head

Breaking News
Loading...
Tuesday, April 11, 2017

Shifat Maushuf

7:38 AM

SHIFAT ( صِفَة ) dan MAUSHUF ( مَوْصُوْف )

Bila rangkaian dua buah Isim atau lebih, semuanya dalam keadaan Nakirah (tanwin) atau semuanya dalam keadaan Ma'rifah
(alif-lam) maka kata yang di depan dinamakan Maushuf (yang disifati) sedang yang di belakang adalah Shifat.
Contoh:
بَيْتٌ جَدِيْدٌ
= (sebuah) rumah baru
اَلْبَيْتُ الْجَدِيْدُ
= rumah yang baru
بَيْتٌ كَبِيْرٌ وَاسِعٌ
= (sebuah) rumah besar lagi luas
اَلْبَيْتُ الْكَبِيْرُ الْوَاسِعُ
= rumah yang besar lagi luas

SIFAT-MAUSHUF
Sifat-Maushuf Dan Contoh Dalam Jumlah


Sifat-Maushuf
(Na’at-Man’ut)
Makna
Contoh Dalam Jumlah
Makna
بَيْتٌ ضَغِيْرَةٌ
Seorang gadis yang kecil
هِيَ بِنْتٌ صَغِيْرَةٌ
Dia seorang gadis yang kecil
اَلْبِنْتَانِ الصَّغِيْرَتَانِ
Dua orang gadis yang kecil
جَائَتْ اَلْبِنْتَانِ الصَّغِيْرَتَانِ
Telah datang dua orang gadis yang kecil
بَنَات صَغِيْرَات
Gadis-gadis yang kecil
هُنَّ بَنَاتٌ صَغِيْرَاتٌ
Mereka gadis-gadis yang kecil
رَجُل كَبِيْر
Seorang laki-laki yang dewasa
كَانَ زَيْدٌ رَجُلاً كَبِيْرًا
Zaid adalah seorang laki-laki yang dewasa
الرَّجُلاَنِ الْكَبِيْرَانِ
Dua orang laki-laki yang dewasa
مَرَرْتُ بِالرَّجُلَيْنِ الْكَبِيْرَيْنِ
Saya berjalan dengan dua orang laki-laki yang dewasa
الْمُؤْمِنُوْنَ الصَّلِحُوْنَ
Orang-orang beriman laki-laki yang soleh
صَامَ الْمُؤْمِنُوْنَ الصَّالِحُوْنَ
Orang-orang beriman laki-laki yang soleh berpuasa


Terdapat beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat al-shifat wa al-maushuf. Ketentuan yang dimaksud ada 11 yaitu:
1.   Apabila yang disifatinya mudzakkar, maka sifatnya juga harus mudzakkar. Contoh: حضر الطالب الجديد 
2.  Apabila yang disifatinya muannats, maka sifatnya juga harus muannats. Contoh : حضرت الاستاذة الكريمة 
3.  Apabila yang disifatinya nakirah, maka sifatnya juga harus nakirah. Contoh : حضر طالب جديد 
4.  Apabila yang disifatinya ma’rifah, maka sifatnya juga harus ma’rifah. Contoh: جاء الاستاذ الكريم 
5.  Apabila yang disifatinya tunggal (mufrad), maka sifatnya juga harus tunggal. Contoh: دخل الرجل السمين 
6.  Apabila yang disifatinya mutsanna, maka sifatnya juga harus mutsanna. Contoh : دخل العميدان الكريمان 
7.  Apabila yang disifatinya jamak berakal, maka sifatnya juga harus jamak. Contoh: جاء المديرون الكرام 
8.  Apabila yang disifatinya jamak tidak berakal, maka sifatnya harus tunggal muannats. Contoh : شربت الجواميس الكبيرة 
9.  Apabila yang disifatinya marfu’, maka sifatnya juga harus marfu’. Contoh: الموظف المجتهد نشيط 
10.    Apabila yang disifatinya manshu­b, maka sifatnya juga harus mansh­b. Contoh: شربت القهوة الساخنة 
11. Apabila yang disifatinya majrur, maka sifatnya juga harus majrur. Contoh: دخلنا على العميد الكريم

Kedudukan al-Maushuf dan I’rab shifat-nya

Pada pembahasan ini akan dijelaskan kedudukan maushuf dalam susunan kalimat, yang mana i’rab sifatnya mengikuti maushuf-nya. Dalam beberapa keadaan, hubungan antara maushuf dengan sifatnya tetap terpelihara, misalnya:

1.   Sifat pada al-mubtada’. Dalam hal ini kedudukan sifat mengikuti maushuf-nya, yaitu marfu’. Contoh: الطالب الجديد حضر

2.   Sifat pada al-khabar. Kedudukan sifat dengan maushuf-nya sama seperti di atas, yaitu marfu’. Contoh: هذا كتاب جديد


3.   Sifat pada al-fa’il. Sebagaimana halnya dengan al-mubtada’ dan al-khabar, sifat al-fa’il juga mengikuti maushuf-nya dalam bentuk marfu’. Contoh: حضر الاستاذ الكريم

4.   Sifat pada al-maf’ul bih. Dalam hal ini kedudukan sifat mengikuti maushuf-nya, yaitu manshub. Contoh: ساعدت الرجل الضعيف

5. Sifat pada isim majrur. Dalam hal ini kedudukan sifat mengikuti maushuf-nya, yaitu majrur. Contoh: نظرت الى العامل القوى 


Referensi
Mostafa Nuri, al-Arabiyyah al Muyassarah, Jakarta: Pustaka Arif, 2008

H. Chatibul Umam, Pedoman Dasar Ilmu Nahwu, Jakarta: 1987 

versi doc.
Shifat Maushuf
 
Toggle Footer