diproduksi adalalh sejumlah OR** dan jumlah gandum yng diproduksi adalah sejumlah OW**. Jumlah beras yang dikonsumsi oleh A adalah Ora sedangkan jumlah beras yang dikonsumsi B adalah RaR**, sehingga tota konsumsi beras adalah OR*. Jumlah gandum yang dikonsumsi A adalah Owa dan jumlah gandum yang dikonsumsi B adalah WaW**, sehinga total konsumsi gandum adalah OW*.
C.    Perbandingan Sistem Kapitalis Dengan Sistem Sosialis
Perubahan sistem ekonomi kapitalis ke sistem sosialis menyebabkan pengembilan sebagian lahan A yang kemudian dibagikan B digambarkan dengan OA’ yang sama dengan OB’, seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini. Perubahan utility possibility frontier ini juga tecermin pada peubahan production possibility frontier, OR’ dan OW’.
Dengan perubahan ini titik persinggungan utility possibility pfontier dengan budget line (isowelfare) terjadi pada titik E. Perhatikan bahwa budget line baru yaitu I’I’ lebih rendah dubandungkan dengan budget line awal, berarti isowelfare baru lebih rendah dari pada isowelfare sebelum dilakukan land reform.


Dari gambar diatas jika terkihat bahwa berubahnya optimal solution pada titik E yang terletak pada isowelfare I’I’ (yang lebih rendah dari isowelfare awal II), maka budget line  baru yaitu M’L’M’ terletak lebih rendah dibandingkan budget line awalnya MLM. Jumlah beras yang dapat diproduksi naik dari OR menjadi OR’, sedangkan jumlah gandum yang dapat diproduksi turun dari OW menjadi OW’.
Upaya pemerataan kekayaan yang dilakukan ternyata menimbulkan masalah inefficiencies, produktifitas rendah, dan hilangnya insentif untuk bekerja, sehingga terjadi penurunan utility possibility frontier dan juga penurunan production frontier.Penyebabnya adalah :
1.    Jika pemerintah menjaga harga-harga konstan, maka kenaikan intial endowment B melalui land reform akan menaikan tingkat satisfaction B dengan pertambahan yang semakin kecil (increasing output decreasing rate). Pertambahan yang semakin kecil ini terjadi karena berkurangnya insentif untuk bekerja. Mengapa B kehilangan insentif untuk bekerja? Ini disebabkan oleh perilaku B yang tidak mau lagi menignkatkan produksinya ketika telah mencapai titik tertentu. Kengganan B ini disebabkan oleh dua hal:
  • Income effect yan dialami oleh A, sehingga A mengurangi dendamnya, dan selanjutnya mengurangi total demand.
  • Price ceiling yang ditentukan oleh pemerintah.
2.    Pada harga konstan, penurunan intial endowment  petani A akan menurunkan tingkat satisfactionnya dengan penurunan yang semakin basar (decreasing output at increasing rate). Menapa demikian? Proses redistribusi yang berpihak pada B ini sebenarnya telah menganggap bobot kepentingan B lebih tinggi dari pada bobot kepentingan A. Tindakan diskriminatif ini menimbulkan hilangnya motovasi dan insentif untuk bekerja pada petani A. Jadi petani A mengalami dua kali kekecewaan:
  • Pertama, output A turun karena penurunan intial endowmentnya
  • Kedua, output A mengalami penurunan yang semakin besar karena hilangnya insentif dan motivasi yang timbul akibat adanya perlakuan diskriminatif.
Jadi pemerataan kekayaan yang dilakukan dengan melakukan redistribusi kekayaan melalui land reform harus dibayar dengan:
1.    Cost of efficiency
2.    Cost of discrimination terhadap petani A

D.    Sistem Islami
Distribusi dan alokasi sumber daya dalam ekonomi islam sangat jelas dan penanganan masalah dapat dilakukan dengan teknik ekonomi dengan keuntungan maksimum.
Berikut ini akan diuraikan akibat penerapan sistem ekonomi islam dengan endowment yang sama rata maupun dengan endowment yang tidak sama rata.

    Endowment yang sama rata
Dalam islam, redistribusi kekayaan dilakukan sebagai sesuati kewajiban (misalnya zakat) dan sebagai suatu cara untuk meningkatkan utility (misalnya infak). Sebagai contoh ekstrim, katakanlah redistribusi kekayaan yang terjadi dalam sistem yang islami ini dilakukan dengan membagi kekayaan secara sama rata, meskipun tidak ada jumlah minimal dalam melakukan infak.
Redistribusi ini digambarkan dengan utility possibility frontier OA”OB”. Perubahan ini juga tercermin pada production frontier dengan budget line  terjadi pada titik E’. Perhatikan bahwa budget line baru yaitu I”I” lebih tinggi dibandingkan dua budget line lainnya II dan II’, yang berati isowelfare  dalam sistem islami dengan membagi kekayaan secara rata lebih superior daripada isowelfare sebelum dilakukan redistribusi kekayaan. Naiknya isowelfare ini juga tercermin pada diagram bawah dimana budget line M”L”M” terletak lebih tinggi dibandingkan budget line lainnya (MLM dan M’L’M). Jumlah beras yang dapat diproduksi meningkat mencapai OR” (OR” > OR), sedangkan jumlah gandum yang dapat diproduksi menurun mencapai OW” (OW” < OW).



