KATA PENGHANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehinggan saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah
Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehinggan saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “SAINS DUNIA ISLAM MASA KINI”.
Dengan tersusunnya makalah ini,saya sebagai penyusun berharap setiap orang yang membaca makalah ini dapat mengambil sedikit ilmu ataupun manfaatnya. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bermanfaat selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata,saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam menyusun makalah ini dari awal hingga akhir.Semoga ALLAH SWT senantiasa meridhoi segala usaha saya.amin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGHANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
PEMBAHASAN
A.Sains dalam Islam
B.Islam dan Sains
C.Bolehkah ada Sains dalam Islam?
D.Apakah Sains Modern itu Sains Barat
E.Pertentangan di antara sains dan Kristian di zaman pertengahan
F.Pembentukan Kebudayaan Islam Suatu Tinjauan Historis-Filosofis
G.Hubungan antara Golongan Islam Modern dan Tradisi
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Kemauan umat Islam untuk menengok dunia sains tidak semulus yang dibayangkan. Perdebatan mulai timbul seputar apakah sains bisa ditoleran atau berjalan harmonis dengan iman. Hal ini dikarenakan munculnya pertanyaan-pertanyaan seputar apakah sains merupakan gejala universal atau sebagai produk Barat yang sedang melakukan proses untuk dijadikan peradaban universal. Kalau jawabannya yang pertama, tentu saja tidak ada alasan untuk menolak sains, entah karena pemikiran ilmiah, saintis atau modernis adalah satu fase sejarah yang niscaya dilewati oleh manusia.
Islam pun pernah mengalami kemegahan sains disaat dunia Barat mengalami kegagalan. Namun seringkali pertanyaan kedua yang cukup ideologis yang menjebak penolakan umat Islam terhadap sains. Bahwa sains adalah produk Barat dan apapun yang datang dari Barat adalah tercela. Jika demikian tidaklah berlebihan apabila muncul sains Islam, sains dunia ketiga dan sains lainnya sebagai penolakan atas sains Barat. Sepintas memang kehadiran sains dalam Islam lebih mudah diamati daripada diperdebatkan. Seradikal apapun salah satu golongan yang menolak sains modern dalam kesehariannya tidak bias dilepaskan dengan saran sains.
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains)¹. Al-Qur‟an dan al-Sunnah mengajak kaum Muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Sebagian dari ayat-ayat al-Qur‟an dan al-Sunnah yang relevan akan disebutkan di dalam pembahasan masalah ini.
Di dalam al-Qur‟an, kata al-„ilm dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali (Ghulsyani 2001). Beberapa ayat pertama, yang diwahyukan kepada Rasulullah Saw., menyebutkan pentingnya membaca, pena, dan ajaran manusia:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS. al-Alaq/ 96: 1-5)
Dan tentang penciptaan Adam, al-Qur‟an mengatakan bahwa malaikat pun disuruh bersujud di hadapan Adam setelah Adam diajari nama-nama:
Dan Dia mengajarkan Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat dan berfirman:
“sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu, jika kamu memang orang yang benar!” Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana”. (QS. al-Baqarah/2: 31-32)
Al-Qur‟an mengatakan bahwa tidak sama, antara mereka yang mengetahui dengan mereka yang tidak mengetahui: “Katakanlah: „Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?‟.” (QS. Az-Zumar/39: 9)
Dan hanya orang yang belajarlah yang memahami: “Dan perumpamaanperumpamaan
ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya, kecuali
orang-orang yang berilmu.” (QS. al-Ankabut/29: 43)
Dan hanya orang-orang yang berilmulah yang takut kepada Allah:
“…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama…” (QS. Fatir/35: 28)
Di dalam hadits Nabi juga ada pernyataan yang memuji ilmu dan orang yang
terdidik. sejumlah hadits mengenai hal ini dinisbahkan kepada Nabi Saw. yang beberapa
di antaranya kami kutip di bawah ini:
“Mencari ilmu wajib bagi setiap Muslim.”
“Carilah ilmu walaupun di negeri Cina.”
“Carilah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat.”
“Para Ulama itu adalah pewaris para Nabi.”
“Para Hari Kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan darah syuhada, maka tinta
ulama dilebihkan dari darah syuhada.”
Masa depan kemanusiaan dan sains berkait rapat.Sains yang dipandu oleh prinsip moral yang sejagat menentukan kelangsungan hidup manusia yang bertamaddun di dunia ini.Dengan sains manusia dapat berhadapan dengan angin dan ribut, penyakit-penyakit dan kepercayaan tahyul (atau superstitions) yang menghantui manusia.
berbagai tentangan terhadap sains telah berlaku dari semenjak dahulu kala lagi, terutamanya dengan kepercayaan agama bahawa sains adalah ilmu yang tidak mempercayai agama.Sains pernah dikatakan memusnahkan nilai-nilai moral beragama.
Disamping itu,kekecewaan yang ketara terhadap apa yang dijanjikan oleh sains untuk memberi kesejahteraan kepada manusia sejagat.Sains telah menjadikan globalisasi dunia, tetapi sains masih gagal untuk menyatu padukan manusia.Kita kini hidup di dalam suasana pencemaran alam yang membahayakan di mana sistem ekologi telah dimusnahkan oleh sisa tamaddun industri.Kerap kali manusia yang mempunyai agenda cita-cita ketenteraan menilaikan sains untuk membuat reka bentuk yang membahayakan manusia.
Justru, sains jika disalahgunakan boleh merusakkan peradaban manusia.Kelahiran sains moden telah bermula sejak dari zaman tamaddun Islam lagi tetapi pemuncaknya ialah metodologi yang lebih saintifik dalam membuat ujian, penemuan dan ciptaan.Selepas Copernicus, seorang ahli astronomi berbangsa Poland, dunia tidak lagi dianggap sebagai pusat cakerawala tetapi hanyalah sebuah dari banyak planet yang mengelilingi sebuah bintang di satu sudut galaksi.
Manusia mula menyadari bahawa mereka bukanlah pusat segala ciptaan, tetapi hampir tidak bermakna jika dibandingkan dengan ciptaan alam semesta ini.Terdapat banyak lagi ahli-ahli dalam bidang-bidang sains yang berjaya membuat penemuan baru selepas mereka bebas dari cengkaman kuasa gereja Kristian di zaman pertengahan.Dengan penemuan-penemuan yang baru dalam Revolusi Saintifik, maka lumpuhlah kuasa Gereja dan seterusnya menukar konsep Tuhan di dalam theologi Kristian. Anehnya, penemu-penemu tersebut (seperti Descartes, Galileo, Voltaire dan Newton) bukanlah orang yang tidak beragama. Sebaliknya mereka juga penganut agama Kristian yang kuat. Malah mereka berpendapat bahawa hukum alam ini tidak akan sempurna tanpa wujudnya satu Tuhan atau Pencipta.
Tetapi bagi mereka Tuhan ini berbeza dengan Tuhan yang mereka pernah pelajari yang tugasnya hanya memakbul doa manusia yang meminta atau melakukan mukjizat untuk orang-orang tertentu.Mereka kini mempercayai bahawa Pencipta itu adalah yang mengatur pergerakan alam yang amat kompleks ini mengikut hukum-hukum tertentu.
Dalam sejarah Islam, awalnya berkembang pemikiran rasional. Tetapi kemudiaan berkembang pemikiran tradisional. Pemikiran rasional berkembang pada Zaman Klasik Islam (650-1250 M) sedangkan pemikiran tradisioanol berkembang pada Zaman Pertengahan Islam (1250-1800 M).
Pemikiran rasional dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti terdapat dalam Al-Quran dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada dikota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Aleksandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syria), dan Bactra (Persia). Disana memang telah berkembang pemikiran rasional Yunani.
Pertemuan Islam dan Peradaban Yunani ini melahirkan pemikiran rasional dikalangan ulama Islam Zaman Klasik. Di Yunani tidak dikenal dengan agama samawi,maka pemikiran bebas, tanpa terikat pada ajaran-ajaran agama, tumbuh dan berkembang. Sementara pada Zaman Islam Klasik, pemikiran rasional agama terikat pada ajaran-ajaran agama Islam sebagaimana yang terdapat pada Al-Quran dan hadis.
Oleh karena itu, kalau di Yunani berkembang pemikiran rasional yang sekular, maka dalam Zaman Islam Klasik berkembang pemikiran rasional yang agamis. Pemikiran ulama filsafat dan ulama sains,sebagaimana halnya pada para ulama dibidang agama sendiri, terikat pada ajaran-ajaran yang terdapat dalam kedua sumber utama tersebut. Dalam sejarah peradaban Islam, pemikiran para filosof dan penemuan-penemuan ulama sains tidak ada yang bertentangan dengan Al-Quran dan hadis. Filsafat dan sains berkembang dengan pesat di Dunia Zaman Islam Klasik ini disamping ilmu-ilmu agama seperti tefsir, hadis, akidah, ibadah, muamalah, tasawuf dan sebagainya. Perkembangan yang pesat ini bukan hanya di Dunia Islam bagian Timur yang berpusat di Baghdad, tetapi juga di Dunia Islam bagian Barat, yakni Andalusia (Spanyol Islam) dengan kedua kotanya; Cordoba dan Sevilla.
Di Zaman Islam Klasik, Eropa sedang berada pada Zaman Pertengahan yang terbelakang. Tidak mengherankan jika orang-orang Eropa dari Italia, Prancis, Inggris dan lain-lain berdatangan ke Andalusia untuk mempelajari sains dan filsafat yang berkembang dalam Islam. Kemudian mereka pulang ketempat masing-masing membawa ilmu yang mereka peroleh. Buku-buku ilmiah Islam mereka terjemahkan kedalam bahasa Latin.
Melalui mereka, pemikiran rasional Islam yang agamis itu beserta sains dan filsafatnya dibawa ke Eropa, tetapi disana menghadapi tantangan dari gereja. Pertentangan itu membuat ulama sains dan filsafat Eropa melepaskan diri dari gereja dan pemikiran rasional disana berkembang terlepas dari ikatan agama. Pemikiran rasional di Eropa pada Zaman Renaisans dan Zamn modern kembali menjadi sekular seperti di Zaman Yunani sebelum filsafat, sains dan teknologi di Eropa sebagaimana yang kita saksikan sekarang ini.
Ketika pemikiran rasional Islam pindah ke Eropa dan berkembang disana, di Dunia Islam Zaman Pertengahan berkembang pemikiran tradisional, menggantikan pemikiran rasional tersebut. Dalam pemikiran tradisional ini, para ulama bukan hanya terikat pada Al-Quran dan hadis, tetapi juga pada ajaran hasil ijtihad ulama Zaman Klasik yang amat banyak jumlahnya. Oleh karena itu, ruang lingkup pemikiran ulama Zaman Pertengahan amat sempit. Mereka tidak punya kebebasan berfikir. Akibatnya sains dan filsafat bahkan juga ilmu-ilmu agama tidak berkembang di Dunia Islam Zaman Pertengahan. Filsafat dan sains hilang dari peredaran. Ini bertentangan sekali dengan keadaan di Eropa Zaman Modern seperti yang telah disinggung diatas, filsafat dan sains amat pesat berkembang dan jauh melampaui capaian Dunia Islam.
Ketika Umat Islam Timur Tengah menjalin kontak dengan Barat pada abad kedelapan belas M. Mereka sangat terkejut dengan kemajuan Eropa. Mereka tidak menyangka bahwa Eropa yang belajar dari mereka pada abad kedua belas dan abad ketiga belas telah maju bahkan mengalahkan mereka dalam peperangan-peperangan seperti yang terjadi antara Kerajaan Turki’Utsmani dan Eropa Timur.
Hal ini membuat ulama-ulama abad kesembilan belas merenungkan apa yang perlu dilakukan umat Islam untuk mencapai kemajuan kembali sebagaimana kemajuan umat Islam Zaman Klasik dulu. Maka lahirlah pembaruan Islam di Mesir seperti Al-Tahthawi, Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani; di Turki dengan tokoh-tokohnya seperti Mehmet Sedik Rifat, Nemik Kamal dan Zia Gokalp; di India seperti Ahmad Khan, Ameer Ali, dan Muhammad Iqbal. Semua pembaru ini berpendapat bahwa untuk mengejar ketinggalan itu, umat Islam harus menghidupkan kembali pemikiran rasional agamis Zaman Islam Klasik dengan perhatian yang besar pada sains dan teknologi. Abad kesembilan belas ini dianggap sebagai permulaan Zaman Modern Dunia Islam.
Sejak abad kesembilan belas inikembali tumbuh di Dunia Islam pemikiran rasional yang agamis dengan perhatian pada filsafat, sains dan teknologi. Diabad kedua puluh perkembangan itu lebih maju lagi, lahir interpretasi rasional dan baru atas Al-Quran dan hadis. Pemikiran tradisional Islam segera mendapat tantangan dari pemikiran rasional agamis ini.
Dalam pemikiran rasional agamis manusia punya kebebasan dan akal punya kedudukan tinggi dalam memahami ajaran-ajaran Al-Quran dan hadis. Kebebasan hanya terikat pada ajaran-ajaran absolut kedua sumber utama itu,yakni ajaran-ajaran yang disebut dalam istilah qath’iy al-wurud dan qath’iy al-dalalah. Maksudnya ayat Al-Quran dan hadis ditangkap sesuai dengan pendapat akal. Dengan demikian timbullah interpretasi yang bercorak majazi atau metaforis dari teks ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam kedua sumber itu. Dengan kata lain, dalam pemikiran rasional agamis diusahakan pemahaman ayat dan hadis sedemikian sehingga sesuai dengan pendapat akal dengan syarat tidak bertentangan dengan ajaran absolut tersebut.
Dalam pemikiran tradisional, peran akal tidak begitu menentukan dalam memahami ajaran Al-Quran dan hadis. Seperti telah disinggung diatas, pemikiran tidak hanya terikat pada Al-Quran dan hadis, tetapi juga pada ajaran-ajaran hasil ijtihad ulama Zaman Klasik yang jumlahnya sangat banyak. Disamping itu, pemikiran tradisional terikat pada arti lafzbi dari teks ayat Al-Quran dan hadis. Pemikiran tradisional itu sulit menyesuaikan diri dengan perkembangan modern sebagai hasil dari filsafat, sains dan teknologi.
HALAMAN JUDUL
KATA PENGHANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
PEMBAHASAN
A.Sains dalam Islam
B.Islam dan Sains
C.Bolehkah ada Sains dalam Islam?
D.Apakah Sains Modern itu Sains Barat
E.Pertentangan di antara sains dan Kristian di zaman pertengahan
F.Pembentukan Kebudayaan Islam Suatu Tinjauan Historis-Filosofis
G.Hubungan antara Golongan Islam Modern dan Tradisi
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Kemauan umat Islam untuk menengok dunia sains tidak semulus yang dibayangkan. Perdebatan mulai timbul seputar apakah sains bisa ditoleran atau berjalan harmonis dengan iman. Hal ini dikarenakan munculnya pertanyaan-pertanyaan seputar apakah sains merupakan gejala universal atau sebagai produk Barat yang sedang melakukan proses untuk dijadikan peradaban universal. Kalau jawabannya yang pertama, tentu saja tidak ada alasan untuk menolak sains, entah karena pemikiran ilmiah, saintis atau modernis adalah satu fase sejarah yang niscaya dilewati oleh manusia.
Islam pun pernah mengalami kemegahan sains disaat dunia Barat mengalami kegagalan. Namun seringkali pertanyaan kedua yang cukup ideologis yang menjebak penolakan umat Islam terhadap sains. Bahwa sains adalah produk Barat dan apapun yang datang dari Barat adalah tercela. Jika demikian tidaklah berlebihan apabila muncul sains Islam, sains dunia ketiga dan sains lainnya sebagai penolakan atas sains Barat. Sepintas memang kehadiran sains dalam Islam lebih mudah diamati daripada diperdebatkan. Seradikal apapun salah satu golongan yang menolak sains modern dalam kesehariannya tidak bias dilepaskan dengan saran sains.
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains)¹. Al-Qur‟an dan al-Sunnah mengajak kaum Muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Sebagian dari ayat-ayat al-Qur‟an dan al-Sunnah yang relevan akan disebutkan di dalam pembahasan masalah ini.
Di dalam al-Qur‟an, kata al-„ilm dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali (Ghulsyani 2001). Beberapa ayat pertama, yang diwahyukan kepada Rasulullah Saw., menyebutkan pentingnya membaca, pena, dan ajaran manusia:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS. al-Alaq/ 96: 1-5)
Dan tentang penciptaan Adam, al-Qur‟an mengatakan bahwa malaikat pun disuruh bersujud di hadapan Adam setelah Adam diajari nama-nama:
Dan Dia mengajarkan Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat dan berfirman:
“sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu, jika kamu memang orang yang benar!” Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana”. (QS. al-Baqarah/2: 31-32)
Al-Qur‟an mengatakan bahwa tidak sama, antara mereka yang mengetahui dengan mereka yang tidak mengetahui: “Katakanlah: „Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?‟.” (QS. Az-Zumar/39: 9)
Dan hanya orang yang belajarlah yang memahami: “Dan perumpamaanperumpamaan
ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya, kecuali
orang-orang yang berilmu.” (QS. al-Ankabut/29: 43)
Dan hanya orang-orang yang berilmulah yang takut kepada Allah:
“…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama…” (QS. Fatir/35: 28)
Di dalam hadits Nabi juga ada pernyataan yang memuji ilmu dan orang yang
terdidik. sejumlah hadits mengenai hal ini dinisbahkan kepada Nabi Saw. yang beberapa
di antaranya kami kutip di bawah ini:
“Mencari ilmu wajib bagi setiap Muslim.”
“Carilah ilmu walaupun di negeri Cina.”
“Carilah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat.”
“Para Ulama itu adalah pewaris para Nabi.”
“Para Hari Kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan darah syuhada, maka tinta
ulama dilebihkan dari darah syuhada.”
Masa depan kemanusiaan dan sains berkait rapat.Sains yang dipandu oleh prinsip moral yang sejagat menentukan kelangsungan hidup manusia yang bertamaddun di dunia ini.Dengan sains manusia dapat berhadapan dengan angin dan ribut, penyakit-penyakit dan kepercayaan tahyul (atau superstitions) yang menghantui manusia.
berbagai tentangan terhadap sains telah berlaku dari semenjak dahulu kala lagi, terutamanya dengan kepercayaan agama bahawa sains adalah ilmu yang tidak mempercayai agama.Sains pernah dikatakan memusnahkan nilai-nilai moral beragama.
Disamping itu,kekecewaan yang ketara terhadap apa yang dijanjikan oleh sains untuk memberi kesejahteraan kepada manusia sejagat.Sains telah menjadikan globalisasi dunia, tetapi sains masih gagal untuk menyatu padukan manusia.Kita kini hidup di dalam suasana pencemaran alam yang membahayakan di mana sistem ekologi telah dimusnahkan oleh sisa tamaddun industri.Kerap kali manusia yang mempunyai agenda cita-cita ketenteraan menilaikan sains untuk membuat reka bentuk yang membahayakan manusia.
Justru, sains jika disalahgunakan boleh merusakkan peradaban manusia.Kelahiran sains moden telah bermula sejak dari zaman tamaddun Islam lagi tetapi pemuncaknya ialah metodologi yang lebih saintifik dalam membuat ujian, penemuan dan ciptaan.Selepas Copernicus, seorang ahli astronomi berbangsa Poland, dunia tidak lagi dianggap sebagai pusat cakerawala tetapi hanyalah sebuah dari banyak planet yang mengelilingi sebuah bintang di satu sudut galaksi.
Manusia mula menyadari bahawa mereka bukanlah pusat segala ciptaan, tetapi hampir tidak bermakna jika dibandingkan dengan ciptaan alam semesta ini.Terdapat banyak lagi ahli-ahli dalam bidang-bidang sains yang berjaya membuat penemuan baru selepas mereka bebas dari cengkaman kuasa gereja Kristian di zaman pertengahan.Dengan penemuan-penemuan yang baru dalam Revolusi Saintifik, maka lumpuhlah kuasa Gereja dan seterusnya menukar konsep Tuhan di dalam theologi Kristian. Anehnya, penemu-penemu tersebut (seperti Descartes, Galileo, Voltaire dan Newton) bukanlah orang yang tidak beragama. Sebaliknya mereka juga penganut agama Kristian yang kuat. Malah mereka berpendapat bahawa hukum alam ini tidak akan sempurna tanpa wujudnya satu Tuhan atau Pencipta.
Tetapi bagi mereka Tuhan ini berbeza dengan Tuhan yang mereka pernah pelajari yang tugasnya hanya memakbul doa manusia yang meminta atau melakukan mukjizat untuk orang-orang tertentu.Mereka kini mempercayai bahawa Pencipta itu adalah yang mengatur pergerakan alam yang amat kompleks ini mengikut hukum-hukum tertentu.
Dalam sejarah Islam, awalnya berkembang pemikiran rasional. Tetapi kemudiaan berkembang pemikiran tradisional. Pemikiran rasional berkembang pada Zaman Klasik Islam (650-1250 M) sedangkan pemikiran tradisioanol berkembang pada Zaman Pertengahan Islam (1250-1800 M).
Pemikiran rasional dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti terdapat dalam Al-Quran dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada dikota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Aleksandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syria), dan Bactra (Persia). Disana memang telah berkembang pemikiran rasional Yunani.
Pertemuan Islam dan Peradaban Yunani ini melahirkan pemikiran rasional dikalangan ulama Islam Zaman Klasik. Di Yunani tidak dikenal dengan agama samawi,maka pemikiran bebas, tanpa terikat pada ajaran-ajaran agama, tumbuh dan berkembang. Sementara pada Zaman Islam Klasik, pemikiran rasional agama terikat pada ajaran-ajaran agama Islam sebagaimana yang terdapat pada Al-Quran dan hadis.
Oleh karena itu, kalau di Yunani berkembang pemikiran rasional yang sekular, maka dalam Zaman Islam Klasik berkembang pemikiran rasional yang agamis. Pemikiran ulama filsafat dan ulama sains,sebagaimana halnya pada para ulama dibidang agama sendiri, terikat pada ajaran-ajaran yang terdapat dalam kedua sumber utama tersebut. Dalam sejarah peradaban Islam, pemikiran para filosof dan penemuan-penemuan ulama sains tidak ada yang bertentangan dengan Al-Quran dan hadis. Filsafat dan sains berkembang dengan pesat di Dunia Zaman Islam Klasik ini disamping ilmu-ilmu agama seperti tefsir, hadis, akidah, ibadah, muamalah, tasawuf dan sebagainya. Perkembangan yang pesat ini bukan hanya di Dunia Islam bagian Timur yang berpusat di Baghdad, tetapi juga di Dunia Islam bagian Barat, yakni Andalusia (Spanyol Islam) dengan kedua kotanya; Cordoba dan Sevilla.
Di Zaman Islam Klasik, Eropa sedang berada pada Zaman Pertengahan yang terbelakang. Tidak mengherankan jika orang-orang Eropa dari Italia, Prancis, Inggris dan lain-lain berdatangan ke Andalusia untuk mempelajari sains dan filsafat yang berkembang dalam Islam. Kemudian mereka pulang ketempat masing-masing membawa ilmu yang mereka peroleh. Buku-buku ilmiah Islam mereka terjemahkan kedalam bahasa Latin.
Melalui mereka, pemikiran rasional Islam yang agamis itu beserta sains dan filsafatnya dibawa ke Eropa, tetapi disana menghadapi tantangan dari gereja. Pertentangan itu membuat ulama sains dan filsafat Eropa melepaskan diri dari gereja dan pemikiran rasional disana berkembang terlepas dari ikatan agama. Pemikiran rasional di Eropa pada Zaman Renaisans dan Zamn modern kembali menjadi sekular seperti di Zaman Yunani sebelum filsafat, sains dan teknologi di Eropa sebagaimana yang kita saksikan sekarang ini.
Ketika pemikiran rasional Islam pindah ke Eropa dan berkembang disana, di Dunia Islam Zaman Pertengahan berkembang pemikiran tradisional, menggantikan pemikiran rasional tersebut. Dalam pemikiran tradisional ini, para ulama bukan hanya terikat pada Al-Quran dan hadis, tetapi juga pada ajaran hasil ijtihad ulama Zaman Klasik yang amat banyak jumlahnya. Oleh karena itu, ruang lingkup pemikiran ulama Zaman Pertengahan amat sempit. Mereka tidak punya kebebasan berfikir. Akibatnya sains dan filsafat bahkan juga ilmu-ilmu agama tidak berkembang di Dunia Islam Zaman Pertengahan. Filsafat dan sains hilang dari peredaran. Ini bertentangan sekali dengan keadaan di Eropa Zaman Modern seperti yang telah disinggung diatas, filsafat dan sains amat pesat berkembang dan jauh melampaui capaian Dunia Islam.
Ketika Umat Islam Timur Tengah menjalin kontak dengan Barat pada abad kedelapan belas M. Mereka sangat terkejut dengan kemajuan Eropa. Mereka tidak menyangka bahwa Eropa yang belajar dari mereka pada abad kedua belas dan abad ketiga belas telah maju bahkan mengalahkan mereka dalam peperangan-peperangan seperti yang terjadi antara Kerajaan Turki’Utsmani dan Eropa Timur.
Hal ini membuat ulama-ulama abad kesembilan belas merenungkan apa yang perlu dilakukan umat Islam untuk mencapai kemajuan kembali sebagaimana kemajuan umat Islam Zaman Klasik dulu. Maka lahirlah pembaruan Islam di Mesir seperti Al-Tahthawi, Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani; di Turki dengan tokoh-tokohnya seperti Mehmet Sedik Rifat, Nemik Kamal dan Zia Gokalp; di India seperti Ahmad Khan, Ameer Ali, dan Muhammad Iqbal. Semua pembaru ini berpendapat bahwa untuk mengejar ketinggalan itu, umat Islam harus menghidupkan kembali pemikiran rasional agamis Zaman Islam Klasik dengan perhatian yang besar pada sains dan teknologi. Abad kesembilan belas ini dianggap sebagai permulaan Zaman Modern Dunia Islam.
Sejak abad kesembilan belas inikembali tumbuh di Dunia Islam pemikiran rasional yang agamis dengan perhatian pada filsafat, sains dan teknologi. Diabad kedua puluh perkembangan itu lebih maju lagi, lahir interpretasi rasional dan baru atas Al-Quran dan hadis. Pemikiran tradisional Islam segera mendapat tantangan dari pemikiran rasional agamis ini.
Dalam pemikiran rasional agamis manusia punya kebebasan dan akal punya kedudukan tinggi dalam memahami ajaran-ajaran Al-Quran dan hadis. Kebebasan hanya terikat pada ajaran-ajaran absolut kedua sumber utama itu,yakni ajaran-ajaran yang disebut dalam istilah qath’iy al-wurud dan qath’iy al-dalalah. Maksudnya ayat Al-Quran dan hadis ditangkap sesuai dengan pendapat akal. Dengan demikian timbullah interpretasi yang bercorak majazi atau metaforis dari teks ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam kedua sumber itu. Dengan kata lain, dalam pemikiran rasional agamis diusahakan pemahaman ayat dan hadis sedemikian sehingga sesuai dengan pendapat akal dengan syarat tidak bertentangan dengan ajaran absolut tersebut.
Dalam pemikiran tradisional, peran akal tidak begitu menentukan dalam memahami ajaran Al-Quran dan hadis. Seperti telah disinggung diatas, pemikiran tidak hanya terikat pada Al-Quran dan hadis, tetapi juga pada ajaran-ajaran hasil ijtihad ulama Zaman Klasik yang jumlahnya sangat banyak. Disamping itu, pemikiran tradisional terikat pada arti lafzbi dari teks ayat Al-Quran dan hadis. Pemikiran tradisional itu sulit menyesuaikan diri dengan perkembangan modern sebagai hasil dari filsafat, sains dan teknologi.
PEMBAHASAN
Sains dalam Islam
Istilah sains dalam Islam sebenarnya berbeda dengan sains dalam pengertian Barat modern saat ini. jika sains di Barat saat ini difahami sebagai satu-satunya ilmu dan agama, di sisi lain sebagai keyakinan.Dalam Islam ilmu bukan hanya sains dalam pengertian Barat modern ¹ , sebab agama juga merupakan ilmu, artinya dalam Islam disiplin ilmu agama merupakan sains.Untuk memahami posisi sains atau ilmu dalam Islam, kita harus memahaminya secara bahasa.
Terdapat hubungan yang erat antara ilmu („ilm), alam („alam), dan al-KhÉliq.Untuk menggambarkan secara singkat hal ini, marilah kita lihat kata „ilm. sebuah istilah yang digunakan dalam bahasa Arab untuk menunjukkan ilmu. Kata „ilm yang berasal dari akar kata yang terdiri dari 3 huruf, „a-l-m, atau „alam. Arti dasar yang terkandung dalam akar kata ini adalah „alÉmah, yang berarti “petunjuk arah”. Al- Raghib al-Isfahani (1997, s.v. “„a-l-m”) menjelaskan bahwa al-„alam adalah “jejak (atau tanda) yang membuat sesuatu menjadi diketahui‟.
Franz Rosenthal (1979, hal. 10) memberikan pandangannya yang menarik, the meaning of “to know” is an extension, peculiar to Arabic, of an original concrete term,namely, “way sign.”…the connection between “way sign” and “knowledge” is particulary close and takes on especial significace in the Arabian environment.
Jadi kita melihat ada keterkaitan yang erat antara way sign (petunjuk arah) dengan knowledge (ilmu atau pengetahuan). Kemudian„a-l-m juga ternyata akar kata bagi istilah yang sudah menjadi bahasa Indonesia, yaitu alam atau dalam bahasa arab “Élam” yang secara umum berarti jagat raya-alam semesta yang mencakup apa yang ada di luar kita ÉfÉq atau makrokosmos (al-„Élam al-kabÊr) dan juga termasuk apa-apa yang ada di dalam diri kita atau anfËs atau mikrokosmos (al-„Élam al-Îagir), yang dapat dipelajari dan diketahui.
Menurut Mohd Zaidi Ismail (seorang pakar sains Islam), ilmu Fisika yang merupakan bagian utama dalam natural science, dalam tradisi keilmuan dan sains Islam disebut sebagai „ilm al-tabÊ‟ah (the science of nature). Kata al-ÏabÊ‟ah diambil dari akar kata Ï-b-‟a atau Ïab‟a, yang berarti “kesan atas sesuatu (ta‟Ïhir fii…), “penutup (seal), atau “jejak (stamp)” (khatm), maka ia menyiratkan “sifat atau kecenderungan yang dengannya makhluk diciptakan” (al-sajiyyah allatii jubila „alayha).¹ Guru MAN Sakatiga dan Mahasiswa Program Doktoral (S3) Prodi Peradaban Islam Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam PPs IAIN Raden Fatah Palembang.
Semua arti tersebut “mengasumsikan” adanya Sang Pencipta yang dengan cara-Nya mencipta (sunnatullah), membuat aturan (order), dan keberlangsungan (regularity) sejalan dengan universe sebagai kosmos-bertentangan dengan ketidakteraturan atau chaos-dan memungkinkan adanya ilmu dan prediksi.
Kemampuan memprediksi sebagai salah satu karakteristik Natural Science menjadi mungkin karena desain akliah (intelligent design) dan ketertiban yang terus-menerus pada alam, sesuatu yang tersimpulkan dalam konsep Islam, Sunnatuallah.Dengan demikian maka alam ini dan kejadian-kejadian yang membentuknya dalam al- Qur‟an disebut sebagai ayat-ayat Allah (yaitu, petunjuk dan simbol-simbol Tuhan), demikian pula kalimat-kalimat dalam al-Qur‟an pun disebut dengan istilah yang sama yakni ayat.
Hal ini menunjukkan bahwa keduanya, baik alam maupun al-Qur‟an adalah ayat yang berasal dari sumber yang sama, perbedaannya adalah bahwa alam adalah ayat yang diciptakan, sementara yang al- Qur‟an adalah ayat yang diturunkan (tanzil atau wahyu). Dengan demikian, bagi seorang ilmuwan muslim, seharusnya kegiatan sains pada dasarnya menjadi suatu usaha untuk membaca dan menafsirkan kitab Alam sebagaimana halnya ia membaca dan menafsirkan al- Qur‟an Pandangan yang seperti inilah yang melandasi ilmuwan Muslim terdahulu.
Syed Muhammad Naquib al-Attas (1975, hal. 133-134), seorang pakar pendidikan Islam juga menekankan hal ini dalam bukunya Prolegomena To The Metaphysics of Islam: Alam raya seperti digambarkan dalam Kitab Suci al-Qur‟an tersusun dari bentuk-bentuk simbolik (Éyat), seperti kata-kata di dalam sebuah kitab. Benar bahwa alam raya adalah bentuk lain dari kenyataan ilahiyah yang dapat dipadankan dengan kitab suci al-Qur‟an, hanya saja kitab alam yang besar ini merupakan sesuatu yang diciptakan, alam menyatakan dirinya dalam bentuk yang banyak dan berbagai yang berwujud secara simbolis atas dasar bahwa semua itu diungkapkan terus-menerus mengikuti Titah Penciptaan Ilahi. Kata sebenarnya adalah simbol dan untuk mengetahuinya dengan sebenar-benarnya adalah dengan mengetahui apakah kata tersebut mewakili sesuatu, menyimbolkan sesuatu, dan memberi makna sesuatu. Jika kita menganggap sebuah kata seolah-olah memiliki realitasnya yang tersendiri, maka kata tersebut tidak lagi merupakan petunjuk atau simbol karena ia kini diperlakukan sebagai sesuatu yang menunjuk pada dirinya sendiri, dan ini bukanlah sesuatu yang sebenarnya.
Demikian pula studi mengenai alam, atau mengenai apapun, mengenai setiap objek ilmu dalam alam ciptaan ini. Jika kata seperti “apa sebenarnya” dipahami sebagai hakikat yang berdiri sendiri, secara esensi dan eksistensi, seolah-olah ia adalah sesuatu yang pasti dan mampu untuk berada dengan sendirinya, maka studi tersebut tidak memiliki tujuan yang benar dan pencarian ilmunya menyimpang dari kebenaran, dan akhirnya validitas ilmu tersebut menjadi pertanyaan.
karena sesuatu “seperti yang sebenarnya” (as it really is) lain dari “apakah sesuatu itu” (what it is) dan itulah makna yang dimaksud (for as it really is a thing is what it means).
Sebagaimana studi mengenai kata sebagai kata membuat kita menyimpang dari kebenaran yang mendasarinya, keasyikan filsafat dan fisika atas benda sebagai benda mengarahkan kita pada kepercayaan umum yang salah bahwa benda-benda itu wujud di luar akal-fikiran sebagai kumpulan partikel-partikel yang terus ada dalam masa tertentu dan bergerak dalam ruang, seolah-olah partikel-partikel ini materi utama alam. Sedangkan, pada hakikatnya, isi “materi” terdiri dari rangkaian kejadian (a series of event; a‟raad, sing. „arad), dan fenomena fisik adalah proses-proses yang setiap detilnya terputus.
Pada hakikatnya sesuatu itu, seperti juga kata, adalah sebuah petunjuk (tanda) atau simbol, dan petunjuk atau simbol adalah sesuatu yang dzhair dan tak terpisahkan dari sesuatu yang lain yang tak dzahir.Sehingga tatkala yang pertama itu sudah dapat ditangkap, dan yang bersifat dengan sifat yang sama dengan yang pertama itu tadi dapat diketahui. Oleh sebab itu kami telah mendefisnisikan ilmu secara epistemologis sebagai sampainya arti sesuatu itu ke dalam jiwa, atau sampainya jiwa pada arti sesuatu itu. “Arti sesuatu itu” berarti artinya benar, dan apa yang kami anggap sebagai arti yang ”benar” itu, pada pandangan kami ditentukan oleh pandangan Islam (Islamic vision) tentang hakikat dan kebenaran sebagaimana yang diproyeksikan oleh sistem konseptual Al-Qur‟an.
Jadi bagi seorang saintis Muslim, melakukan kegiatan sains (mempelajari, meneliti dan mengajarkannya) pada intinya menjadi suatu usaha untuk membaca, memikirkan, mengartikan “kitab alam” yang terbuka secara benar.
ISLAM DAN SAINS
Islam dan Sains: Adakah keduanya serasi?
Prof. Mohammed Abdus Salam, penerima Hadiah Nobel 1979 dalam kajian
Fiziks, pernah berkata:
“Tidak dapat disangkal lagi pada hari ini bahawa dari semua tamaddun di dunia ini,
negara-negara Islam adalah paling lemah dalam ilmu sains. Kemelut ini tidak boleh
diambil mudah kerana kelangsungan hidup (atau survival) yang bermaruah pada hari ini
bergantung kepada kekuatan dalam ilmu sains dan teknologi.”
Bayangkan bahawa sepasukan penyelidik dari planet Marikh datang ke dunia di antara abad ke-9 dan ke-13. Tugas atau misi mereka adalah untuk mengkaji perkembangan budaya dan sosial manusia. Dari pemerhatian mereka, didapati bahawa ada masyarakat yang dinamik dan berkembang ke arah peradaban yang lebih baik dan tinggi, manakala terdapat juga budaya dan peradaban yang kaku dan rendah serta terikat kepada unsur-unsur tradisi dan ritual. Para penyelidik ini akan membuat laporan bahawa peradaban yang paling maju adalah peradaban atau tamaddun Islam yang mempunyai pelbagai kemudahan dan infrastruktur seperti adanya Bait-ul-Hikmah, pusat-pusat pemerhatian astronomi, hospitalhospital dan sekolah-sekolah. Baghdad pula merupakan tempat yang paling “bercahaya” kerana ia menjadi pusat intelek dunia di mana cerdik pandai dari seluruh pelosok dunia datang untuk menuntut ilmu. Nama-nama seperti Ibn Haytham dan Omar Khayyam pula terkenal sebagai saintis modern.
Akan tetapi pada masa yang sama terdapat perbedaan yang sangat terlihat sekali dengan tamaddun Eropah di mana mereka tenggelam di dalam Zaman Gelap (Dark Ages), tidak ada perkembangan ilmu. Sebaliknya mereka kelihatan sungguh ganas, seperti Pope yang memerintahkan pembakaran ‘ahli-ahli sihir wanita’. Bayangkan pula, sekiranya pasukan penyelidik dari planet Marikh ini datang sekali lagi pada hari ini. Mereka akan terkejut karena apa yang diperhatikan sepuluh abad yang lalu amat berbeda dari apa yang berlaku sekarang.
Tamaddun yang satu masa dahulu merupakan yang paling maju kini telah terperangkap di dalam zaman pertengahan; menolak kepada pembaharuan dan terus berpegang kepada nilai-nilai kuno. Sebaliknya, tamaddun yang kelihatan kaku dan ganas pada masa dahulu telah amat maju.Mereka akan bertanya-tanya apakah telah berlaku pertukaran peranan dari kedua-dua tamaddun tersebut dari sebab nasib? Atau adakah disebabkan oleh kemenangan peperangan satu pihak ke atas pihak yang lain? Atau adakah kerana telah berlaku perubahan pemikiran dan sikap kedua-dua tamaddun tersebut?
Sudah lebih 700 tahun tamaddun Islam kehilangan hampir seluruh kemajuan dan kebolehan di dalam ilmu sains. Sejak dari itu, selain dari usaha semasa Empayar Uthmaniah dan pemerintahan Mohammed Ali di Mesir, tidak ada usaha-usaha yang signifikan untuk mengembalikan kegemilangan tamaddun Islam. Ini adalah hakikat yang sangat disesali oleh kebanyakan orang Islam.Sesungguhnya hakikat ini amat merisaukan para reformasi Islam pada hari ini.
Tetapi, sebaliknya, terdapat para pengamal Islam tradisional tidak merasa kesal dengan hakikat tersebut, malah ada yang serasa kehilangan kemajuan sains karena mereka berpendapat bahawa pengaruh sekular yang merusakkan dapat dihindar dengan menjauhkan ilmu sains dari Islam.Kemajuan sains dan ideologi tidak dapat dipisahkan. Justru, timbul persoalan pokok: adakah Islam itu harmonis dan seiring dengan sains atau pun sebaliknya? Perdebatan yang berlarutan di antara reformis Islam dan pengamal Islam tradisi mengenai persoalan ini tidak membawa kepada penyelesaian kepada kemunduran umat Islam hari ini. Masing-masing berpegang kepada hujah-hujah dan tafsiran-tafsiran yang berbeda walaupun dari sumber yang sama, ia itu dari hadis-hadis atau al-Qurán. Isu pokok perbedaan mereka ialah: sains itu ilmu sekular dan tidak mungkin sebaliknya. Bagaimanapun, ciri sekular sains itu tidak menyangkal kewujudan Tuhan. Akan tetapi bukti-bukti kebenaran sains itu tidak bergantung kepada kepercayaan wujudnya tuhan kerana setiap yang ditemui itu diperolehi daripada usaha-usaha ujian, pemerhatian dan logik. Sama ada para saintis itu alim atau sebaliknya, ilmu sains tetap tidak berubah.
Perdebatan tersebut tidak akan sampai kepada penghujungnya. Sama ada sains itu sekular atau tidak, hakikatnya ilmu sains amat penting dalam kehidupan pada zaman ini. Setelah dunia berputar masuk abad ke-21, sikap Islam terhadap sains, sama ada tiori atau praktikalnya, memberi impak yang amat penting kepada masyarakat Muslim. Sains bukan lagi merupakan ilmu untuk golongan elit atau cendikiawan sahaja. Sebaliknya ilmu sains telah merubah peradaban manusia; tidak kira untuk kebaikan atau keburukan. Kekuatan ketenteraan, kuasa politik dan kemewahan ekonomi sesebuah negara moden banyak bergantung kepada kebolehannya memahami, mengawal dan mencipta sains moden. Bukti yang amat ketara ialah semasa Peperangan Teluk di antara Tentera Bersekutu dengan Iraq. Telah terbuku di dalam sejarah bahawa antara sebab kejatuhan tamaddun Islam itu ialah kerana kegagalan menguasai sains. Malah kelemahan Islam dalam sains telah menaikkan kuasa Barat dalam beberapa abad yang lalu.
Di zaman pertengahan, perhubungan di antara Islam dan Barat berbeda-beda; ada kalanya mesra dan adakalanya bermusuhan. Pemerintahan Islam di Spanyol selama tujuh abad telah memberi peluang kepada orang-orang Eropah menimba khazanah ilmu Yunani (Greek) dan Islam. Tetapi apabila timbulnya Peperangan Salib serta penguasaan Empayar Uthmaniah di Balkan, hubungan di antara kedua tamaddun tersebut menjadi tegang tanpa kesudahan. Sikap prejudis dan syak wasangka tersebut diwarisi hingga ke hari ini.Kemudian timbul Renaissance atau Zaman Kebangkitan di Eropa. Kejatuhan sistem ekonomi feudal dan timbulnya sistem kapitalisme secara meluas yang menyebabkan perubahan masyarakat, telah melahirkan sains modern di Eropa 400 tahun yang lalu. Budaya baru dengan sains modern ini cenderung melakukan berbagai ujian dan kajian secara lebih teratur berdasarkan kepada alam semula jadi.