E.    Superioritas Sistem Ekonomi Islam
Awan melakukan analisis perbandingan trade off efeciency dan equity antara sistem kapitalis, sosialis, dan islami, dengan menggunakan alat analisis utility possibility frontier dan production possibility frontier,  seperti yang telah di uraikan diatas.
Jika kita bandingkan ketiga sistem ekonomi, yaitu sistem kapitalis, sosialis, dan islam baik dengan endowment yang sama maupun endowment yang berbeda, jelas bahwa sistem ekonomi dapat mencapai equity dan efesiensi secara bersamaan.

Hal ini bisa dilihat pada isowelfare dan tingkat produksi dalam ekonomi islam yang lebih tinggi  dibanding dengan sistem ekonomi lainnya. Pencapaian ini karena:
1.    Dalam sistem kapitalis klasik, adanya initial endowment gap,dalam memanfaatkan sumber daya yang ada, petani A yang kaya mendapat marginal satisfavtion yang lebih kecil dibansinkan petani B yang miskin;
2.    Dalam sistem sosialis klasik, utility possibility frionteir dan production possibility frontier berada pada tingkat yang lebih rendah karena masalah inefisiensi, rendahnya produktifitas, dan berkirangnya insentif;
3.    Dalam sistem islami, nilai turunnya satisfaction lebih kecil dibandingkan naiknya sitisfaction. 


Dari gambar di atas dapat di lihat bahwa redistribusi ini di gambarkan dengan utility possobility frontier sistem ekonomi islam adalah OA”OB”. Perubahan ininjua tercermin pada production frontier OR”OW”. Dalam sistem ekonomi islam baik dengan endowment yang sama maupun dengan endowment yang berbeda, perubahan titik persinggungan utility possibility frontier dengan budget line terjadi pada titik E’. Perhatikan bahwa budget line baru yaitu I”I” (sistem ekonomi islam) lebih tinggi di bandingkan dua budget line lainnya: II (sistem kapitalis) dan I’I’ (sistem sosialis), yang berarti isowelfare dalam sistem islami lebih superior daripada isowelfare lainnya. Naiknya isowelfare ini juga tercermin dalam diagram bahwa dimana budget line M”L”M” (sistem ekonomi islam untuk kedua jenis endowment) terletak lebih tinggi dibandingkan budget line lainnya: MLM (sistem kapitalis) dan M’L’M’ (sistem sosialis). Jumlah beras yang dapat diproduksi dengan sistem ekonomi islam mencapai OR” dimana OR” > OR’ > OR, sedangkan jumlah gandum dapat diproduksi mencapai OW” dimana Ow” > OW’ dan OW” < OW. Besarnya penurunan jumlah gandum yang diproduksi dalam sistem islam dibandingkan dengan sistem kapitalis, jauh lebih kecil dibanding dengan naiknya satisfaction.

Petani A yang kaya bukan saja memiliki intial endowment  yang lebih besar daripada petani B yang miskin, namun petani A juga mempunyai relasi bisnis dan pengalaman bisnis yang lebih luas daripada petani B, dan oleh karennya lebih ahli dalam melakukan bisnis. Ibaratkan dua orang yang sedang bertanding adu lari, si A adalah juara PON sedangkan si B adalah pegawai kantoran yang jarang berolah raga. Dalam sistem kapitalis, bukan saja si A lebih ahli dalam berlari, tetapi garis start lari si A berada 50 meter didepan si B. Ini menyebabkan kesenjangan antara si A dan si B semakin besar.
Dalam sistem sosialis klasik redistribusi kekayaan yang dilakukan, baratnya dalam pertandingan lari ini, si A harus mundur garis start yang sama. Namun lebih dari itu, si A bergandengan tangan dengan si B dalam pertandingan lari tersebut. Hal ini yang membuat motivasi dan insentif si A menjadi hilang. Tentu saja si B gembira dengan keadaan itu karena ia selalu bersama sepanjang pertandingan. Namun, kegembiraan si B jauh lebih kecil daripada kekesalan A.
Dalam sistem islami, kalaupun si A mundur dan mulai dengan garis start yang sama, si A tidak perlu bergandengan tangan dalam pertandingan tersebut. Dalam hal ini si A tetap gembira, dan si B pun gembira.


KESIMPULAN

1.    Pengertianefesiensi alokasi hanya penjelaskan bahwa bila semua sumber daya yang ada habis teralokasi, maka alokasi yang efesien tercapai.
2.    Perbandingan perbandingan konsepsi optimal  solution di antara ketiga sistem

a.    Sistem Kapitalisme Klasik
Dalam ekonomi kapitalis diakuinya kepemilikan harta pribadi secara penuh dan tidak ada kebebasan yang sempurna. Sebagian dapat memperoleh kebebasan yang lebih dari pada yang lain. Di samping itu, juga ada trade-off antara equality dan efensiensi dalam alokasi sumber daya guna memaksimalisasikan adanya distribusi pendapatan yang tidak merata.
b.    Sistem Sosialisasi Klasik
Sentralisasi yang digabungkan dengan kebijakan redistribusi oleh perencana sosialis akan menimbulkan masalah inefisiensi, produktifitas yang rendah, dan tidak adanya insentif untuk bekerja, yang di debabkan karena mengecilnya utility dan production possibility frontier.
c.    Perbandingan Sistem Kapitalis Dengan Sistem Sosialis
Perubahan sistem ekonomi kapitalis ke sistem sosialis menyebabkan pengembilan sebagian lahan A yang kemudian dibagikan B digambarkan dengan OA’ yang sama dengan OB’, seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini. Perubahan utility possibility frontier ini juga tecermin pada peubahan production possibility frontier, OR’ dan OW’.


DAFTAR PUSTAKA

    Karim, Adiwarman A., Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, Edisi ketiga.

0 comments:

 
Toggle Footer