Mereka tidak lagi terikat dengan ‘fatwa-fatwa’ atau cengkaman para paderi atau agamawan. Dengan kemajuan sains, orang-orang Eropa mendapat kekuasaan baru yang tidak pernah mereka impikan. Dengan kuasa ini juga mereka dapat memahami hukum alam dengan lebih mendalam dan seterusnya mencipta teknologi-teknologi yang baru. Malangnya, sains ini juga digunakan sebagai senjata untuk menjajah dan menghambakan tamaddun yang masih mundur teknologinya secara lebih sistematik.Masyarakat Islam rata-ratanya tidak terdaya menangkis serangan kuasa imperialisme pada abad ke-18. Hampir semua negara-negara Islam, dari Afrika Barat hingga Asia Timur, telah dijajah. Kekuatan pihak penjajah bukan bergantung kepada bilangan askarnya, tetapi kepada penggunaan ilmu sains modern.
Pertentangan di antara kedua tamaddun tersebut tidak seimbang kerana satu pihak menggunakan senjata-senjata moden, seperti senapang dan meriam, manakala satu pihak lagi masih menggunakan senjata lama seperti pedang dan panah. Peralatan yang canggih seperti kapal wap, telegraf, barangan hasil mesin dan kaedah organisasi moden merupakan tulang belakang kepada kekuatan penjajah. Negara-negara Islam berperang dengan kekuatan dari segi bilangan tetapi tanpa teknik peperangan moden mereka telah tumpas kepada tentera penjajah yang lebih berdisiplin dan teratur serta berkelengkapan modern, walaupun mempunyai bilangan yang jauh lebih kecil. Konfrontasi di antara dunia Barat, yang lebih maju dari segi industri dan ekonomi, dengan dunia tradisional telah menimbulkan pelbagai kesengsaraan. Hasrat dunia Barat ialah ‘memberi’ tamaddun baru kepada negara-negara yang dijajah dengan memusnahkan budaya tempatan. Kesan parut kemusnahan tersebut masih terasa hingga ke hari ini.
Era kemerdekaan negara-negara yang dijajah bermula selepas Peperangan Dunia Kedua. Setelah berlaku kemusnahan sistem ekonomi, sosial dan budaya tradisional serta hubungan politik oleh kuasa imperialisme Barat, timbul pula gejala politik orang-orang Islam di kalangan negara-negara tersebut. Namun peranannya amat terbatas, hinggakan persempadanan negara-negara mereka ditentukan oleh kuasa penjajahan sebelum mereka pulang. Kegembiraan mendapat kemerdekaan tidak bertahan lama. Perampasan tanah Palestin, kekalahan orang-orang Arab di dalam peperangan dengan Israel, kegagalan pemerintah negara-negara yang baru merdeka menangani dan mentadbir dengan sistem demokrasi yang stabil telah memusnahkan harapan orang-orang Islam mengecapi kemerdekaan sebenarnya. Kegagalan pemerintahan sekular nasionalis-sosialis, - seperti Mossadeq di Iran, Nasser di Mesir, Sukarno diIndonesia and Zulfikar Ali Bhutto di Pakistan – telah menimbulkan kekecewaan yang lebih mendalam dan seterusnya membibitkan pergerakan-pergerakan fundamentalis.
Bentuk pemerintahan birokrasi-tentera dan puak feudal tertentu menjadi dominan di kalangan negara-negara Islam. Sistem pemerintahan sedemikian amat jauh menyimpang dari nilai-nilai sosial dan etika Islam itu sendiri. Akan tetapi kekuatan pemerintah dan negara demikian telah dapat membina identiti dan menyatukan masyarakat Islam modern. Malangnya pemerintah negara-negara Islam ini tidak menunjukkan kebolehan atau kemahuan untuk mengatasi dan menangani masalah-masalah dan jabaran-jabaran dunia modern, terutamanya pembangunan sains dan budaya yang rasional. Jika dibandingkan dengan negara-negara bukan Islam yang mempunyai sumber dan tahap pembangunan budaya yang hampir serupa, negara-negara Islam masih jauh ketinggalan. Pembangunan ilmu sains yang rendah merupakan kegagalan yang memberi impak kepada kemunduran negara-negara Islam pada hari ini. Natijahnya, negara-negara Barat pasti menguasai bidang ekonomi dan intelek untuk jangka masa yang panjang. Walaupun kita telah melangkah ke abad 21, masih tidak nampak pergerakan atau perubahan yang ketara di negara-negara Islam untuk mencapai kebudayaan yang berteraskan sains.
Kegagalan kemajuan sains di kalangan negara-negara Islam juga berpunca dari kegagalan pemerintah mempertahankan kedaulatan dan sumber negaranya, menyediakan keperluan asas kepada rakyat jelata dan menubuh kerajaan yang benar-benar mewakili rakyat. Jika kita lihat krisis di negara-negara Islam semuanya adalah berpunca dari krisis politik. Tidak pernah berlaku dalam sejarah orang-orang Islam terjadi pemisahan kuasa politik dengan masyarakat. Dari Maghribi ke Syria, dari Iraq ke Pakistan dan Indonesia, orang-orang Islam telah diperintah oleh kumpulan minoriti yang mempunyai kuasa mutlak. Hampir semua pemerintah negara Islam mengamalkan korupsi dan penindasan rakyatnya daripada mempertahankan sumber alam atau kedaulatan negara masing-masing dan mereka lebih cenderung tunduk kepada campur tangan luar.
Kemelut ini juga telah menyebabkan negara-negara Islam jauh ketinggalan untuk bersaing dengan negara-negara lain dalam mengejar kemajuan dan melakukan penciptaan yang baru karena kurangnya ilmu dan peralatan.
BOLEHKAH ADA SAINS ISLAM?
Jawabannya ialah TIDAK.
Pertamanya, sains Islam itu tidak wujud dan semua usaha untuk membuat sains Islam telah gagal. Sebaliknya, sains moden amat nyata kewujudannya. Tanpanya kilang tidak dapat berfungsi, tentera tidak dapat berperang, penyakit tidak dapat dirawat. Dengan sains moden gambar dapat dihantar beribu batu dalam sekelip masa, pesawat jet dapat terbang melintasi benua, jantung yang rusak dapat diperbaiki, pelbagai spesis pokok dan binatang boleh dikaji dan diperbaiki di dalam makmal.
Belum ada sains Islam yang boleh digunakan untuk membina sebarang mesin atau perkakas, atau memproses bahan kimia untuk perubatan, atau membuat penemuan yang baru. Sebaliknya, mereka yang mendakwa pengamal sains Islam hanya sibuk dengan persoalan yang tidak bersangkutan dengan sains itu sendiri, seperti berapa kelajuan di Syurga, suhu di dalam Neraka, komposisi jin, formula untuk mengira kemunafiqan atau perbincangan Mikraj Rasulullah s.a.w. dengan menggunakan kaedah tiori relativiti Einstein.
Keduanya, sekadar menetapkan set prinsip moral dan agama (theology), betapa tinggi sekali pun derajatnya, tidak akan dapat mencipta sains yang baru. Contohnya, saintis A beragama Islam, saintis B menganuti agama berbagai Tuhan dan saintis C seorang atheis. Ketiga mereka ini terlibat dalam satu bidang kajian fiziks yang kompleks dan memerlukan banyak pengiraan matematik dan teori. Walaupun mereka mempunyai kepercayaan yang berbeda, apa yang akan dinilaikan adalah hasil kajian mereka secara professional dalam bidang yang dikaji. Justeru, pegangan agama tidak memain peranan dalam hasil kajian mereka. Seorang Muslim bernama Abdus Salam telah berkongsi Hadiah Nobel pada tahun 1979 bersama Steven Weinberg, seorang atheis, dalam bidang fiziks.
Satu lagi contoh ialah, kajian Galileo dan Newton. Kedua-dua mereka adalah orang-orang yang alim dalam agama Katholik, tetapi hasil kajian mereka bercanggah dengan pendapat gereja sehinggakan Galileo pernah dijatuhi hukuman bunuh. Tetapi hasil kajian sains mereka tetap sains. Ketiganya, tidak pernah dan masih belum wujud takrif sains Islam yang boleh diterima oleh orang-orang Islam sendiri. Sejak dari dahulu kala lagi terdapat perbedaan pendapat di antara orang-orang Islam berkenaan sains. Tetapi dikira bernasib baik kerana Islam orthodoks tidak memegang tampuk pemerintahan untuk mengekang perkembangan sains. Dalam zaman ini juga terdapat masalah perbedaan di antara sektarian Islam, termasuk di kalangan negara-negara Islam.
Contohnya, Iran telah memukau semua muktamar dalam sains Islam. Justru, sungguh sukar untuk mendapat persetujuan tentang takrifan sains Islam.Pendek kata, sains adalah sains dan tidak ada sains Islam atau sains Marxist, atau sains Dunia Ketiga. Usaha untuk mencari takfir baru berkenaan sains akan bertemu jalan buntu.Memang perkembangan dan kepakaran sains di Dunia Ketiga amat rendah. Bayangkanlah, jumlah penduduk di Dunia Ketiga adalah ¾ dari jumlah penduduk dunia, tetapi berpendapatan kurang 20% dari pendapatan kasar dunia dan menggunakan hanya 22% sumber alam. Seorang Amerika menggunakan 1,000 kali lebih sumber tenaga daripada seorang Afrika.
Dalam aspek ekonomi pula, negara Dunia Ketiga membayar hutang $150 billion pada tahun 1989 kepada bank-bank di negara-negara industri. Pergantongan ini bukanlah tidak sengaja, tetapi hakikatnya ialah perancangan negara-negara industri untuk mengekalkan status quo ini. Contohnya, pemerintah sebuah negara Dunia Ketiga dihasut supaya menjadi tamak dan memberi keutamaan untuk mengimpor barang-barang pengguna. Bekalan peralatan tentera mesti dibeli daripada negara-negara industri. Sumber-sumber alam semula jadi dieksploitasikan oleh syarikat multi-nasional sehingga menyebabkan berlakunya pencemaran alam dan kerosakan imbangan ekologi.
Jadi tidak perlulah kita mencari sains baru.Memangnya pada masa ini sains berjaya meningkatkan pengeluaran tetapi gagal dalam pengagihan kekayaan. Tetapi keadilan ini bukanlah di dalam ruang lingkup sains. Apa yang perlu dilakukan oleh negara-negara Dunia Ketiga ialah melengkap dan meningkatkan kemahiran sains.
APAKAH SAINS MODERN ITU SAINS BARAT?
Didalam konteks perjumpaan Islam dan modernitas yang lebih luas,penyerapan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial serta teknologi kedalam masyarakat Islam menjadi contoh yang sangat jelas untuk pertikaian intelektual yang telah muncul sekitar dua abad silam.²
Sejarah perdebatan didalam masyarakat muslim diseputar Islam dan sains secara jelas menunjukan fase-fase,salah satunya yang paling mutakir berpusat pada slogan ‘Islamisasi ilmu pengetahuan’ (lihat Al-azmeh 1996:120-2).Pada setengah abad silam,berbagai keadaan telah memaksa perbincangan khusus atas topik ini dobanyak kawasan Dunia Islam,namun tidak satu pun yang lebih jelas daripada dilingkungan Syi’ah dan khususnya diantara penulis Iran.
Inti masalah yang dibahas adalah persepsi tentang dikotomi penuh kecemasan antara kehidupan individual dan sosial seorang muslim yang dalam banyak hal telah dipengaruhi secara kuat oleh sains dan teknologi dan apa yang diekspresikan sebagai peradaban atau kebudayaan dari era yang hampir kadaluarsa.
Dari beberapa tokoh pemikir Iran kontenporer dalam perdebatn ini,mungkin yang paling menonjol dan kontroversial adalah ‘Abdul Karim Soroush’. Dia menjadi sosok terkemuka diIran pada tahun 1980-an dalam kebangkitan pembaharuan pendidikan menyusul Revolusi Islam dengan pergeseran ceramah dan tulisannya yang semula berupa pemikiran epistemologis kepada wacana yang lebih politis (lihat,misalnya wawancaranya dalam The Guardian, 6 dan 7 juni 1996 dan artikel dalam majalah Time, 23 juni 1997).²
Literatur mengenai subjek ini sangatbanyak,untuk provokasi pemikiran walaupun agak tidak sistematis,Lihat 1991.
Sejak itu ia mulai menarik perhatian internasional yang lebih besar, dan menjadi salah satu kelompok kecil sarjana Muslim yang datang untuk mewakili apa yang disebut ‘Islam Kritis’,didalam maupun diluar negara Islam.Namun demikian,saat ini kurang memperhatikan karya Soroush dalam masa terakhir,³ dan lebih memperhatikan karya sebelumnya yang dia fokuskan pada sifat hubungan antara sains dan agama.
Dua orang ahli sains Barat, Michael Moravscik dan John Ziman, pernah menulis berkenaan penyebaran sains ke Dunia Ketiga seperti berikut:
Dengan tamaddun industri Eropa datangnya sains Eropa. Ia merupakan ‘package deal’. Tidak timbul lagi persoalan sama ada sesuatu budaya itu maju atau mundur dengan mempunyai sains masing-masing: proses pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial kini tertakluk kepada tilikan materialisme yang rasional oleh Eropa pasca-Renaissance dan koloni-koloninya di Amerika Utara.
Buat masa ini, hanya sains Eropa patut dijadikan kuasa budaya yang dominan di seantero dunia. Di sini terdapat dua orang ahli sains Barat yang tidak segan silu mendabik dada menyuarakan bahawa bangsa Eropa adalah lebih ‘superior’. Justeru, adalah wajar tamaddun mereka diekspotkan ke Dunia Ketiga. Sikap ini tidak ada bedanya dengan sikap misi Kristian di zaman silam yang amat takjub dengan agama Kristian sebagai penyelamat manusia. Misi zaman baru ini mempunyai cita-cita untuk menjadikan sains Eropa sebagai kuasa budaya yang dominan di seantero dunia. Mereka beranggapan bahawa sejarah budaya dan saintifik tamaddun yang lain hanya layak dibaku sampahkan.
Ramai cerdik pandai Dunia Ketiga mengiktiraf teknik dan falsafah sains modern yang diasaskan di Eropa. Tetapi perlu diingat bahawa sumbangan tamaddun Cina, Islam dan Hindu wajar diberi pengiktirafan yang sepatutnya. Mampukah sains modern berkembang jika tamaddun-tamaddun tersebut tidak meletakkan asas sains itu? Sumber sains itu berakar umbi daripada berbagai budaya.Orangorang Yunani – yang dianggap sebagai pengasas sains modern – tidak akan mampu membuat berbagai inovasi dan ide tanpa sumbangan material dan intelektual dari negara-negara Asia dan Afrika. Oleh itu, adalah salah jika kita beranggapan bahawa sains dan teknologi itu berasal dari Eropa.Sekiranya orang beranggapan bahawa tamaddun Barat itu lebih ‘superior’, fikirkan semula natijah tamaddun Barat ditahanan Auschwitz dan ledakan bom atom diHiroshima. Bagaimanakah harus kita menilai suatu tamaddun yang telah mengakibatkan kesengsaraan yang begitu meluas di dunia kini?
Memang tidak dapat disangkal bahwa sumber terdekat sains modern adalah disebabkan oleh perkembangan budaya di Eropa – zaman Renaissance dan Revolusi Saintifik. Juga tidak dapat dinafikan bahawa tahap dan kuantitas kemajuan sains yang telah dilakukan di Eropa. Pembangunan awal sains yang berasal dari berbagai tamaddun merata tempat amatlah penting. Hanya setelah bermulanya tamaddun industri, sains telah menjadi sebagian budaya yang mempengaruhi hidup setiap individu di dunia ini.³ Beberapa penulis telah mendiskusikan gagasan-gagasan politik Soroush,diantaranya yang paling menarik perhatian adalah: Boroujerdi(1994,rev. 1996),dan Schirazi (1997: bab 16)
Inilah hujah yang dipropagandakan untuk membuktikan bahawa sains adalah kepunyaan Eropa.
Rekod sejarah kemanusiaan hanyalah lebih kurang 10,000 tahun. Tetapi sebelum itu juga telah terdapat berbagai zaman di mana tidak terdapat sembarang ilmu pengetahuan. Mungkin juga pada masa depan akan ada zaman-zaman yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan. Jadi, secara ilmu dan sains itu tidak relevan untuk dibincangkan. Apa yang dapat dikatakan ialah, perkembangan ilmu sains telah berlaku hanya beberapa ribu tahun yang lalu – manakala di Eropa baru empat ratus tahun saja. Kemungkinan mana-mana spesis yang mempunyai akal akan membangunkan ilmu sainsnya sendiri atas desakan kelangsungan hidup.
Manusia yang mempunyai daya fikiran dan berakal pasti akan membangunkan ilmu sains untuk maju. Oleh kerana sains merupakan natijah dari kecerdikan, adakah kelahiran sains modern di Eropa itu bermakna bangsa Eropa itu lebih cerdik? Sehingga hari ini penyelidikan psikologi modern masih belum mendapat bukti saintifik terhadap persoalan ini.
Isu kecerdikan manusia sejagat berkait rapat dengan persoalan yang ditimbulkan oleh Bertrand Russel yang berbunyi: “Bagaimanakah manusia berupaya mengetahui apa yang diketahuinya, padahal hidupnya hanyalah sebentar dan pergaulannya adalah secara peribadi dan terbatas?” Apa yang dipersoalkan oleh Russel ialah bagaimana setiap manusia dapat sebegitu banyak ilmu padahal hayatnya hanyalah antara 60-70 tahun saja. Teori linguistik modern mendapati persoalan Russel itu boleh dijawab berdasarkan penyelidikan saintifik.Penyelidikan tersebut merumuskan bahawa kebolehan berbahasa adalah sangat penting sebagai cermin akal dan keupayaan manusia untuk memahami sesuatu.
Seorang ahli falsafah linguistik, Noam Chomsky, menyatakan bahawa manusia mengetahui apa yang diketahuinya karena manusia itu dilahir untuk mengetahui.Maksudnya ialah manusia dilahirkan dengan keupayaan untuk berbahasa.Setiap manusia yang telah lahir mempunyai struktur mental untuk berfikir, yakni manusia hanya memerlukan stimuli tertentu untuk membolehkan dia menggerakkan proses berfikirnya secara kreatif. Penemuan Chomsky mengenai nahu atau grammar manusia yang universal menunjukkan bahawa,pada asasnya, pemikiran dan tingkah laku (behaviour) manusia adalah universal.Ia tidak bergantung kepada bangsa manusia itu semata-mata.Oleh itu,ilmu sains adalah milik intelek manusia sejagat dan warisan budaya yang universal.
PERTENTANGAN DI ANTARA SAINS DAN KRISTIAN DI ZAMAN PERTENGAHAN
Pertentangan di antara sains dan Kristian di zaman pertengahan dalam setiap agama yang berteraskan orthodoks, termasuk Islam fundamentalis kerap tidak senang kepada kaedah atau penemuan sains.Tetapi di dalam sejarah, Kristian orthodokslah yang menjadi seteru sains untuk jangka masa yang paling lama.Seribu tahun sebelum zaman Renaissance, Eropa dikuasai cengkaman kuku besi Gereja Kristian.Sikap Gereja yang tidak ada tolak ansur, prejudis, syak wasangka dan berkepercayaan tahyul (superstitious) telah membantu perkembangan sains.Akibat syak wasangka kepada pemikiran bebas, pihak gereja menindas semua ajaran yang tidak sealur dengan ajaran gereja.Akibatnya banyak orang-orang yang disyakki ahli sihir atau penyeleweng agama telah dibunuh dengan berbagai cara yang mengerikan: ada yang diikat antara dua ekor kuda dan dikoyak dua, ada yang digantung atau dibakar hiduphidup.Malah orang yang telah mati pun turut dihukum,seperti yang terjadi kepada Wycliffe yang bercanggah pendapat dengan Archbishop Ussher tentang penciptaan dunia.
Menurut Archbishop Ussher, penciptaan dunia bermula pada 9 pagi Ahad 23 Oktober 4004 B.C. (SM) Manakala Wycliffe memberi bukti berdasarkan fossil dan ilmu geologi bahawa dunia ini telah wujud lebih beberapa ratus ribu tahun.Walaupun Wycliffe telah mati sebelum dihukum, pihak gereja telah mengarahkan supaya kuburnya digali dan dihancurkan tulang belulangnya sebelum ditaburkan ke laut.
Mengapakah gereja begitu tegas menindas manusia yang mempunyai ide-ide baru tetapi berbeda dengan pendapat gereja? Antara sebab-sebabnya ialah:
(1). Gereja telah menentukan setiap peraturan sosial masyarakat, termasuk ritual sembahyang, makan dan minum, berkahwin dan seks. Agama Kristian zaman pertengahan merupakan peraturan hidup lengkap yang ditentukan oleh gereja.
(2). Kepatuhan kepada peraturan-peraturan di atas bergantong, dengan keupayaan gereja menguatkuasakannya, kepada pengikut-pengikut Kristian tanpa soaljawab.
(3). Pelanggaran kepada peraturan-peraturan tersebut, sama ada oleh sains atau lain-lain, boleh meruntuh dan memecahkan keseluruhan peraturan sosial pada masa itu.
(4). Sains dan pemikiran bebas dianggap sebagai ancaman dan perlu diharamkan. Penindasan pemikiran saintifik oleh gereja zaman pertengahan merupakan titik hitam kepada peradaban manusia.
Berikut adalah beberapa kisah pertentangan di antara sains dengan gereja:
(1).Doktrin yang mengatakan bumi ini adalah spiar (sphere) telah ditentang hebat oleh gereja.Alasannya ialah tidak masuk akal pokok-pokok tumbuh terbalik atau hujan dan salji jatuh ke atas.
(2).Mengikut fatwa St Paul penyakit merupakan kerja jahat syaitan.Pada pandangan gereja hantu-hantu adalah penyebab kemarau, ketidaksuburan pokok-pokok, pencemaran udara. Hantu-hantu ini berterbangan di bawah awan dan tertarik kepada darah dan wangian yang dipersembahkan kepada mereka sebagai tuhan-tuhan oleh manusia.
(3).Wabah penyakit, seperti cacar dan kepialu adalah bala Tuhan.Inokulasi melawan wabah berkenaan telah diharamkan oleh gereja dengan alasan bahwa cacar merupakan balasan dosa-dosa manusia terhadap Tuhan.
(4).Halangan yang serius terhadap perkembangan sains perubatan ialah pengharaman membedah mayat-mayat. St. Augustine mengecap mereka sebagai tukang sembelih (butchers).Gereja juga beranggapan bahawa ‘menganiaya’ mayat-mayat dapat membawa akibat yang buruk apabila mayat-mayat akan dihidupkan semula pada hari kiamat.
(5).Gereja mengatakan bahawa komet (tahi bintang) merupakan bola api yang dilemparkan oleh Tuhan kerana marah kepada kezaliman manusia di dunia.
(6).Ribut taufan adalah perbuatan syaitan-syaitan. Oleh itu ritual ‘pembersihan’ (exorcism) telah digunakan untuk melawan kuasa angin dengan membaca mantera-mantera dan membunyikan loceng-loceng gereja. Pada 7 Disember 1484, Pope Innocent VIII membuat fatwa bahawa ribut taufan adalah perbuatan ahli sihir untuk memusnahkan tanaman-tanaman. Mereka yang disyakki ahli sihir telah didera dan disiksa sehingga mati.
(7). Mengikut kepercayaan gereja, kilat petir adalah disebabkan oleh 5 dosa manusia:
a. Enggan bertaubat
b. Banyak membuat kesalahan
c. Tidak membaikki gereja-gereja yang rosak
d. Penipuan apabila membayar ‘zakat’ kepada paderi-paderi
e. Penindasan ke atas orang bawahan
Ada Pope yang mengatakan bahawa kilat petir itu adalah ‘jari Tuhan’.Dalam tahun 1752 Benjamin Franklin membuat ujian dengan layang-layang dan membuat penemuan bahwa kilat petir itu adalah kuasa elektrik.Penemuan ini ditentang oleh gereja sehinggakan mereka tidak menerima cadangan untuk melindungi bangunan tinggi, terutamanya gereja, dari panah petir dengan menggunakan ‘lightning rod’. Akibatnya banyak gereja yang tidak mempunyai pelindung petir.telah rusak dan banyak tukang bunyi loceng (bell ringers) mati kena panahan petir.
Keadaan tahap sains di negara-negara Islam Sekiranya kita naik pesawat dan terbang diruang angkasa negara-negara Islam, dari Karachi ke Tehran dan dari Dubai ke Riyadh, kita akan dapati banyak persamaan.Yang dimaksudkan persamaan ini bukanlah persamaan dari segi akidah, tetapi persamaan dari segi teknologi Barat dalam bentuk bangunan yang tinggi, lapangan terbang, lebuhraya yang sesak dengan kenderaan, antena TV, dll. Teknologi yang digunakan untuk menjana ekonomi negara-negara masingmasing, seperti menggali minyak, menggerudi, menapis dan pengangkutannya juga diimpor.Negara-negara Barat memberi kemudahan kepada negara-negara pengeluar bahan mentah ini menukar dengan barangan yang telah siap dikilang, seperti kapal terbang, senjata, peluru, sehinggalah kepada pembuka tin.
Allah Ta’ala telah mengaruniakan kepada negara-negara Islam kekayaan minyak mentah. Namun setelah dikaji, simpanan bekalan minyak ini bukanlah untuk selamanya karena lambat laun ia akan habis juga.Buat masa ini negara-negara pengeluar minyak ini menggunakan kekayaan tersebut untuk membiayai keperluan negara masing-masing, sama ada untuk keperluan domestik atau peperangan.Telah dibuktikan oleh sejarah bahwa masyarakat yang tidak produktif akan menghadapi kehancuran dan seterusnya akan dipinggirkan.Justeru, telah banyak kedengaran dikatakan bahwa negara-negara Islam atau Dunia Ketiga perlulah melakukan pemindahan teknologi daripada negaranegara maju.Pada masa yang sama terdapat juga suara-suara yang mendakwa bahawa ada konspirasi dunia Barat untuk memastikan negara-negara Islam tidak akan maju dan mesti terbelakang dari segi teknologi. Adakah dakwaan begini yang sebenarnya telah menyebabkan negara-negara Islam terbelakang?
Dari kajian, didapati terlalu banyak percanggahan pendapat tentang sebabsebab kemunduran saintifik di negara-negara Islam. Dari satu sudut, didapati bahwa negara-negara Islam kini dicengkami oleh teknologi Barat serta penggunaan (consumerism) yang berdasarkan pasaran, yakni dari kesan hasil Revolusi Saintifik. Oleh itu, sains diperlukan untuk menjana ekonomi sesebuah negara. Jadi tidak masuk akal sekiranya orang-orang Islam sendiri menolak sains. Dari sudut yang lain, teknologi dan pasaran telah menyebabkan berlakunya identitas yang seragam dan menghikis identitas lama.
Pemikiran tradisional merasa terancam atau kurang senang dengan sifat-sifat sains yang memerlukan banyak pertanyaan serta perkembangan ide.Ini telah menyebabkan berlaku pertentangan di antara Muslim yang modenis dan Muslim tradisional terutamanya di negara-negara yang diperintah oleh fahaman orthodoks.
Pernah berlaku dalam satu konferens negara-negara Islam timbul persoalan sama ada sains itu Islamik atau tidak. Ada yang beranggapan bahawa sains itu sekular maka ia bercanggah dengan akidah.Sekarang kita berbalik kepada isu kedudukan sains di negara-negara Islam.Bagaimanakah status sains itu boleh diukur kerana sains itu terlalu luas dan merangkumi kehidupan harian manusia yang juga telah banyak berubah mengikut masa?
Kaedah kajian boleh didasarkan kepada empat faktor:
(1). Sains sebagai faktor utama untuk menyenggara dan membangunkan proses yang produktif untuk kesejahteraan hidup masyarakat.
(2). Sains merupakan keperluan ahli sains yang terlibat secara langsung dan penuh masa.
(3). Sains merupakan anasir atau elemen yang diperlukan di dalam sistem pendidikan masyarakat.
(4). Sains sebagai salah satu pengaruh yang boleh membentuk fahaman dan sikap manusia terhadap alam ini, - dari sudut saintifiknya, yakni penggunaan prosedur berkaedah seperti pemerhatian, ujian, pengklassifikasi dan pengukuran untuk mencapai kepada kesimpulan tentang sesuatu pengetahuan.
PEMBENTUKAN KEBUDAYAAN ISLAM SUATU TINJAUAN HISTORIS-FILOSOFIS
Agama pada umumnya diyakini mengandung ajaran-ajaran yang berasal dari Tuhan Yang Mahatahu dan Mahabenar. Oleh karena itu, ajaran-ajaran agama yang bersifat absolut dan mutlak benar yang harus diterima oleh pemeluknya. Ajaran-ajaran itu merupakan dogma-dogma yang kebenarannya tidak bisa lagi dipermasalahkan oleh akal manusia. Dalam agama terdapat sikap dogmatis untuk mempertahankan yang lama dan telah mapan dan tidak bisa menerima bahkan menentang perubahan dan pembaruan.
Perlu ditegaskan bahwa dalam Islam yang bersifat maksum yang terpelihara dari kesalahan dalam soal ijtihad-hanyalah nabi Muhammad. Selain beliau, bahkan termasuk para sahabat bisa saja berbuat salah dalam ijtihad mereka. Oleh karena itu,ajaran-ajaran yang dihasilkan oleh para sahabat,para tabiin dan para ulam sesudah mereka, tidaklah bersifat absolut dan mutlak benar,tetapi bersifat relatif dan nisbi kebenarannya. Kalau ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Quran yaitu yang ayatnya qath’iy al-dalalah dan ajaran-ajaran dalam hadis mutawatir mengikat bagi seluruh umat Islam, ajaran-ajaran yang dihasilkan para sahabat,para tabiin dan para ulama masa silam,tidak mempunyai sifat mengikat.Sebai ajaran-ajaran yang kebenarannya bersifat nisbi dan relatif,ajaran-ajaran itu boleh diikuti dan boleh pula tidak diikuti,walaupun jumlahnya terbanyak(95%) dibandingkan ajaran-ajaran yang bersifat absolut (Al-Quran dan hadis mutawatir).
Jelas kiranya bahwa dogma dalam islam sedikit jumlahnya. Oleh karena itu Islam bukan agama yang dogmatis. Pemikiran dalam Islam tidak bersifat dogmatis dan tidak terikat pada dogma yang banyak jumlahnya. Islam sebenarnya mengajak pemikiran terbuka serta raisonal,pandangan luas dan sikap dinamis. Bahwa Islam mengajarkan demikian dibuktikan oleh perkembangan pemikiran keagamaan dan kebudayaan pada Zaman Klasik atau keemasan Islam yang bermula dari pertengahan abad ketujuh dan berakhir pada pertengahan abad ketiga belas M.
Pada Zaman itu yang berkembang bukan hanya kebudayaan dalam bentuk pemikiran filosofis, sains, arsitektur, kesenian dan lain-lain tetpai juga pemikiran keagamaan sendiri.
Pemikiran rasional yang dipakai para sahabat, tabiin serta ulama pada Zaman itu selain tidak terikat kecuali pada ajaran dasar yang bersifat absolut,juga tidak terikat pada arti tekstual dari ayat. Arti tersurat jika perlu ditinggalkan dan arti tersiratnya diambil.
Dalam menghadapi serangan-serangan yang berdasarkan argumen filosofis dari musuh Islam pada Zaman permulaan Islam,kaum mu’tazilah memakai oula filsafat sebagai argumen mereka. Dalam filsafat kedudukan akal tinggi,maka kaum mu’tazilah banyak memakai akal dalam memahami ayat-ayat Al-Quran. Arti lafzhi ayat mereka tinggalkan dan mengambil arti majazi atau artinya tersirat. Sebagai akibatnya muncul tuduhan bahwa kaum mu’tazilah mengutamakan akal daripada wahyu. Muncullah masalah akal dan wahyu dalam teologi Islam. Sejauh manakah kekuatan akal dalam mengetahui masalah agama dan apa fungsi wahyu didalamnya.
Dalam Tasawuf yang berkaitan dengan ibadah,timbul pengalaman rohani. Tujuan tasawuf adalah pendekatan diri kepada ALLAH SWT. Dalam pendekatan diri terhadap Tuhan itu,syufi menempuh jalan panjang yang berisi stasiun-stasiun. Stasiun yang dekat kepada Tuhan adalah ma’rifah dan ittihad. Dalam ma’rifah kalbu sufi sudah melihat Tuhan dan dalam ittihad sufi sudah merasakan ruhnya bersatu dengan Tuhan. Disini terdapat dua pengalaman rohani, pengalaman ma’rifah yang diamalkan oleh golongan sunni dan pengalaman ittihad yang kurang diterima oleh golongan sunni tetapi diamalkan oleh golongan syi’ah.
Demikian pemikiran dan pengalaman keagamaan yang berkembang sesudah Islam meluas kedaerah-daerah disemenanjung Arabia yaitu perkembangan yang didasarkan atas ajaran-ajaran pokok yang terdapat dalam Islam dizaman klasik hanya terikat pada ajaran dasar Al-Quran dan hadis yang jumlahnya sedikit.
Dalam bidang kebudayaan,perkembangan terjadi dalm bidang pemikiran filsafat. Didaerah-daerah luar semenanjung Arabia yang jatuh kedalam kekuasaan Islam telah lama berkembang filsafat dan sains Yunani seperti Aleksandria di Mesir, Antakia di Suriah, Jundisyapur di Irak, dan bactra di Persia. Ulama Islam Zaman Klasik cepat berinteraksi dengan kebudayaan Yunani itu.
Al-Quran dan hadis menjunjung tinggi kedudukan akal dan kebebasan berfikir memungkinkan umat, khususnya para ulam pada Zaman Klasik, mempelajari kebudayaan rasional yang itu. Maka muncullah pemikiran filosofis dalam islam. Pandangan luas serta terbuka dan pemikiran rasional yang terikat hanya pada sedikit ajaran absolut membuat filosof Islam seperti Al-Kindi, Ibn Thufail, Al-Farabi, Ibn Miskawaih, Ibn Sina, Ibn Rusyd, dan lain-lain dapat menerima filsafat Pytagoras, Plato, Ariestoteles dan lain-lain. Sesungguhnya filosof-filosof itu bukan orang beragama. Filsafat mereka dapat dengan mudah disesuaikan dengan filosof-filosof Islam itu dengan ajaran dasar Al-Quran. Konsep ide tertinggi Plato, Pergerakan pertama Ariestoteles danYang Mahasatu Plotinus mereka idientikan dengan ALLAH SWT. Bahkan Al-Farabi berpendapat bahwa Plato dan Ariestoteles termasuk dalam jumlah nabi-nabi yang tidak disebut namanya dalam Al-Quran. Oleh karena itu, Ia berusaha keras untuk mendamaikan filsafat Ariestoteles dengan filsafat Plato,guru Ariestoteles.
Kaum filosof Islam juga membahas jiwa yang didalam Al-Quran disebut al-nafs dan al-ruh. Tetapi ayat-ayat Al-Quran tidak menjelaskan hakikat al-nafs dan al-ruh itu.
Ibn Sina lah yang menyumbangkan filsafat jiwa yang orisinal. Sebagaimana Ariestoteles ia membagi jiwa kepada tiga bagian. Pertama, jiwa tumbuh-tumbuhan dengan daya makan,tumbuh dan berkembangbiak.Kedua, jiwa binatang dengan daya gerak tempat dan daya mengetahui. Yang orisinal dari Ibn Sina adalah pembagian daya mengetahui menjadi daya indra luar, melihat, mendengar, mencium, merasa dan meraba;dan panca indra dalam yang terdapat diotak. Kelima indera dalam itu ialah indera bersama yang menyalurkan semua kesan yang diterima panca indera luar keindera dalam. Kedua, indera penggambar (al-khayyal) melepaskan kesan-kesan itu dari materinya. Indera yang ketiga adalah indera pengreka (al-mutakhayyilah) yang menghubungkan kesan-kesan satu dengan yang lain. Penganggap (al-wahmiyyah) adalah indera keempat yang menangkap arti dari kesan-kesan itu. Indera kelima, pengingat (al-hafzhah) menyimpan arti-arti yang diabstrakkan indera keempat.
Pembagian terinci ini tidak dijumpai dalam filsafat Ariestoteles dan filosof-filosof lainnya. Filsafat Ibn Sina ini menjelaskan proses kesan atau gambaran yang mempunyai dimensi abstrak menjadi arti. Daya penganggap dari otak binatanglah yang mengambil arti dari gambaran yang diberikan panca indera luar kepada panca indera dalam.
Dalam bidang sains timbul saintis atau ulama dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Karena pada zaman klasik,filsafat belum dipisahkan dari sains,tetapi keduanya merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan, maka filosof-filosof (Ibn Sina dan Ibn Rasyd) adalah dokter yang meninggalkan ensiklopedia dalam ilmu kedokteran yang pada abad keduabelas diterjemahkan kedalam bahasa latin dan dengan demikian mempunyai pengaruh bagi perkembangan ilmu kedokteran didunia Barat zaman Pertengahan Eropa. Ensiklopedia dalam ilmu kedokteran yang dikarang dokter-dokter Islam itu sampai abad kedelapanbelas M. Masih dipakai diuniversitas Eropa.
Dalam matematika,bersam ilmu kedokteran yang besar peranannya dalam kehidupan modern sekarang juga berkembang ditegah ulama-ulama Islam. Nama ulama yang termasyhur dalam bidang matematika adalah Al-Khawarizmi. Ialah yang pertama mengarang buku dalam ilmu hitung dan aljabar, yang teks arabnya telah hilang. Yang tertinggal hanyalah terjemahannya dalam bahasa Latin. Istilah algorisme atau algoritme berasal dari nama Al-Khawarizmi. ‘Umar Al-Khayyam dan Al-Thusi adalah ulama yang terkenal dalam bidang matematika. Angka nol adalah ciptaan ulama Islam. Pada tahun 837 angka itu telah dipakai didunia Islam,sedangkan diIndia baru tiga tahun kemudian. Angka yang dipakai ulama Islam dalam matematika dibawa ke Eropa pada tahun 1202 M. Oleh karena itu, angka 0,1,2 hingga 9 yang dipakai sekarang dalam ilmu hitung di Eropa dikenal dengan angka arab.
Dalam Astronomi, buku-buku karangan Ilmuwan Yunani separti Prolomeus dan Archimedes diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Ulama astronomi Islam yang terkenal antara lain Al-Fazzari dan ‘Umar Al-Khayyam. Mereka juga mengarang buku astronomi seperti halnya buku dalam cabang sains lain,diterjemahkan kedalam bahasa Latin untuk diajarkan ke Eropa. Observatorium didirikian diberbagai kota seperti Baghdad,Damsyik,dan Kairo didunia Islam bagian timur dan Sevilla serta kota-kota lain di Andalusia,dunia Islam bagian Barat.
Dalam ilmu kimia, menurut orientalis Prancis,Lebon,apa yang diperoleh ulama Islam dari peninggalan Yunani tidak banyak. Ulama besar dalam ilmu kimia adalah Jabir bin Hayyan dan Zakaria Al-Razi yang di Eropa masing-masing dikenal dengan nama Gaber dan Rhazes. Karena kesungguhan dan ketekunan dalam penelitian kimi. Al-Razi menjadi rusak pengelihatannya. Kalau zaman Yunani, Kimia banyak berdasar pada spekulasi,ditangan ulama islam ilmu itu berkembang atas dasar eksperimen.
Kebudayaan dalam dibidang Arsitektur mengambil bentuk masjid yang indah dan megah dengan menaranya yang menjulang kelangit.Masjid-masjid demikian masih bisa dilihat di Istanbul,Kairo,Isfahan dan kota-kota islam lainnya. DiSpanyol masih dapat dijumpai masjid-masjid indah dan megah,tetapi tidak dipakai untuk tempat beribadah.
Kebudayaan dalam bidang seni mengambil bentuk kaligrafi yang pada zaman modern ini dihidupkan kembali. Seni lukis juga berkembang pada zaman lampau.Hanya didunia seni lukis manusia dijauhi,demikian juga membuat patung manusia.karena khawatir akan disembah orang awam yang tak begitu kuat tauhidnya.Didunia Syi’ah menggambar manusia dalam seni lukis tidak masalah.
Dari uraian diatas terlihat bahwa zaman klasik islam, kebudayaan islam mengambil bentuk yang tinggi,sebagaimana nyata dari perkembangan filsafat, sains, arsitektur, dan seni lukis. Kebudayaan islam pada zaman itu mengambil bentuk peradaban yang tiada taranya didunia. Eropa pada zaman itu masih berada pada zaman kegelapan dan pertengahannya,Bizantium dalam keadaan mundur dan dihancurkan Kerajaan Turki ‘Ustmani pada 1453 M,sedangkan Amerika belum muncul. Rusia dan lain-lain belum kedengaran namanya.
Peradaban yang tinggi itu melalui filsafat dan sainsnya yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin diToledo (Spanyol) dan Polermo (sisilia) mengeluarkan Eropa dari zaman kegelapannya dan memasuki zaman Renaisans untuk kemudian memasuki zaman modern pada abad keenambelas M.
Dalam sains,teori evolusi dan konsep hukum alam atau sunnatullah yang tidak berubah-bah bertentangan dengan ajaran kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan yang terdapat dalam teologi Al-Asy’ari.Tetapi oleh umat zaman pertengahan Al-Asy’ari diyakini bersifat absolut dan tak boleh ditentang.sains hilang dari dunia Islam juga karena orientasi keakhiratan yang dibawa tarekat-tarekat yang sangat berkembang diDunia Islam pada Zaman Pertengahan. Timbul keyakinan bahwa soal dunia adalah soal yang remeh . Bahkan timbul ajaran bahwa dunia adalah bangkai dan yang mengajarkannya hanyalah hewan.Dunia dianggap tidak ada harganya.Islam mengalami kemunduran dalam bidang pendidikan, pemikiran, filsafat dan sains.Madrasah-madrasah hanya mengajarkan ilmu agama.
Sedangkan tidak seperti halnya Bani Abbas,kemajuan politik dan ekonomi kerajaan Turki ‘Utsmani, kerajaan Safawi dan kerajaan Mughal tidak diimbangi oleh kemajuan dalam bidang peradaban. Ketiga kerajaan itu besar dibidang politik dan ekonomi,tetapi lemah dalam bidang pemikiran, sains dan filsafat.
Pada saat itu,keadaan di Eropa yang sebelumnya berada dalam keadaan gelap mulai mengalami perubahan Kemajuan bidang filsafat dan sains yang ada di Baghdad juga dibawa ulama Islam ke Andalusia,Spanyol Islam. Di Cordoba dan Sevilla berdiri universitas-universitas Islam. Yang datang mencari ilmu kesana bukan hanya orang-orang Islam saja tetapi juga orang-orang non-Islam dari Eropa.
Setelah orang-orang Eropa ini menguasai bahasa Arab serta filsafat yang dikembangkan ulama Islam, buku-buku Arab mereka terjemahkan kedalam bahasa Latin. Dengan demikian,bukan sains dan filsafat Islam saja yang mereka pindahkan ke Eropa,tetapi juga pemikiran rasional Islam untuk menggantikan pemikiran dogmatis yang dikembangkan Gereja di Eropa.
Semua ini membawa kepada timbulnya Renaisans di Eropa.Eropa mengalami kebangkitan sejak tidurnya yang nyenyak.Pemikiran filosofis dan sains yang diambil orang Eropa dari Dunia Islam,mereka kembangkan dan pada abad keenambelas M. Masuklah Eropa keZaman Modern.
Ini semua dimungkinkan karena ekonomi Eropa juga meningkat.Dari sains yang diperoleh orang Eropa dari Islam mereka mengetahui bahwa dunia ini bundar,maka untuk pergi kesumber sutra dan rempah-rempah di Timur,jalan bukan hanya melalui Timur Tengah,tetapi sumber kekayaan itu jaga dapat dicapai melalui jalan Barat atau jalan Selatan.
Ekonomi yang meningkat dan pemikiran rasional yang berkembang membawa Eropa kezaman modern yang ditandai dengan kemajuan dalam pemikiran dan sains serta teknologi.Setelah lama Eropa tak mempunyai Adikuasa,mulailah muncul disana pada abad kedelapanbelas M. Dua Adikuasa yaitu Inggris dan Prancis.
Ketiga Adikuasa Islam, Kerajaan Turki ‘Utsmani,Kerajaan Safawi dan Kerajaan Mughal kini menghadapi saingan. Sementara itu pemikiran rasional dan orientasi dunia yang telah hilang dari dunia Islam digantikan dengan pemikiran tradisional dan orientasi akhirat tidak dapat mengembangkan sains dan teknologi.DiEropa berkembang cepat sains dan teknologi sedangkan didunia Islam tidak ada sains dan teknologi.
Maka dalam persaingan ini Inggris dan Prancis dengan sains dan teknologinya mengungguli ketiga Adikuasa Islam.Persenjataan Kerajaan ‘Ustmani,Kerajaan safawi dan Kerajaan Mughal yang masih tradisional tak dapat mengimbangi persenjataan Inggris dan Perancis yang modern.Maka dalam peperangan antara dunia Islam dan Barat,Dunia Islam senantiasa mengalami kekalahan.
Jangankan melawa Inggris dan Perancis,melawan Spanyol dan Portugal,keduanya hanya merupakan dunia kecil,Dunia Islam tak sanggup.spanyol dan Portugal menyerang dunia Islam sebagai balas dendam terhadap umat Islam yang menguasai daerah mereka diEropa untuk lebih dari 700 tahun.DiTimur jauh Spanyol dan Portugal dapat menjajah beberapa daerah seperti Filipina oleh Spanyol dan Timor-Timor oleh Portugal.
Sejarah membuktikan bahwa Eropa menghasilkan adikuasa-adikuasanya karena kemajuan sains dan teknologinya dan dalam Islam kehilangan adikuasa-adikuasanya karena tidak lagi mengembangkan sains dan teknologinya.
Beberapa contoh perdebatan antara sains dan kepercayaan tradisional:
(1). Konflik yang agak terlihat di antara ilmu sains dan tradisional ialah mengenai mukjizat.Untuk membincangkan perkara ini, pada tahun 1987 telah diadakan satu persidangan dengan temanya “ Mukjizat Saintifik Al-Qur’an dan Sunnah”.
(2). Perbedaan pendapat mengenai anak bulan Ramadhan di antara ulama dan mereka yang bersandarkan kepada ilmu sains.Ini adalah karena penglihatan anak bulan itu berbeda dari satu tempat ke satu tempat.Begitu juga dengan Idul Fitri. Pihak saintifik lebih cenderung supaya digunakan kaedah astronomi modern karena kedudukan bulan itu boleh dikira dengan tepat. Ini boleh menyeragamkan bermulanya puasa dan idul-fitri. Pihak ulama juga tidak setuju karena mereka perpegang kepada kaedah melihat bulan itu.
(3). Ramalan cuaca juga menjadi isu perdebatan. Muslim modernis berpadukan kepada hukum alam untuk membuat ramalan cuaca, terutamanya hujan. Mereka juga berpendapat bahawa sholat memohon hujan hanyalah doa untuk hujan turun tetapi manusia tidak boleh mengharapkan Tuhan mengubah hukum alam semata-mata karena doa. Bagaimanapun, di hampir semua negara-negara Islam jabatan kaji cuaca menggunakan peralatan meteorologikal modern yang mendapat maklumat dari satelit dan aplikasi hukum fiziks untuk meramalkan cuaca dan hujan. Tetapi masih terdapat Muslim orthodoks yang beranggapan bahawa ramalan hujan adalah diluar bidang manusia karena itu hak mutlak Tuhan. Apabila datang musim kemarau, mereka akan melakukan solat hajat supaya hujan turun.
(4). Teori Darwin atau disebut Darwinisme dianggap sebagai ancaman kepada akidah di dunia Islam. Teori ini pernah diperkenalkan oleh seorang Arab bernama Shibli Shumayyil pada tahun 1910 ke dunia Arab. Ia telah menjadi perdebatan yang sungguh panas sehingga diisytihar jihad ke atas ‘racun Darwinisme’. Seorang ahli kajihayat Sudan, Farouk Mohammed Ibrahim pula telah dipenjara dan disiksa karena mengajar teori Darwin.
(5). Pada hari ini masih terdapat universitas-universitas yang mengamalkan sistem tradisional mengajar teori astronomi Ptolemy, yakni teori yang mengatakan bahwa bulan dan matahari yang mengelilingi bumi, manakala bumi yang statik. Teori yang diterima dan dipakai umum ialah teori Copernicus, tetapi ia diajar sebagai hypothesis saja.
(6). Pada tahun 1982 Sheikh Abdul Aziz Ibn Baz dari Saudi Arabia telah mengarang buku berjudul ‘Pergerakan matahari dan bulan dan bumi yang statik’, serupa dengan teori Ptolemy. Ini juga menyanggah dengan teori yang dipakai oleh dunia astronomi. Walaupun Saudi Arabia merupakan negara Islam pertama menghantar manusia ke angkasa lepas, tetapi malangnya dia lebih sibuk hendak mencari arah Qiblat daripada mengkaji teori Ptolemy dan Copernicus.Perbedaan perkembangan sains dan ide modern di dunia Islam bukanlah satu yang diherankan lagi.Walaupun 1/5 penduduk dunia beragama Islam tetapi tidak mempunyai dampak di dalam dunia penyelidikan saintifik. Kebanyakan negara-negara Islam bergantung kepada teknologi Barat. Ini amat terarah didalam Peperangan Teluk
MENGAPAKAH MASALAH INI BERLAKU?
Masalah yang paling mudah dilakukan ialah menyalahkan Agama Islam itu sendiri, sama dengan pandangan Barat. Mereka menganggap bahawa Islam pada dasarnya tidak mampu berbudaya saintifik modern. Malah banyak para Orientalis mengatakan bahawa Islam itu hanya berpaut pada masa silam dan tidak menggalakkan pengalaman baru atau perubahan. Mereka seterusnya mendakwa bahawa Islam dan kemodernan itu berlawanan kerana Islam menolak budaya yang rasional dan saintifik. Seorang ahli sosiologi German, bernama Max Weber, mengatakan bahawa Islam itu adalah agama pahlawan semata-mata yang tidak serasi dengan masyarakat kapitalis yang rasional. Serangan-serangan sedemikian memang tidak dapat dibendung lagi dan kemungkinan besar menyebabkan masyarakat Islam menjadi defensif dan bersikap tertutup dan tidak mendengar kritikan yang dianggap menghina.
Akhirnya, masyarakat Islam tidak mau menerima hakikat masalah yang melanda umat ini di seluruh dunia. Dalam mencari penyelesaian kepada masalah dan kemungkinan untuk membangunkan sebuah masyarakat Islam yang berorientasikan sains, telah timbul tiga golongan pemikir yang disebut sebagai, pengamal semula (restorationist), pembinasemula (reconstructionist) dan pragmatis (pragmatist). Yang disebut sebagai pengamal semula ialah mereka yang berpendapat bahawa Islam harus dipraktikkan seperti pada masa silam dan menyalahkan kegagalan dan kekalahan disebabkan orang-orang Islam telah menyimpang dari Jalan Yang Lurus. Ini telah menyebabkan bertambah pergerakan-pergerakan fundamentalis di sekitar tahun 1970an dan 1980an di seluruh dunia Islam. Mereka mengiktihar jihad terhadap sekularisme, kapitalisme, sosialisme dan komunisme. Mereka juga mengiktihar jihad terhadap prinsip yang mengatakan bahawa hanya pemikiran manusia saja yang boleh memandu kehidupan manusia. Juga jihad terhadap apa-apa yang mempeloporkan pemikiran sekular, pemikiran dan kaedah sains modern. Antara mereka di dalam golongan ini ialah Maulana Abul Ala Maudoodi dan Maryam Jameelah.
Kumpulan pembina semula pula mempunyai pemikiran yang jauh berbeda karena mereka merasakan akidah itu perlu ditafsir semula dengan ajaran dan tradisi Islam supaya serasi dengan tamaddun modern. Mereka berpendapat bahwa Islam semasa zaman Rasulullah s.a.w. dan Khulafah ar-Rashidin adalah progressif, liberal dan rational. Antara mereka yang berfikiran begini adalah Syed Ahmad Khan dan Syed Ameer Ali.
Kumpulan pragmatis berpendapat bahawa keperluan agama itu tidak ada sangkut paut dengan kehidupan politik dan ekonomi atau pengetahuan sains dan sekular. Mereka berpuas hati dengan kepercayaan bahawa Islam dan pemodernan itu tidak bercanggah. Salah seorang pemikir pragmatis ialah Syed Jamaluddin Afghani. Pada dasarnya mayoritas orang-orang Islam di dunia berpegang kepada pandangan pragmatis. Pemimpin-pemimpin dunia Islam seperti Mohammad Ali Jinnah, Gamal Abdul Nasser, Ahmed Sukarno, Habib Bourguiba, Zulfiqar Ali Bhutto, malah Saddam Hussien adalah di antara mereka yang menyeru kepada pengikutnya bertindak dan bukannya sepakat menghormati Islam saja.
Walaupun kumpulan fundamentalis (pengamalsemula) kian berkembang pada masa ini, tetapi aliran pragmatis masih menjadi mayorits Muslim hari ini.Bagaimanapun, masyarakat Islam masih belum mempunyai keupayaan dan kemauan untuk menghadapi jabaran pemodernan pada hari ini. Masa depan sains dan tamaddun dalam Islam bergantung kepada kemauan masyarakat Islam itu sendiri sama ada hendak bergerak ke hadapan atau bersikap pasif saja.
HUBUNGAN ANTARA GOLONGAN ISLAM MODERN DAN TRADISI
Golongan tradisi tidak juga senantiasa berdiam diri dan bersikap statis. Mereka pun mengadakan perubahan-perubahan dalam kalangan mereka,pada mulanya dengan mengorganisasi dari dalam Nahdatul Ulama (1926) dan persatuan Tarbiyah Islamiah (1929) dan juga dengan mengadakan perubahan lain.Mereka melakukan perubahan dalam sekolah yang mereka dirikan dengan memperkaenalkan sistem kelas disertai kurikulum.Mereka mencontoh cara-cara kalangan modern dalam propaganda,seperti mengadakan tabligh bukan saja dimasjid tetapi di tempat lain.,mereka juga menerbitkan majalah dan brosur.Dalam tahun 1935 Perti malah memperkuat pendapat terdahulu dikalangan modern Islam bahwa harta pendapatan harus tuduk pada hukum faraidh.
Bila perubahan-perubahan ini telah masuk kekalangan tradisi, tidaklah lama berlangsung untuk tumbuhnya persetujuan dan pendekatan antara kedua kalangan, (tradisi dan modern). Kedua pihak memang tetap dalam pendirian masing-masing dalam masalah agama, tetapi mereka pun mulai menyadari bahwa dasar ajaran mereka seperti dibakukan dalam rukun Islam dan rukun Iman adalah sama. Rukun Islam meliputi pengakuan terhadap ALLAH, Muhammad sebagai rosul, Shalat, zakat, puasa Ramadhan dan naik haji. Rukun Iman mengenai pengakuan percaya kepada ALLah,terhadap Malaikat, Kitab-kitab yang diturunkan-Nya, Rosul-Nya, hari kemudian dan nasib baik dan buruk. Rukun ini ajaran dasar yang harus dihafal dan dipelajari baik-baik oleh anak-anak Islam dari masa kecilnya.
KESIMPULAN
Pembahasan diatas menunjukan bahwa antara Iman dan Ilmu dalam Islam hanya dapat dibedakan,tetapi tidak dapat dipisahkan.Setelah itu kita juga melihat bukti dalam sejarah ternyata umat Islam zaman pertengahan berjasa dalam pengembangan sains.
Pengungkapan jasa umat Islam dalam pengembangan sains bukan hanya sekedar untuk “bernostalgia”.Lebih dari itu,tujuannya adalah untuk membangkitkan etos keilmuan dkalangan umat Islam,sebagai pangkal dibangunnya kembali tradisi intelektual yang terbuka,kritis dan kreatif.Sebab salah satu yang sangat terasa dalam masa-masa kemunduran umat Islam sekarang ini ialah melemahnya etos keilmuan dan tradisi intelektual (Nurcholish Masjid,1998:9).
Sains didunia Islam saat ini sangat menyedihkan.Nurcholish Masjid (1998:9)menyatakan bahwa sekarang ini Dunia Islam merupakan kawasan bumi yang paling terbelakang diantara penganut-penganut agama besar.Negara-negara Islam jauh tertinggal oleh negara-negara penganut agama lain.Umat Islam sangat terbelakang dalam bidang sains dan ketinggalan oleh Eropa Utara, Amerika Utara, Australia dan Selandia baru yang memeluk agama protestan; oleh Eropa Selatan dan Amerika Selatan yang menganut agama Khatolik Romawi; Oleh Eropa Timur yang menganut agama Khatolik Orthodoks; Oleh Israel yang Yahudi; Oleh india yang mayoritas memeluk agama Hindu; Oleh cina, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Jepang yang menganut agama Budha-Taois; dan oleh Taiwan yang Budhis. Jadi tegasnya, ”Nurcholis Masjid”, tidak ada satupun agam besar dimuka bumi ini yang lebih rendah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya daripada Islam”.
DAFTAR PUSTAKA
___ Deliar Noer(1900-1942), Geakan Modern Islam di Indonesia,Jakarta:PT Pustaka LP3ES Indonesia.
___ Drs. Atang Abd. Hakim,Ma., Dr. Jaih Mubarok,Metedologi Studi Islam,Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
___ Farhad Daftary (ed.)(2001),Tradisi-tradisi Intelektual Islam,Jakarta:Erlangga.
___ John Cooper, Ronald L. Nettier, Mohamed Mahmoud(2000), Pemikiran Islam, Jakarta:Erlangga.
___ Prof. Dr. Harun Nasution(1995), Islam Rasional, Bandung: Mizan.
versi doc. Sains Dunia Islam Masa Kini
Sains dalam Islam
Istilah sains dalam Islam sebenarnya berbeda dengan sains dalam pengertian Barat modern saat ini. jika sains di Barat saat ini difahami sebagai satu-satunya ilmu dan agama, di sisi lain sebagai keyakinan.Dalam Islam ilmu bukan hanya sains dalam pengertian Barat modern ¹ , sebab agama juga merupakan ilmu, artinya dalam Islam disiplin ilmu agama merupakan sains.Untuk memahami posisi sains atau ilmu dalam Islam, kita harus memahaminya secara bahasa.
Terdapat hubungan yang erat antara ilmu („ilm), alam („alam), dan al-KhÉliq.Untuk menggambarkan secara singkat hal ini, marilah kita lihat kata „ilm. sebuah istilah yang digunakan dalam bahasa Arab untuk menunjukkan ilmu. Kata „ilm yang berasal dari akar kata yang terdiri dari 3 huruf, „a-l-m, atau „alam. Arti dasar yang terkandung dalam akar kata ini adalah „alÉmah, yang berarti “petunjuk arah”. Al- Raghib al-Isfahani (1997, s.v. “„a-l-m”) menjelaskan bahwa al-„alam adalah “jejak (atau tanda) yang membuat sesuatu menjadi diketahui‟.
Franz Rosenthal (1979, hal. 10) memberikan pandangannya yang menarik, the meaning of “to know” is an extension, peculiar to Arabic, of an original concrete term,namely, “way sign.”…the connection between “way sign” and “knowledge” is particulary close and takes on especial significace in the Arabian environment.
Jadi kita melihat ada keterkaitan yang erat antara way sign (petunjuk arah) dengan knowledge (ilmu atau pengetahuan). Kemudian„a-l-m juga ternyata akar kata bagi istilah yang sudah menjadi bahasa Indonesia, yaitu alam atau dalam bahasa arab “Élam” yang secara umum berarti jagat raya-alam semesta yang mencakup apa yang ada di luar kita ÉfÉq atau makrokosmos (al-„Élam al-kabÊr) dan juga termasuk apa-apa yang ada di dalam diri kita atau anfËs atau mikrokosmos (al-„Élam al-Îagir), yang dapat dipelajari dan diketahui.
Menurut Mohd Zaidi Ismail (seorang pakar sains Islam), ilmu Fisika yang merupakan bagian utama dalam natural science, dalam tradisi keilmuan dan sains Islam disebut sebagai „ilm al-tabÊ‟ah (the science of nature). Kata al-ÏabÊ‟ah diambil dari akar kata Ï-b-‟a atau Ïab‟a, yang berarti “kesan atas sesuatu (ta‟Ïhir fii…), “penutup (seal), atau “jejak (stamp)” (khatm), maka ia menyiratkan “sifat atau kecenderungan yang dengannya makhluk diciptakan” (al-sajiyyah allatii jubila „alayha).¹ Guru MAN Sakatiga dan Mahasiswa Program Doktoral (S3) Prodi Peradaban Islam Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam PPs IAIN Raden Fatah Palembang.
Semua arti tersebut “mengasumsikan” adanya Sang Pencipta yang dengan cara-Nya mencipta (sunnatullah), membuat aturan (order), dan keberlangsungan (regularity) sejalan dengan universe sebagai kosmos-bertentangan dengan ketidakteraturan atau chaos-dan memungkinkan adanya ilmu dan prediksi.
Kemampuan memprediksi sebagai salah satu karakteristik Natural Science menjadi mungkin karena desain akliah (intelligent design) dan ketertiban yang terus-menerus pada alam, sesuatu yang tersimpulkan dalam konsep Islam, Sunnatuallah.Dengan demikian maka alam ini dan kejadian-kejadian yang membentuknya dalam al- Qur‟an disebut sebagai ayat-ayat Allah (yaitu, petunjuk dan simbol-simbol Tuhan), demikian pula kalimat-kalimat dalam al-Qur‟an pun disebut dengan istilah yang sama yakni ayat.
Hal ini menunjukkan bahwa keduanya, baik alam maupun al-Qur‟an adalah ayat yang berasal dari sumber yang sama, perbedaannya adalah bahwa alam adalah ayat yang diciptakan, sementara yang al- Qur‟an adalah ayat yang diturunkan (tanzil atau wahyu). Dengan demikian, bagi seorang ilmuwan muslim, seharusnya kegiatan sains pada dasarnya menjadi suatu usaha untuk membaca dan menafsirkan kitab Alam sebagaimana halnya ia membaca dan menafsirkan al- Qur‟an Pandangan yang seperti inilah yang melandasi ilmuwan Muslim terdahulu.
Syed Muhammad Naquib al-Attas (1975, hal. 133-134), seorang pakar pendidikan Islam juga menekankan hal ini dalam bukunya Prolegomena To The Metaphysics of Islam: Alam raya seperti digambarkan dalam Kitab Suci al-Qur‟an tersusun dari bentuk-bentuk simbolik (Éyat), seperti kata-kata di dalam sebuah kitab. Benar bahwa alam raya adalah bentuk lain dari kenyataan ilahiyah yang dapat dipadankan dengan kitab suci al-Qur‟an, hanya saja kitab alam yang besar ini merupakan sesuatu yang diciptakan, alam menyatakan dirinya dalam bentuk yang banyak dan berbagai yang berwujud secara simbolis atas dasar bahwa semua itu diungkapkan terus-menerus mengikuti Titah Penciptaan Ilahi. Kata sebenarnya adalah simbol dan untuk mengetahuinya dengan sebenar-benarnya adalah dengan mengetahui apakah kata tersebut mewakili sesuatu, menyimbolkan sesuatu, dan memberi makna sesuatu. Jika kita menganggap sebuah kata seolah-olah memiliki realitasnya yang tersendiri, maka kata tersebut tidak lagi merupakan petunjuk atau simbol karena ia kini diperlakukan sebagai sesuatu yang menunjuk pada dirinya sendiri, dan ini bukanlah sesuatu yang sebenarnya.
Demikian pula studi mengenai alam, atau mengenai apapun, mengenai setiap objek ilmu dalam alam ciptaan ini. Jika kata seperti “apa sebenarnya” dipahami sebagai hakikat yang berdiri sendiri, secara esensi dan eksistensi, seolah-olah ia adalah sesuatu yang pasti dan mampu untuk berada dengan sendirinya, maka studi tersebut tidak memiliki tujuan yang benar dan pencarian ilmunya menyimpang dari kebenaran, dan akhirnya validitas ilmu tersebut menjadi pertanyaan.
karena sesuatu “seperti yang sebenarnya” (as it really is) lain dari “apakah sesuatu itu” (what it is) dan itulah makna yang dimaksud (for as it really is a thing is what it means).
Sebagaimana studi mengenai kata sebagai kata membuat kita menyimpang dari kebenaran yang mendasarinya, keasyikan filsafat dan fisika atas benda sebagai benda mengarahkan kita pada kepercayaan umum yang salah bahwa benda-benda itu wujud di luar akal-fikiran sebagai kumpulan partikel-partikel yang terus ada dalam masa tertentu dan bergerak dalam ruang, seolah-olah partikel-partikel ini materi utama alam. Sedangkan, pada hakikatnya, isi “materi” terdiri dari rangkaian kejadian (a series of event; a‟raad, sing. „arad), dan fenomena fisik adalah proses-proses yang setiap detilnya terputus.
Pada hakikatnya sesuatu itu, seperti juga kata, adalah sebuah petunjuk (tanda) atau simbol, dan petunjuk atau simbol adalah sesuatu yang dzhair dan tak terpisahkan dari sesuatu yang lain yang tak dzahir.Sehingga tatkala yang pertama itu sudah dapat ditangkap, dan yang bersifat dengan sifat yang sama dengan yang pertama itu tadi dapat diketahui. Oleh sebab itu kami telah mendefisnisikan ilmu secara epistemologis sebagai sampainya arti sesuatu itu ke dalam jiwa, atau sampainya jiwa pada arti sesuatu itu. “Arti sesuatu itu” berarti artinya benar, dan apa yang kami anggap sebagai arti yang ”benar” itu, pada pandangan kami ditentukan oleh pandangan Islam (Islamic vision) tentang hakikat dan kebenaran sebagaimana yang diproyeksikan oleh sistem konseptual Al-Qur‟an.
Jadi bagi seorang saintis Muslim, melakukan kegiatan sains (mempelajari, meneliti dan mengajarkannya) pada intinya menjadi suatu usaha untuk membaca, memikirkan, mengartikan “kitab alam” yang terbuka secara benar.
ISLAM DAN SAINS
Islam dan Sains: Adakah keduanya serasi?
Prof. Mohammed Abdus Salam, penerima Hadiah Nobel 1979 dalam kajian
Fiziks, pernah berkata:
“Tidak dapat disangkal lagi pada hari ini bahawa dari semua tamaddun di dunia ini,
negara-negara Islam adalah paling lemah dalam ilmu sains. Kemelut ini tidak boleh
diambil mudah kerana kelangsungan hidup (atau survival) yang bermaruah pada hari ini
bergantung kepada kekuatan dalam ilmu sains dan teknologi.”
Bayangkan bahawa sepasukan penyelidik dari planet Marikh datang ke dunia di antara abad ke-9 dan ke-13. Tugas atau misi mereka adalah untuk mengkaji perkembangan budaya dan sosial manusia. Dari pemerhatian mereka, didapati bahawa ada masyarakat yang dinamik dan berkembang ke arah peradaban yang lebih baik dan tinggi, manakala terdapat juga budaya dan peradaban yang kaku dan rendah serta terikat kepada unsur-unsur tradisi dan ritual. Para penyelidik ini akan membuat laporan bahawa peradaban yang paling maju adalah peradaban atau tamaddun Islam yang mempunyai pelbagai kemudahan dan infrastruktur seperti adanya Bait-ul-Hikmah, pusat-pusat pemerhatian astronomi, hospitalhospital dan sekolah-sekolah. Baghdad pula merupakan tempat yang paling “bercahaya” kerana ia menjadi pusat intelek dunia di mana cerdik pandai dari seluruh pelosok dunia datang untuk menuntut ilmu. Nama-nama seperti Ibn Haytham dan Omar Khayyam pula terkenal sebagai saintis modern.
Akan tetapi pada masa yang sama terdapat perbedaan yang sangat terlihat sekali dengan tamaddun Eropah di mana mereka tenggelam di dalam Zaman Gelap (Dark Ages), tidak ada perkembangan ilmu. Sebaliknya mereka kelihatan sungguh ganas, seperti Pope yang memerintahkan pembakaran ‘ahli-ahli sihir wanita’. Bayangkan pula, sekiranya pasukan penyelidik dari planet Marikh ini datang sekali lagi pada hari ini. Mereka akan terkejut karena apa yang diperhatikan sepuluh abad yang lalu amat berbeda dari apa yang berlaku sekarang.
Tamaddun yang satu masa dahulu merupakan yang paling maju kini telah terperangkap di dalam zaman pertengahan; menolak kepada pembaharuan dan terus berpegang kepada nilai-nilai kuno. Sebaliknya, tamaddun yang kelihatan kaku dan ganas pada masa dahulu telah amat maju.Mereka akan bertanya-tanya apakah telah berlaku pertukaran peranan dari kedua-dua tamaddun tersebut dari sebab nasib? Atau adakah disebabkan oleh kemenangan peperangan satu pihak ke atas pihak yang lain? Atau adakah kerana telah berlaku perubahan pemikiran dan sikap kedua-dua tamaddun tersebut?
Sudah lebih 700 tahun tamaddun Islam kehilangan hampir seluruh kemajuan dan kebolehan di dalam ilmu sains. Sejak dari itu, selain dari usaha semasa Empayar Uthmaniah dan pemerintahan Mohammed Ali di Mesir, tidak ada usaha-usaha yang signifikan untuk mengembalikan kegemilangan tamaddun Islam. Ini adalah hakikat yang sangat disesali oleh kebanyakan orang Islam.Sesungguhnya hakikat ini amat merisaukan para reformasi Islam pada hari ini.
Tetapi, sebaliknya, terdapat para pengamal Islam tradisional tidak merasa kesal dengan hakikat tersebut, malah ada yang serasa kehilangan kemajuan sains karena mereka berpendapat bahawa pengaruh sekular yang merusakkan dapat dihindar dengan menjauhkan ilmu sains dari Islam.Kemajuan sains dan ideologi tidak dapat dipisahkan. Justru, timbul persoalan pokok: adakah Islam itu harmonis dan seiring dengan sains atau pun sebaliknya? Perdebatan yang berlarutan di antara reformis Islam dan pengamal Islam tradisi mengenai persoalan ini tidak membawa kepada penyelesaian kepada kemunduran umat Islam hari ini. Masing-masing berpegang kepada hujah-hujah dan tafsiran-tafsiran yang berbeda walaupun dari sumber yang sama, ia itu dari hadis-hadis atau al-Qurán. Isu pokok perbedaan mereka ialah: sains itu ilmu sekular dan tidak mungkin sebaliknya. Bagaimanapun, ciri sekular sains itu tidak menyangkal kewujudan Tuhan. Akan tetapi bukti-bukti kebenaran sains itu tidak bergantung kepada kepercayaan wujudnya tuhan kerana setiap yang ditemui itu diperolehi daripada usaha-usaha ujian, pemerhatian dan logik. Sama ada para saintis itu alim atau sebaliknya, ilmu sains tetap tidak berubah.
Perdebatan tersebut tidak akan sampai kepada penghujungnya. Sama ada sains itu sekular atau tidak, hakikatnya ilmu sains amat penting dalam kehidupan pada zaman ini. Setelah dunia berputar masuk abad ke-21, sikap Islam terhadap sains, sama ada tiori atau praktikalnya, memberi impak yang amat penting kepada masyarakat Muslim. Sains bukan lagi merupakan ilmu untuk golongan elit atau cendikiawan sahaja. Sebaliknya ilmu sains telah merubah peradaban manusia; tidak kira untuk kebaikan atau keburukan. Kekuatan ketenteraan, kuasa politik dan kemewahan ekonomi sesebuah negara moden banyak bergantung kepada kebolehannya memahami, mengawal dan mencipta sains moden. Bukti yang amat ketara ialah semasa Peperangan Teluk di antara Tentera Bersekutu dengan Iraq. Telah terbuku di dalam sejarah bahawa antara sebab kejatuhan tamaddun Islam itu ialah kerana kegagalan menguasai sains. Malah kelemahan Islam dalam sains telah menaikkan kuasa Barat dalam beberapa abad yang lalu.
Di zaman pertengahan, perhubungan di antara Islam dan Barat berbeda-beda; ada kalanya mesra dan adakalanya bermusuhan. Pemerintahan Islam di Spanyol selama tujuh abad telah memberi peluang kepada orang-orang Eropah menimba khazanah ilmu Yunani (Greek) dan Islam. Tetapi apabila timbulnya Peperangan Salib serta penguasaan Empayar Uthmaniah di Balkan, hubungan di antara kedua tamaddun tersebut menjadi tegang tanpa kesudahan. Sikap prejudis dan syak wasangka tersebut diwarisi hingga ke hari ini.Kemudian timbul Renaissance atau Zaman Kebangkitan di Eropa. Kejatuhan sistem ekonomi feudal dan timbulnya sistem kapitalisme secara meluas yang menyebabkan perubahan masyarakat, telah melahirkan sains modern di Eropa 400 tahun yang lalu. Budaya baru dengan sains modern ini cenderung melakukan berbagai ujian dan kajian secara lebih teratur berdasarkan kepada alam semula jadi.
Mereka tidak lagi terikat dengan ‘fatwa-fatwa’ atau cengkaman para paderi atau agamawan. Dengan kemajuan sains, orang-orang Eropa mendapat kekuasaan baru yang tidak pernah mereka impikan. Dengan kuasa ini juga mereka dapat memahami hukum alam dengan lebih mendalam dan seterusnya mencipta teknologi-teknologi yang baru. Malangnya, sains ini juga digunakan sebagai senjata untuk menjajah dan menghambakan tamaddun yang masih mundur teknologinya secara lebih sistematik.Masyarakat Islam rata-ratanya tidak terdaya menangkis serangan kuasa imperialisme pada abad ke-18. Hampir semua negara-negara Islam, dari Afrika Barat hingga Asia Timur, telah dijajah. Kekuatan pihak penjajah bukan bergantung kepada bilangan askarnya, tetapi kepada penggunaan ilmu sains modern.
Pertentangan di antara kedua tamaddun tersebut tidak seimbang kerana satu pihak menggunakan senjata-senjata moden, seperti senapang dan meriam, manakala satu pihak lagi masih menggunakan senjata lama seperti pedang dan panah. Peralatan yang canggih seperti kapal wap, telegraf, barangan hasil mesin dan kaedah organisasi moden merupakan tulang belakang kepada kekuatan penjajah. Negara-negara Islam berperang dengan kekuatan dari segi bilangan tetapi tanpa teknik peperangan moden mereka telah tumpas kepada tentera penjajah yang lebih berdisiplin dan teratur serta berkelengkapan modern, walaupun mempunyai bilangan yang jauh lebih kecil. Konfrontasi di antara dunia Barat, yang lebih maju dari segi industri dan ekonomi, dengan dunia tradisional telah menimbulkan pelbagai kesengsaraan. Hasrat dunia Barat ialah ‘memberi’ tamaddun baru kepada negara-negara yang dijajah dengan memusnahkan budaya tempatan. Kesan parut kemusnahan tersebut masih terasa hingga ke hari ini.
Era kemerdekaan negara-negara yang dijajah bermula selepas Peperangan Dunia Kedua. Setelah berlaku kemusnahan sistem ekonomi, sosial dan budaya tradisional serta hubungan politik oleh kuasa imperialisme Barat, timbul pula gejala politik orang-orang Islam di kalangan negara-negara tersebut. Namun peranannya amat terbatas, hinggakan persempadanan negara-negara mereka ditentukan oleh kuasa penjajahan sebelum mereka pulang. Kegembiraan mendapat kemerdekaan tidak bertahan lama. Perampasan tanah Palestin, kekalahan orang-orang Arab di dalam peperangan dengan Israel, kegagalan pemerintah negara-negara yang baru merdeka menangani dan mentadbir dengan sistem demokrasi yang stabil telah memusnahkan harapan orang-orang Islam mengecapi kemerdekaan sebenarnya. Kegagalan pemerintahan sekular nasionalis-sosialis, - seperti Mossadeq di Iran, Nasser di Mesir, Sukarno diIndonesia and Zulfikar Ali Bhutto di Pakistan – telah menimbulkan kekecewaan yang lebih mendalam dan seterusnya membibitkan pergerakan-pergerakan fundamentalis.
Bentuk pemerintahan birokrasi-tentera dan puak feudal tertentu menjadi dominan di kalangan negara-negara Islam. Sistem pemerintahan sedemikian amat jauh menyimpang dari nilai-nilai sosial dan etika Islam itu sendiri. Akan tetapi kekuatan pemerintah dan negara demikian telah dapat membina identiti dan menyatukan masyarakat Islam modern. Malangnya pemerintah negara-negara Islam ini tidak menunjukkan kebolehan atau kemahuan untuk mengatasi dan menangani masalah-masalah dan jabaran-jabaran dunia modern, terutamanya pembangunan sains dan budaya yang rasional. Jika dibandingkan dengan negara-negara bukan Islam yang mempunyai sumber dan tahap pembangunan budaya yang hampir serupa, negara-negara Islam masih jauh ketinggalan. Pembangunan ilmu sains yang rendah merupakan kegagalan yang memberi impak kepada kemunduran negara-negara Islam pada hari ini. Natijahnya, negara-negara Barat pasti menguasai bidang ekonomi dan intelek untuk jangka masa yang panjang. Walaupun kita telah melangkah ke abad 21, masih tidak nampak pergerakan atau perubahan yang ketara di negara-negara Islam untuk mencapai kebudayaan yang berteraskan sains.
Kegagalan kemajuan sains di kalangan negara-negara Islam juga berpunca dari kegagalan pemerintah mempertahankan kedaulatan dan sumber negaranya, menyediakan keperluan asas kepada rakyat jelata dan menubuh kerajaan yang benar-benar mewakili rakyat. Jika kita lihat krisis di negara-negara Islam semuanya adalah berpunca dari krisis politik. Tidak pernah berlaku dalam sejarah orang-orang Islam terjadi pemisahan kuasa politik dengan masyarakat. Dari Maghribi ke Syria, dari Iraq ke Pakistan dan Indonesia, orang-orang Islam telah diperintah oleh kumpulan minoriti yang mempunyai kuasa mutlak. Hampir semua pemerintah negara Islam mengamalkan korupsi dan penindasan rakyatnya daripada mempertahankan sumber alam atau kedaulatan negara masing-masing dan mereka lebih cenderung tunduk kepada campur tangan luar.
Kemelut ini juga telah menyebabkan negara-negara Islam jauh ketinggalan untuk bersaing dengan negara-negara lain dalam mengejar kemajuan dan melakukan penciptaan yang baru karena kurangnya ilmu dan peralatan.
BOLEHKAH ADA SAINS ISLAM?
Jawabannya ialah TIDAK.
Pertamanya, sains Islam itu tidak wujud dan semua usaha untuk membuat sains Islam telah gagal. Sebaliknya, sains moden amat nyata kewujudannya. Tanpanya kilang tidak dapat berfungsi, tentera tidak dapat berperang, penyakit tidak dapat dirawat. Dengan sains moden gambar dapat dihantar beribu batu dalam sekelip masa, pesawat jet dapat terbang melintasi benua, jantung yang rusak dapat diperbaiki, pelbagai spesis pokok dan binatang boleh dikaji dan diperbaiki di dalam makmal.
Belum ada sains Islam yang boleh digunakan untuk membina sebarang mesin atau perkakas, atau memproses bahan kimia untuk perubatan, atau membuat penemuan yang baru. Sebaliknya, mereka yang mendakwa pengamal sains Islam hanya sibuk dengan persoalan yang tidak bersangkutan dengan sains itu sendiri, seperti berapa kelajuan di Syurga, suhu di dalam Neraka, komposisi jin, formula untuk mengira kemunafiqan atau perbincangan Mikraj Rasulullah s.a.w. dengan menggunakan kaedah tiori relativiti Einstein.
Keduanya, sekadar menetapkan set prinsip moral dan agama (theology), betapa tinggi sekali pun derajatnya, tidak akan dapat mencipta sains yang baru. Contohnya, saintis A beragama Islam, saintis B menganuti agama berbagai Tuhan dan saintis C seorang atheis. Ketiga mereka ini terlibat dalam satu bidang kajian fiziks yang kompleks dan memerlukan banyak pengiraan matematik dan teori. Walaupun mereka mempunyai kepercayaan yang berbeda, apa yang akan dinilaikan adalah hasil kajian mereka secara professional dalam bidang yang dikaji. Justeru, pegangan agama tidak memain peranan dalam hasil kajian mereka. Seorang Muslim bernama Abdus Salam telah berkongsi Hadiah Nobel pada tahun 1979 bersama Steven Weinberg, seorang atheis, dalam bidang fiziks.
Satu lagi contoh ialah, kajian Galileo dan Newton. Kedua-dua mereka adalah orang-orang yang alim dalam agama Katholik, tetapi hasil kajian mereka bercanggah dengan pendapat gereja sehinggakan Galileo pernah dijatuhi hukuman bunuh. Tetapi hasil kajian sains mereka tetap sains. Ketiganya, tidak pernah dan masih belum wujud takrif sains Islam yang boleh diterima oleh orang-orang Islam sendiri. Sejak dari dahulu kala lagi terdapat perbedaan pendapat di antara orang-orang Islam berkenaan sains. Tetapi dikira bernasib baik kerana Islam orthodoks tidak memegang tampuk pemerintahan untuk mengekang perkembangan sains. Dalam zaman ini juga terdapat masalah perbedaan di antara sektarian Islam, termasuk di kalangan negara-negara Islam.
Contohnya, Iran telah memukau semua muktamar dalam sains Islam. Justru, sungguh sukar untuk mendapat persetujuan tentang takrifan sains Islam.Pendek kata, sains adalah sains dan tidak ada sains Islam atau sains Marxist, atau sains Dunia Ketiga. Usaha untuk mencari takfir baru berkenaan sains akan bertemu jalan buntu.Memang perkembangan dan kepakaran sains di Dunia Ketiga amat rendah. Bayangkanlah, jumlah penduduk di Dunia Ketiga adalah ¾ dari jumlah penduduk dunia, tetapi berpendapatan kurang 20% dari pendapatan kasar dunia dan menggunakan hanya 22% sumber alam. Seorang Amerika menggunakan 1,000 kali lebih sumber tenaga daripada seorang Afrika.
Dalam aspek ekonomi pula, negara Dunia Ketiga membayar hutang $150 billion pada tahun 1989 kepada bank-bank di negara-negara industri. Pergantongan ini bukanlah tidak sengaja, tetapi hakikatnya ialah perancangan negara-negara industri untuk mengekalkan status quo ini. Contohnya, pemerintah sebuah negara Dunia Ketiga dihasut supaya menjadi tamak dan memberi keutamaan untuk mengimpor barang-barang pengguna. Bekalan peralatan tentera mesti dibeli daripada negara-negara industri. Sumber-sumber alam semula jadi dieksploitasikan oleh syarikat multi-nasional sehingga menyebabkan berlakunya pencemaran alam dan kerosakan imbangan ekologi.
Jadi tidak perlulah kita mencari sains baru.Memangnya pada masa ini sains berjaya meningkatkan pengeluaran tetapi gagal dalam pengagihan kekayaan. Tetapi keadilan ini bukanlah di dalam ruang lingkup sains. Apa yang perlu dilakukan oleh negara-negara Dunia Ketiga ialah melengkap dan meningkatkan kemahiran sains.
APAKAH SAINS MODERN ITU SAINS BARAT?
Didalam konteks perjumpaan Islam dan modernitas yang lebih luas,penyerapan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial serta teknologi kedalam masyarakat Islam menjadi contoh yang sangat jelas untuk pertikaian intelektual yang telah muncul sekitar dua abad silam.²
Sejarah perdebatan didalam masyarakat muslim diseputar Islam dan sains secara jelas menunjukan fase-fase,salah satunya yang paling mutakir berpusat pada slogan ‘Islamisasi ilmu pengetahuan’ (lihat Al-azmeh 1996:120-2).Pada setengah abad silam,berbagai keadaan telah memaksa perbincangan khusus atas topik ini dobanyak kawasan Dunia Islam,namun tidak satu pun yang lebih jelas daripada dilingkungan Syi’ah dan khususnya diantara penulis Iran.
Inti masalah yang dibahas adalah persepsi tentang dikotomi penuh kecemasan antara kehidupan individual dan sosial seorang muslim yang dalam banyak hal telah dipengaruhi secara kuat oleh sains dan teknologi dan apa yang diekspresikan sebagai peradaban atau kebudayaan dari era yang hampir kadaluarsa.
Dari beberapa tokoh pemikir Iran kontenporer dalam perdebatn ini,mungkin yang paling menonjol dan kontroversial adalah ‘Abdul Karim Soroush’. Dia menjadi sosok terkemuka diIran pada tahun 1980-an dalam kebangkitan pembaharuan pendidikan menyusul Revolusi Islam dengan pergeseran ceramah dan tulisannya yang semula berupa pemikiran epistemologis kepada wacana yang lebih politis (lihat,misalnya wawancaranya dalam The Guardian, 6 dan 7 juni 1996 dan artikel dalam majalah Time, 23 juni 1997).²
Literatur mengenai subjek ini sangatbanyak,untuk provokasi pemikiran walaupun agak tidak sistematis,Lihat 1991.
Sejak itu ia mulai menarik perhatian internasional yang lebih besar, dan menjadi salah satu kelompok kecil sarjana Muslim yang datang untuk mewakili apa yang disebut ‘Islam Kritis’,didalam maupun diluar negara Islam.Namun demikian,saat ini kurang memperhatikan karya Soroush dalam masa terakhir,³ dan lebih memperhatikan karya sebelumnya yang dia fokuskan pada sifat hubungan antara sains dan agama.
Dua orang ahli sains Barat, Michael Moravscik dan John Ziman, pernah menulis berkenaan penyebaran sains ke Dunia Ketiga seperti berikut:
Dengan tamaddun industri Eropa datangnya sains Eropa. Ia merupakan ‘package deal’. Tidak timbul lagi persoalan sama ada sesuatu budaya itu maju atau mundur dengan mempunyai sains masing-masing: proses pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial kini tertakluk kepada tilikan materialisme yang rasional oleh Eropa pasca-Renaissance dan koloni-koloninya di Amerika Utara.
Buat masa ini, hanya sains Eropa patut dijadikan kuasa budaya yang dominan di seantero dunia. Di sini terdapat dua orang ahli sains Barat yang tidak segan silu mendabik dada menyuarakan bahawa bangsa Eropa adalah lebih ‘superior’. Justeru, adalah wajar tamaddun mereka diekspotkan ke Dunia Ketiga. Sikap ini tidak ada bedanya dengan sikap misi Kristian di zaman silam yang amat takjub dengan agama Kristian sebagai penyelamat manusia. Misi zaman baru ini mempunyai cita-cita untuk menjadikan sains Eropa sebagai kuasa budaya yang dominan di seantero dunia. Mereka beranggapan bahawa sejarah budaya dan saintifik tamaddun yang lain hanya layak dibaku sampahkan.
Ramai cerdik pandai Dunia Ketiga mengiktiraf teknik dan falsafah sains modern yang diasaskan di Eropa. Tetapi perlu diingat bahawa sumbangan tamaddun Cina, Islam dan Hindu wajar diberi pengiktirafan yang sepatutnya. Mampukah sains modern berkembang jika tamaddun-tamaddun tersebut tidak meletakkan asas sains itu? Sumber sains itu berakar umbi daripada berbagai budaya.Orangorang Yunani – yang dianggap sebagai pengasas sains modern – tidak akan mampu membuat berbagai inovasi dan ide tanpa sumbangan material dan intelektual dari negara-negara Asia dan Afrika. Oleh itu, adalah salah jika kita beranggapan bahawa sains dan teknologi itu berasal dari Eropa.Sekiranya orang beranggapan bahawa tamaddun Barat itu lebih ‘superior’, fikirkan semula natijah tamaddun Barat ditahanan Auschwitz dan ledakan bom atom diHiroshima. Bagaimanakah harus kita menilai suatu tamaddun yang telah mengakibatkan kesengsaraan yang begitu meluas di dunia kini?
Memang tidak dapat disangkal bahwa sumber terdekat sains modern adalah disebabkan oleh perkembangan budaya di Eropa – zaman Renaissance dan Revolusi Saintifik. Juga tidak dapat dinafikan bahawa tahap dan kuantitas kemajuan sains yang telah dilakukan di Eropa. Pembangunan awal sains yang berasal dari berbagai tamaddun merata tempat amatlah penting. Hanya setelah bermulanya tamaddun industri, sains telah menjadi sebagian budaya yang mempengaruhi hidup setiap individu di dunia ini.³ Beberapa penulis telah mendiskusikan gagasan-gagasan politik Soroush,diantaranya yang paling menarik perhatian adalah: Boroujerdi(1994,rev. 1996),dan Schirazi (1997: bab 16)
Inilah hujah yang dipropagandakan untuk membuktikan bahawa sains adalah kepunyaan Eropa.
Rekod sejarah kemanusiaan hanyalah lebih kurang 10,000 tahun. Tetapi sebelum itu juga telah terdapat berbagai zaman di mana tidak terdapat sembarang ilmu pengetahuan. Mungkin juga pada masa depan akan ada zaman-zaman yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan. Jadi, secara ilmu dan sains itu tidak relevan untuk dibincangkan. Apa yang dapat dikatakan ialah, perkembangan ilmu sains telah berlaku hanya beberapa ribu tahun yang lalu – manakala di Eropa baru empat ratus tahun saja. Kemungkinan mana-mana spesis yang mempunyai akal akan membangunkan ilmu sainsnya sendiri atas desakan kelangsungan hidup.
Manusia yang mempunyai daya fikiran dan berakal pasti akan membangunkan ilmu sains untuk maju. Oleh kerana sains merupakan natijah dari kecerdikan, adakah kelahiran sains modern di Eropa itu bermakna bangsa Eropa itu lebih cerdik? Sehingga hari ini penyelidikan psikologi modern masih belum mendapat bukti saintifik terhadap persoalan ini.
Isu kecerdikan manusia sejagat berkait rapat dengan persoalan yang ditimbulkan oleh Bertrand Russel yang berbunyi: “Bagaimanakah manusia berupaya mengetahui apa yang diketahuinya, padahal hidupnya hanyalah sebentar dan pergaulannya adalah secara peribadi dan terbatas?” Apa yang dipersoalkan oleh Russel ialah bagaimana setiap manusia dapat sebegitu banyak ilmu padahal hayatnya hanyalah antara 60-70 tahun saja. Teori linguistik modern mendapati persoalan Russel itu boleh dijawab berdasarkan penyelidikan saintifik.Penyelidikan tersebut merumuskan bahawa kebolehan berbahasa adalah sangat penting sebagai cermin akal dan keupayaan manusia untuk memahami sesuatu.
Seorang ahli falsafah linguistik, Noam Chomsky, menyatakan bahawa manusia mengetahui apa yang diketahuinya karena manusia itu dilahir untuk mengetahui.Maksudnya ialah manusia dilahirkan dengan keupayaan untuk berbahasa.Setiap manusia yang telah lahir mempunyai struktur mental untuk berfikir, yakni manusia hanya memerlukan stimuli tertentu untuk membolehkan dia menggerakkan proses berfikirnya secara kreatif. Penemuan Chomsky mengenai nahu atau grammar manusia yang universal menunjukkan bahawa,pada asasnya, pemikiran dan tingkah laku (behaviour) manusia adalah universal.Ia tidak bergantung kepada bangsa manusia itu semata-mata.Oleh itu,ilmu sains adalah milik intelek manusia sejagat dan warisan budaya yang universal.
PERTENTANGAN DI ANTARA SAINS DAN KRISTIAN DI ZAMAN PERTENGAHAN
Pertentangan di antara sains dan Kristian di zaman pertengahan dalam setiap agama yang berteraskan orthodoks, termasuk Islam fundamentalis kerap tidak senang kepada kaedah atau penemuan sains.Tetapi di dalam sejarah, Kristian orthodokslah yang menjadi seteru sains untuk jangka masa yang paling lama.Seribu tahun sebelum zaman Renaissance, Eropa dikuasai cengkaman kuku besi Gereja Kristian.Sikap Gereja yang tidak ada tolak ansur, prejudis, syak wasangka dan berkepercayaan tahyul (superstitious) telah membantu perkembangan sains.Akibat syak wasangka kepada pemikiran bebas, pihak gereja menindas semua ajaran yang tidak sealur dengan ajaran gereja.Akibatnya banyak orang-orang yang disyakki ahli sihir atau penyeleweng agama telah dibunuh dengan berbagai cara yang mengerikan: ada yang diikat antara dua ekor kuda dan dikoyak dua, ada yang digantung atau dibakar hiduphidup.Malah orang yang telah mati pun turut dihukum,seperti yang terjadi kepada Wycliffe yang bercanggah pendapat dengan Archbishop Ussher tentang penciptaan dunia.
Menurut Archbishop Ussher, penciptaan dunia bermula pada 9 pagi Ahad 23 Oktober 4004 B.C. (SM) Manakala Wycliffe memberi bukti berdasarkan fossil dan ilmu geologi bahawa dunia ini telah wujud lebih beberapa ratus ribu tahun.Walaupun Wycliffe telah mati sebelum dihukum, pihak gereja telah mengarahkan supaya kuburnya digali dan dihancurkan tulang belulangnya sebelum ditaburkan ke laut.
Mengapakah gereja begitu tegas menindas manusia yang mempunyai ide-ide baru tetapi berbeda dengan pendapat gereja? Antara sebab-sebabnya ialah:
(1). Gereja telah menentukan setiap peraturan sosial masyarakat, termasuk ritual sembahyang, makan dan minum, berkahwin dan seks. Agama Kristian zaman pertengahan merupakan peraturan hidup lengkap yang ditentukan oleh gereja.
(2). Kepatuhan kepada peraturan-peraturan di atas bergantong, dengan keupayaan gereja menguatkuasakannya, kepada pengikut-pengikut Kristian tanpa soaljawab.
(3). Pelanggaran kepada peraturan-peraturan tersebut, sama ada oleh sains atau lain-lain, boleh meruntuh dan memecahkan keseluruhan peraturan sosial pada masa itu.
(4). Sains dan pemikiran bebas dianggap sebagai ancaman dan perlu diharamkan. Penindasan pemikiran saintifik oleh gereja zaman pertengahan merupakan titik hitam kepada peradaban manusia.
Berikut adalah beberapa kisah pertentangan di antara sains dengan gereja:
(1).Doktrin yang mengatakan bumi ini adalah spiar (sphere) telah ditentang hebat oleh gereja.Alasannya ialah tidak masuk akal pokok-pokok tumbuh terbalik atau hujan dan salji jatuh ke atas.
(2).Mengikut fatwa St Paul penyakit merupakan kerja jahat syaitan.Pada pandangan gereja hantu-hantu adalah penyebab kemarau, ketidaksuburan pokok-pokok, pencemaran udara. Hantu-hantu ini berterbangan di bawah awan dan tertarik kepada darah dan wangian yang dipersembahkan kepada mereka sebagai tuhan-tuhan oleh manusia.
(3).Wabah penyakit, seperti cacar dan kepialu adalah bala Tuhan.Inokulasi melawan wabah berkenaan telah diharamkan oleh gereja dengan alasan bahwa cacar merupakan balasan dosa-dosa manusia terhadap Tuhan.
(4).Halangan yang serius terhadap perkembangan sains perubatan ialah pengharaman membedah mayat-mayat. St. Augustine mengecap mereka sebagai tukang sembelih (butchers).Gereja juga beranggapan bahawa ‘menganiaya’ mayat-mayat dapat membawa akibat yang buruk apabila mayat-mayat akan dihidupkan semula pada hari kiamat.
(5).Gereja mengatakan bahawa komet (tahi bintang) merupakan bola api yang dilemparkan oleh Tuhan kerana marah kepada kezaliman manusia di dunia.
(6).Ribut taufan adalah perbuatan syaitan-syaitan. Oleh itu ritual ‘pembersihan’ (exorcism) telah digunakan untuk melawan kuasa angin dengan membaca mantera-mantera dan membunyikan loceng-loceng gereja. Pada 7 Disember 1484, Pope Innocent VIII membuat fatwa bahawa ribut taufan adalah perbuatan ahli sihir untuk memusnahkan tanaman-tanaman. Mereka yang disyakki ahli sihir telah didera dan disiksa sehingga mati.
(7). Mengikut kepercayaan gereja, kilat petir adalah disebabkan oleh 5 dosa manusia:
a. Enggan bertaubat
b. Banyak membuat kesalahan
c. Tidak membaikki gereja-gereja yang rosak
d. Penipuan apabila membayar ‘zakat’ kepada paderi-paderi
e. Penindasan ke atas orang bawahan
Ada Pope yang mengatakan bahawa kilat petir itu adalah ‘jari Tuhan’.Dalam tahun 1752 Benjamin Franklin membuat ujian dengan layang-layang dan membuat penemuan bahwa kilat petir itu adalah kuasa elektrik.Penemuan ini ditentang oleh gereja sehinggakan mereka tidak menerima cadangan untuk melindungi bangunan tinggi, terutamanya gereja, dari panah petir dengan menggunakan ‘lightning rod’. Akibatnya banyak gereja yang tidak mempunyai pelindung petir.telah rusak dan banyak tukang bunyi loceng (bell ringers) mati kena panahan petir.
Keadaan tahap sains di negara-negara Islam Sekiranya kita naik pesawat dan terbang diruang angkasa negara-negara Islam, dari Karachi ke Tehran dan dari Dubai ke Riyadh, kita akan dapati banyak persamaan.Yang dimaksudkan persamaan ini bukanlah persamaan dari segi akidah, tetapi persamaan dari segi teknologi Barat dalam bentuk bangunan yang tinggi, lapangan terbang, lebuhraya yang sesak dengan kenderaan, antena TV, dll. Teknologi yang digunakan untuk menjana ekonomi negara-negara masingmasing, seperti menggali minyak, menggerudi, menapis dan pengangkutannya juga diimpor.Negara-negara Barat memberi kemudahan kepada negara-negara pengeluar bahan mentah ini menukar dengan barangan yang telah siap dikilang, seperti kapal terbang, senjata, peluru, sehinggalah kepada pembuka tin.
Allah Ta’ala telah mengaruniakan kepada negara-negara Islam kekayaan minyak mentah. Namun setelah dikaji, simpanan bekalan minyak ini bukanlah untuk selamanya karena lambat laun ia akan habis juga.Buat masa ini negara-negara pengeluar minyak ini menggunakan kekayaan tersebut untuk membiayai keperluan negara masing-masing, sama ada untuk keperluan domestik atau peperangan.Telah dibuktikan oleh sejarah bahwa masyarakat yang tidak produktif akan menghadapi kehancuran dan seterusnya akan dipinggirkan.Justeru, telah banyak kedengaran dikatakan bahwa negara-negara Islam atau Dunia Ketiga perlulah melakukan pemindahan teknologi daripada negaranegara maju.Pada masa yang sama terdapat juga suara-suara yang mendakwa bahawa ada konspirasi dunia Barat untuk memastikan negara-negara Islam tidak akan maju dan mesti terbelakang dari segi teknologi. Adakah dakwaan begini yang sebenarnya telah menyebabkan negara-negara Islam terbelakang?
Dari kajian, didapati terlalu banyak percanggahan pendapat tentang sebabsebab kemunduran saintifik di negara-negara Islam. Dari satu sudut, didapati bahwa negara-negara Islam kini dicengkami oleh teknologi Barat serta penggunaan (consumerism) yang berdasarkan pasaran, yakni dari kesan hasil Revolusi Saintifik. Oleh itu, sains diperlukan untuk menjana ekonomi sesebuah negara. Jadi tidak masuk akal sekiranya orang-orang Islam sendiri menolak sains. Dari sudut yang lain, teknologi dan pasaran telah menyebabkan berlakunya identitas yang seragam dan menghikis identitas lama.
Pemikiran tradisional merasa terancam atau kurang senang dengan sifat-sifat sains yang memerlukan banyak pertanyaan serta perkembangan ide.Ini telah menyebabkan berlaku pertentangan di antara Muslim yang modenis dan Muslim tradisional terutamanya di negara-negara yang diperintah oleh fahaman orthodoks.
Pernah berlaku dalam satu konferens negara-negara Islam timbul persoalan sama ada sains itu Islamik atau tidak. Ada yang beranggapan bahawa sains itu sekular maka ia bercanggah dengan akidah.Sekarang kita berbalik kepada isu kedudukan sains di negara-negara Islam.Bagaimanakah status sains itu boleh diukur kerana sains itu terlalu luas dan merangkumi kehidupan harian manusia yang juga telah banyak berubah mengikut masa?
Kaedah kajian boleh didasarkan kepada empat faktor:
(1). Sains sebagai faktor utama untuk menyenggara dan membangunkan proses yang produktif untuk kesejahteraan hidup masyarakat.
(2). Sains merupakan keperluan ahli sains yang terlibat secara langsung dan penuh masa.
(3). Sains merupakan anasir atau elemen yang diperlukan di dalam sistem pendidikan masyarakat.
(4). Sains sebagai salah satu pengaruh yang boleh membentuk fahaman dan sikap manusia terhadap alam ini, - dari sudut saintifiknya, yakni penggunaan prosedur berkaedah seperti pemerhatian, ujian, pengklassifikasi dan pengukuran untuk mencapai kepada kesimpulan tentang sesuatu pengetahuan.
PEMBENTUKAN KEBUDAYAAN ISLAM SUATU TINJAUAN HISTORIS-FILOSOFIS
Agama pada umumnya diyakini mengandung ajaran-ajaran yang berasal dari Tuhan Yang Mahatahu dan Mahabenar. Oleh karena itu, ajaran-ajaran agama yang bersifat absolut dan mutlak benar yang harus diterima oleh pemeluknya. Ajaran-ajaran itu merupakan dogma-dogma yang kebenarannya tidak bisa lagi dipermasalahkan oleh akal manusia. Dalam agama terdapat sikap dogmatis untuk mempertahankan yang lama dan telah mapan dan tidak bisa menerima bahkan menentang perubahan dan pembaruan.
Perlu ditegaskan bahwa dalam Islam yang bersifat maksum yang terpelihara dari kesalahan dalam soal ijtihad-hanyalah nabi Muhammad. Selain beliau, bahkan termasuk para sahabat bisa saja berbuat salah dalam ijtihad mereka. Oleh karena itu,ajaran-ajaran yang dihasilkan oleh para sahabat,para tabiin dan para ulam sesudah mereka, tidaklah bersifat absolut dan mutlak benar,tetapi bersifat relatif dan nisbi kebenarannya. Kalau ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Quran yaitu yang ayatnya qath’iy al-dalalah dan ajaran-ajaran dalam hadis mutawatir mengikat bagi seluruh umat Islam, ajaran-ajaran yang dihasilkan para sahabat,para tabiin dan para ulama masa silam,tidak mempunyai sifat mengikat.Sebai ajaran-ajaran yang kebenarannya bersifat nisbi dan relatif,ajaran-ajaran itu boleh diikuti dan boleh pula tidak diikuti,walaupun jumlahnya terbanyak(95%) dibandingkan ajaran-ajaran yang bersifat absolut (Al-Quran dan hadis mutawatir).
Jelas kiranya bahwa dogma dalam islam sedikit jumlahnya. Oleh karena itu Islam bukan agama yang dogmatis. Pemikiran dalam Islam tidak bersifat dogmatis dan tidak terikat pada dogma yang banyak jumlahnya. Islam sebenarnya mengajak pemikiran terbuka serta raisonal,pandangan luas dan sikap dinamis. Bahwa Islam mengajarkan demikian dibuktikan oleh perkembangan pemikiran keagamaan dan kebudayaan pada Zaman Klasik atau keemasan Islam yang bermula dari pertengahan abad ketujuh dan berakhir pada pertengahan abad ketiga belas M.
Pada Zaman itu yang berkembang bukan hanya kebudayaan dalam bentuk pemikiran filosofis, sains, arsitektur, kesenian dan lain-lain tetpai juga pemikiran keagamaan sendiri.
Pemikiran rasional yang dipakai para sahabat, tabiin serta ulama pada Zaman itu selain tidak terikat kecuali pada ajaran dasar yang bersifat absolut,juga tidak terikat pada arti tekstual dari ayat. Arti tersurat jika perlu ditinggalkan dan arti tersiratnya diambil.
Dalam menghadapi serangan-serangan yang berdasarkan argumen filosofis dari musuh Islam pada Zaman permulaan Islam,kaum mu’tazilah memakai oula filsafat sebagai argumen mereka. Dalam filsafat kedudukan akal tinggi,maka kaum mu’tazilah banyak memakai akal dalam memahami ayat-ayat Al-Quran. Arti lafzhi ayat mereka tinggalkan dan mengambil arti majazi atau artinya tersirat. Sebagai akibatnya muncul tuduhan bahwa kaum mu’tazilah mengutamakan akal daripada wahyu. Muncullah masalah akal dan wahyu dalam teologi Islam. Sejauh manakah kekuatan akal dalam mengetahui masalah agama dan apa fungsi wahyu didalamnya.
Dalam Tasawuf yang berkaitan dengan ibadah,timbul pengalaman rohani. Tujuan tasawuf adalah pendekatan diri kepada ALLAH SWT. Dalam pendekatan diri terhadap Tuhan itu,syufi menempuh jalan panjang yang berisi stasiun-stasiun. Stasiun yang dekat kepada Tuhan adalah ma’rifah dan ittihad. Dalam ma’rifah kalbu sufi sudah melihat Tuhan dan dalam ittihad sufi sudah merasakan ruhnya bersatu dengan Tuhan. Disini terdapat dua pengalaman rohani, pengalaman ma’rifah yang diamalkan oleh golongan sunni dan pengalaman ittihad yang kurang diterima oleh golongan sunni tetapi diamalkan oleh golongan syi’ah.
Demikian pemikiran dan pengalaman keagamaan yang berkembang sesudah Islam meluas kedaerah-daerah disemenanjung Arabia yaitu perkembangan yang didasarkan atas ajaran-ajaran pokok yang terdapat dalam Islam dizaman klasik hanya terikat pada ajaran dasar Al-Quran dan hadis yang jumlahnya sedikit.
Dalam bidang kebudayaan,perkembangan terjadi dalm bidang pemikiran filsafat. Didaerah-daerah luar semenanjung Arabia yang jatuh kedalam kekuasaan Islam telah lama berkembang filsafat dan sains Yunani seperti Aleksandria di Mesir, Antakia di Suriah, Jundisyapur di Irak, dan bactra di Persia. Ulama Islam Zaman Klasik cepat berinteraksi dengan kebudayaan Yunani itu.
Al-Quran dan hadis menjunjung tinggi kedudukan akal dan kebebasan berfikir memungkinkan umat, khususnya para ulam pada Zaman Klasik, mempelajari kebudayaan rasional yang itu. Maka muncullah pemikiran filosofis dalam islam. Pandangan luas serta terbuka dan pemikiran rasional yang terikat hanya pada sedikit ajaran absolut membuat filosof Islam seperti Al-Kindi, Ibn Thufail, Al-Farabi, Ibn Miskawaih, Ibn Sina, Ibn Rusyd, dan lain-lain dapat menerima filsafat Pytagoras, Plato, Ariestoteles dan lain-lain. Sesungguhnya filosof-filosof itu bukan orang beragama. Filsafat mereka dapat dengan mudah disesuaikan dengan filosof-filosof Islam itu dengan ajaran dasar Al-Quran. Konsep ide tertinggi Plato, Pergerakan pertama Ariestoteles danYang Mahasatu Plotinus mereka idientikan dengan ALLAH SWT. Bahkan Al-Farabi berpendapat bahwa Plato dan Ariestoteles termasuk dalam jumlah nabi-nabi yang tidak disebut namanya dalam Al-Quran. Oleh karena itu, Ia berusaha keras untuk mendamaikan filsafat Ariestoteles dengan filsafat Plato,guru Ariestoteles.
Kaum filosof Islam juga membahas jiwa yang didalam Al-Quran disebut al-nafs dan al-ruh. Tetapi ayat-ayat Al-Quran tidak menjelaskan hakikat al-nafs dan al-ruh itu.
Ibn Sina lah yang menyumbangkan filsafat jiwa yang orisinal. Sebagaimana Ariestoteles ia membagi jiwa kepada tiga bagian. Pertama, jiwa tumbuh-tumbuhan dengan daya makan,tumbuh dan berkembangbiak.Kedua, jiwa binatang dengan daya gerak tempat dan daya mengetahui. Yang orisinal dari Ibn Sina adalah pembagian daya mengetahui menjadi daya indra luar, melihat, mendengar, mencium, merasa dan meraba;dan panca indra dalam yang terdapat diotak. Kelima indera dalam itu ialah indera bersama yang menyalurkan semua kesan yang diterima panca indera luar keindera dalam. Kedua, indera penggambar (al-khayyal) melepaskan kesan-kesan itu dari materinya. Indera yang ketiga adalah indera pengreka (al-mutakhayyilah) yang menghubungkan kesan-kesan satu dengan yang lain. Penganggap (al-wahmiyyah) adalah indera keempat yang menangkap arti dari kesan-kesan itu. Indera kelima, pengingat (al-hafzhah) menyimpan arti-arti yang diabstrakkan indera keempat.
Pembagian terinci ini tidak dijumpai dalam filsafat Ariestoteles dan filosof-filosof lainnya. Filsafat Ibn Sina ini menjelaskan proses kesan atau gambaran yang mempunyai dimensi abstrak menjadi arti. Daya penganggap dari otak binatanglah yang mengambil arti dari gambaran yang diberikan panca indera luar kepada panca indera dalam.
Dalam bidang sains timbul saintis atau ulama dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Karena pada zaman klasik,filsafat belum dipisahkan dari sains,tetapi keduanya merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan, maka filosof-filosof (Ibn Sina dan Ibn Rasyd) adalah dokter yang meninggalkan ensiklopedia dalam ilmu kedokteran yang pada abad keduabelas diterjemahkan kedalam bahasa latin dan dengan demikian mempunyai pengaruh bagi perkembangan ilmu kedokteran didunia Barat zaman Pertengahan Eropa. Ensiklopedia dalam ilmu kedokteran yang dikarang dokter-dokter Islam itu sampai abad kedelapanbelas M. Masih dipakai diuniversitas Eropa.
Dalam matematika,bersam ilmu kedokteran yang besar peranannya dalam kehidupan modern sekarang juga berkembang ditegah ulama-ulama Islam. Nama ulama yang termasyhur dalam bidang matematika adalah Al-Khawarizmi. Ialah yang pertama mengarang buku dalam ilmu hitung dan aljabar, yang teks arabnya telah hilang. Yang tertinggal hanyalah terjemahannya dalam bahasa Latin. Istilah algorisme atau algoritme berasal dari nama Al-Khawarizmi. ‘Umar Al-Khayyam dan Al-Thusi adalah ulama yang terkenal dalam bidang matematika. Angka nol adalah ciptaan ulama Islam. Pada tahun 837 angka itu telah dipakai didunia Islam,sedangkan diIndia baru tiga tahun kemudian. Angka yang dipakai ulama Islam dalam matematika dibawa ke Eropa pada tahun 1202 M. Oleh karena itu, angka 0,1,2 hingga 9 yang dipakai sekarang dalam ilmu hitung di Eropa dikenal dengan angka arab.
Dalam Astronomi, buku-buku karangan Ilmuwan Yunani separti Prolomeus dan Archimedes diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Ulama astronomi Islam yang terkenal antara lain Al-Fazzari dan ‘Umar Al-Khayyam. Mereka juga mengarang buku astronomi seperti halnya buku dalam cabang sains lain,diterjemahkan kedalam bahasa Latin untuk diajarkan ke Eropa. Observatorium didirikian diberbagai kota seperti Baghdad,Damsyik,dan Kairo didunia Islam bagian timur dan Sevilla serta kota-kota lain di Andalusia,dunia Islam bagian Barat.
Dalam ilmu kimia, menurut orientalis Prancis,Lebon,apa yang diperoleh ulama Islam dari peninggalan Yunani tidak banyak. Ulama besar dalam ilmu kimia adalah Jabir bin Hayyan dan Zakaria Al-Razi yang di Eropa masing-masing dikenal dengan nama Gaber dan Rhazes. Karena kesungguhan dan ketekunan dalam penelitian kimi. Al-Razi menjadi rusak pengelihatannya. Kalau zaman Yunani, Kimia banyak berdasar pada spekulasi,ditangan ulama islam ilmu itu berkembang atas dasar eksperimen.
Kebudayaan dalam dibidang Arsitektur mengambil bentuk masjid yang indah dan megah dengan menaranya yang menjulang kelangit.Masjid-masjid demikian masih bisa dilihat di Istanbul,Kairo,Isfahan dan kota-kota islam lainnya. DiSpanyol masih dapat dijumpai masjid-masjid indah dan megah,tetapi tidak dipakai untuk tempat beribadah.
Kebudayaan dalam bidang seni mengambil bentuk kaligrafi yang pada zaman modern ini dihidupkan kembali. Seni lukis juga berkembang pada zaman lampau.Hanya didunia seni lukis manusia dijauhi,demikian juga membuat patung manusia.karena khawatir akan disembah orang awam yang tak begitu kuat tauhidnya.Didunia Syi’ah menggambar manusia dalam seni lukis tidak masalah.
Dari uraian diatas terlihat bahwa zaman klasik islam, kebudayaan islam mengambil bentuk yang tinggi,sebagaimana nyata dari perkembangan filsafat, sains, arsitektur, dan seni lukis. Kebudayaan islam pada zaman itu mengambil bentuk peradaban yang tiada taranya didunia. Eropa pada zaman itu masih berada pada zaman kegelapan dan pertengahannya,Bizantium dalam keadaan mundur dan dihancurkan Kerajaan Turki ‘Ustmani pada 1453 M,sedangkan Amerika belum muncul. Rusia dan lain-lain belum kedengaran namanya.
Peradaban yang tinggi itu melalui filsafat dan sainsnya yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin diToledo (Spanyol) dan Polermo (sisilia) mengeluarkan Eropa dari zaman kegelapannya dan memasuki zaman Renaisans untuk kemudian memasuki zaman modern pada abad keenambelas M.
Dalam sains,teori evolusi dan konsep hukum alam atau sunnatullah yang tidak berubah-bah bertentangan dengan ajaran kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan yang terdapat dalam teologi Al-Asy’ari.Tetapi oleh umat zaman pertengahan Al-Asy’ari diyakini bersifat absolut dan tak boleh ditentang.sains hilang dari dunia Islam juga karena orientasi keakhiratan yang dibawa tarekat-tarekat yang sangat berkembang diDunia Islam pada Zaman Pertengahan. Timbul keyakinan bahwa soal dunia adalah soal yang remeh . Bahkan timbul ajaran bahwa dunia adalah bangkai dan yang mengajarkannya hanyalah hewan.Dunia dianggap tidak ada harganya.Islam mengalami kemunduran dalam bidang pendidikan, pemikiran, filsafat dan sains.Madrasah-madrasah hanya mengajarkan ilmu agama.
Sedangkan tidak seperti halnya Bani Abbas,kemajuan politik dan ekonomi kerajaan Turki ‘Utsmani, kerajaan Safawi dan kerajaan Mughal tidak diimbangi oleh kemajuan dalam bidang peradaban. Ketiga kerajaan itu besar dibidang politik dan ekonomi,tetapi lemah dalam bidang pemikiran, sains dan filsafat.
Pada saat itu,keadaan di Eropa yang sebelumnya berada dalam keadaan gelap mulai mengalami perubahan Kemajuan bidang filsafat dan sains yang ada di Baghdad juga dibawa ulama Islam ke Andalusia,Spanyol Islam. Di Cordoba dan Sevilla berdiri universitas-universitas Islam. Yang datang mencari ilmu kesana bukan hanya orang-orang Islam saja tetapi juga orang-orang non-Islam dari Eropa.
Setelah orang-orang Eropa ini menguasai bahasa Arab serta filsafat yang dikembangkan ulama Islam, buku-buku Arab mereka terjemahkan kedalam bahasa Latin. Dengan demikian,bukan sains dan filsafat Islam saja yang mereka pindahkan ke Eropa,tetapi juga pemikiran rasional Islam untuk menggantikan pemikiran dogmatis yang dikembangkan Gereja di Eropa.
Semua ini membawa kepada timbulnya Renaisans di Eropa.Eropa mengalami kebangkitan sejak tidurnya yang nyenyak.Pemikiran filosofis dan sains yang diambil orang Eropa dari Dunia Islam,mereka kembangkan dan pada abad keenambelas M. Masuklah Eropa keZaman Modern.
Ini semua dimungkinkan karena ekonomi Eropa juga meningkat.Dari sains yang diperoleh orang Eropa dari Islam mereka mengetahui bahwa dunia ini bundar,maka untuk pergi kesumber sutra dan rempah-rempah di Timur,jalan bukan hanya melalui Timur Tengah,tetapi sumber kekayaan itu jaga dapat dicapai melalui jalan Barat atau jalan Selatan.
Ekonomi yang meningkat dan pemikiran rasional yang berkembang membawa Eropa kezaman modern yang ditandai dengan kemajuan dalam pemikiran dan sains serta teknologi.Setelah lama Eropa tak mempunyai Adikuasa,mulailah muncul disana pada abad kedelapanbelas M. Dua Adikuasa yaitu Inggris dan Prancis.
Ketiga Adikuasa Islam, Kerajaan Turki ‘Utsmani,Kerajaan Safawi dan Kerajaan Mughal kini menghadapi saingan. Sementara itu pemikiran rasional dan orientasi dunia yang telah hilang dari dunia Islam digantikan dengan pemikiran tradisional dan orientasi akhirat tidak dapat mengembangkan sains dan teknologi.DiEropa berkembang cepat sains dan teknologi sedangkan didunia Islam tidak ada sains dan teknologi.
Maka dalam persaingan ini Inggris dan Prancis dengan sains dan teknologinya mengungguli ketiga Adikuasa Islam.Persenjataan Kerajaan ‘Ustmani,Kerajaan safawi dan Kerajaan Mughal yang masih tradisional tak dapat mengimbangi persenjataan Inggris dan Perancis yang modern.Maka dalam peperangan antara dunia Islam dan Barat,Dunia Islam senantiasa mengalami kekalahan.
Jangankan melawa Inggris dan Perancis,melawan Spanyol dan Portugal,keduanya hanya merupakan dunia kecil,Dunia Islam tak sanggup.spanyol dan Portugal menyerang dunia Islam sebagai balas dendam terhadap umat Islam yang menguasai daerah mereka diEropa untuk lebih dari 700 tahun.DiTimur jauh Spanyol dan Portugal dapat menjajah beberapa daerah seperti Filipina oleh Spanyol dan Timor-Timor oleh Portugal.
Sejarah membuktikan bahwa Eropa menghasilkan adikuasa-adikuasanya karena kemajuan sains dan teknologinya dan dalam Islam kehilangan adikuasa-adikuasanya karena tidak lagi mengembangkan sains dan teknologinya.
Beberapa contoh perdebatan antara sains dan kepercayaan tradisional:
(1). Konflik yang agak terlihat di antara ilmu sains dan tradisional ialah mengenai mukjizat.Untuk membincangkan perkara ini, pada tahun 1987 telah diadakan satu persidangan dengan temanya “ Mukjizat Saintifik Al-Qur’an dan Sunnah”.
(2). Perbedaan pendapat mengenai anak bulan Ramadhan di antara ulama dan mereka yang bersandarkan kepada ilmu sains.Ini adalah karena penglihatan anak bulan itu berbeda dari satu tempat ke satu tempat.Begitu juga dengan Idul Fitri. Pihak saintifik lebih cenderung supaya digunakan kaedah astronomi modern karena kedudukan bulan itu boleh dikira dengan tepat. Ini boleh menyeragamkan bermulanya puasa dan idul-fitri. Pihak ulama juga tidak setuju karena mereka perpegang kepada kaedah melihat bulan itu.
(3). Ramalan cuaca juga menjadi isu perdebatan. Muslim modernis berpadukan kepada hukum alam untuk membuat ramalan cuaca, terutamanya hujan. Mereka juga berpendapat bahawa sholat memohon hujan hanyalah doa untuk hujan turun tetapi manusia tidak boleh mengharapkan Tuhan mengubah hukum alam semata-mata karena doa. Bagaimanapun, di hampir semua negara-negara Islam jabatan kaji cuaca menggunakan peralatan meteorologikal modern yang mendapat maklumat dari satelit dan aplikasi hukum fiziks untuk meramalkan cuaca dan hujan. Tetapi masih terdapat Muslim orthodoks yang beranggapan bahawa ramalan hujan adalah diluar bidang manusia karena itu hak mutlak Tuhan. Apabila datang musim kemarau, mereka akan melakukan solat hajat supaya hujan turun.
(4). Teori Darwin atau disebut Darwinisme dianggap sebagai ancaman kepada akidah di dunia Islam. Teori ini pernah diperkenalkan oleh seorang Arab bernama Shibli Shumayyil pada tahun 1910 ke dunia Arab. Ia telah menjadi perdebatan yang sungguh panas sehingga diisytihar jihad ke atas ‘racun Darwinisme’. Seorang ahli kajihayat Sudan, Farouk Mohammed Ibrahim pula telah dipenjara dan disiksa karena mengajar teori Darwin.
(5). Pada hari ini masih terdapat universitas-universitas yang mengamalkan sistem tradisional mengajar teori astronomi Ptolemy, yakni teori yang mengatakan bahwa bulan dan matahari yang mengelilingi bumi, manakala bumi yang statik. Teori yang diterima dan dipakai umum ialah teori Copernicus, tetapi ia diajar sebagai hypothesis saja.
(6). Pada tahun 1982 Sheikh Abdul Aziz Ibn Baz dari Saudi Arabia telah mengarang buku berjudul ‘Pergerakan matahari dan bulan dan bumi yang statik’, serupa dengan teori Ptolemy. Ini juga menyanggah dengan teori yang dipakai oleh dunia astronomi. Walaupun Saudi Arabia merupakan negara Islam pertama menghantar manusia ke angkasa lepas, tetapi malangnya dia lebih sibuk hendak mencari arah Qiblat daripada mengkaji teori Ptolemy dan Copernicus.Perbedaan perkembangan sains dan ide modern di dunia Islam bukanlah satu yang diherankan lagi.Walaupun 1/5 penduduk dunia beragama Islam tetapi tidak mempunyai dampak di dalam dunia penyelidikan saintifik. Kebanyakan negara-negara Islam bergantung kepada teknologi Barat. Ini amat terarah didalam Peperangan Teluk
MENGAPAKAH MASALAH INI BERLAKU?
Masalah yang paling mudah dilakukan ialah menyalahkan Agama Islam itu sendiri, sama dengan pandangan Barat. Mereka menganggap bahawa Islam pada dasarnya tidak mampu berbudaya saintifik modern. Malah banyak para Orientalis mengatakan bahawa Islam itu hanya berpaut pada masa silam dan tidak menggalakkan pengalaman baru atau perubahan. Mereka seterusnya mendakwa bahawa Islam dan kemodernan itu berlawanan kerana Islam menolak budaya yang rasional dan saintifik. Seorang ahli sosiologi German, bernama Max Weber, mengatakan bahawa Islam itu adalah agama pahlawan semata-mata yang tidak serasi dengan masyarakat kapitalis yang rasional. Serangan-serangan sedemikian memang tidak dapat dibendung lagi dan kemungkinan besar menyebabkan masyarakat Islam menjadi defensif dan bersikap tertutup dan tidak mendengar kritikan yang dianggap menghina.
Akhirnya, masyarakat Islam tidak mau menerima hakikat masalah yang melanda umat ini di seluruh dunia. Dalam mencari penyelesaian kepada masalah dan kemungkinan untuk membangunkan sebuah masyarakat Islam yang berorientasikan sains, telah timbul tiga golongan pemikir yang disebut sebagai, pengamal semula (restorationist), pembinasemula (reconstructionist) dan pragmatis (pragmatist). Yang disebut sebagai pengamal semula ialah mereka yang berpendapat bahawa Islam harus dipraktikkan seperti pada masa silam dan menyalahkan kegagalan dan kekalahan disebabkan orang-orang Islam telah menyimpang dari Jalan Yang Lurus. Ini telah menyebabkan bertambah pergerakan-pergerakan fundamentalis di sekitar tahun 1970an dan 1980an di seluruh dunia Islam. Mereka mengiktihar jihad terhadap sekularisme, kapitalisme, sosialisme dan komunisme. Mereka juga mengiktihar jihad terhadap prinsip yang mengatakan bahawa hanya pemikiran manusia saja yang boleh memandu kehidupan manusia. Juga jihad terhadap apa-apa yang mempeloporkan pemikiran sekular, pemikiran dan kaedah sains modern. Antara mereka di dalam golongan ini ialah Maulana Abul Ala Maudoodi dan Maryam Jameelah.
Kumpulan pembina semula pula mempunyai pemikiran yang jauh berbeda karena mereka merasakan akidah itu perlu ditafsir semula dengan ajaran dan tradisi Islam supaya serasi dengan tamaddun modern. Mereka berpendapat bahwa Islam semasa zaman Rasulullah s.a.w. dan Khulafah ar-Rashidin adalah progressif, liberal dan rational. Antara mereka yang berfikiran begini adalah Syed Ahmad Khan dan Syed Ameer Ali.
Kumpulan pragmatis berpendapat bahawa keperluan agama itu tidak ada sangkut paut dengan kehidupan politik dan ekonomi atau pengetahuan sains dan sekular. Mereka berpuas hati dengan kepercayaan bahawa Islam dan pemodernan itu tidak bercanggah. Salah seorang pemikir pragmatis ialah Syed Jamaluddin Afghani. Pada dasarnya mayoritas orang-orang Islam di dunia berpegang kepada pandangan pragmatis. Pemimpin-pemimpin dunia Islam seperti Mohammad Ali Jinnah, Gamal Abdul Nasser, Ahmed Sukarno, Habib Bourguiba, Zulfiqar Ali Bhutto, malah Saddam Hussien adalah di antara mereka yang menyeru kepada pengikutnya bertindak dan bukannya sepakat menghormati Islam saja.
Walaupun kumpulan fundamentalis (pengamalsemula) kian berkembang pada masa ini, tetapi aliran pragmatis masih menjadi mayorits Muslim hari ini.Bagaimanapun, masyarakat Islam masih belum mempunyai keupayaan dan kemauan untuk menghadapi jabaran pemodernan pada hari ini. Masa depan sains dan tamaddun dalam Islam bergantung kepada kemauan masyarakat Islam itu sendiri sama ada hendak bergerak ke hadapan atau bersikap pasif saja.
HUBUNGAN ANTARA GOLONGAN ISLAM MODERN DAN TRADISI
Golongan tradisi tidak juga senantiasa berdiam diri dan bersikap statis. Mereka pun mengadakan perubahan-perubahan dalam kalangan mereka,pada mulanya dengan mengorganisasi dari dalam Nahdatul Ulama (1926) dan persatuan Tarbiyah Islamiah (1929) dan juga dengan mengadakan perubahan lain.Mereka melakukan perubahan dalam sekolah yang mereka dirikan dengan memperkaenalkan sistem kelas disertai kurikulum.Mereka mencontoh cara-cara kalangan modern dalam propaganda,seperti mengadakan tabligh bukan saja dimasjid tetapi di tempat lain.,mereka juga menerbitkan majalah dan brosur.Dalam tahun 1935 Perti malah memperkuat pendapat terdahulu dikalangan modern Islam bahwa harta pendapatan harus tuduk pada hukum faraidh.
Bila perubahan-perubahan ini telah masuk kekalangan tradisi, tidaklah lama berlangsung untuk tumbuhnya persetujuan dan pendekatan antara kedua kalangan, (tradisi dan modern). Kedua pihak memang tetap dalam pendirian masing-masing dalam masalah agama, tetapi mereka pun mulai menyadari bahwa dasar ajaran mereka seperti dibakukan dalam rukun Islam dan rukun Iman adalah sama. Rukun Islam meliputi pengakuan terhadap ALLAH, Muhammad sebagai rosul, Shalat, zakat, puasa Ramadhan dan naik haji. Rukun Iman mengenai pengakuan percaya kepada ALLah,terhadap Malaikat, Kitab-kitab yang diturunkan-Nya, Rosul-Nya, hari kemudian dan nasib baik dan buruk. Rukun ini ajaran dasar yang harus dihafal dan dipelajari baik-baik oleh anak-anak Islam dari masa kecilnya.
KESIMPULAN
Pembahasan diatas menunjukan bahwa antara Iman dan Ilmu dalam Islam hanya dapat dibedakan,tetapi tidak dapat dipisahkan.Setelah itu kita juga melihat bukti dalam sejarah ternyata umat Islam zaman pertengahan berjasa dalam pengembangan sains.
Pengungkapan jasa umat Islam dalam pengembangan sains bukan hanya sekedar untuk “bernostalgia”.Lebih dari itu,tujuannya adalah untuk membangkitkan etos keilmuan dkalangan umat Islam,sebagai pangkal dibangunnya kembali tradisi intelektual yang terbuka,kritis dan kreatif.Sebab salah satu yang sangat terasa dalam masa-masa kemunduran umat Islam sekarang ini ialah melemahnya etos keilmuan dan tradisi intelektual (Nurcholish Masjid,1998:9).
Sains didunia Islam saat ini sangat menyedihkan.Nurcholish Masjid (1998:9)menyatakan bahwa sekarang ini Dunia Islam merupakan kawasan bumi yang paling terbelakang diantara penganut-penganut agama besar.Negara-negara Islam jauh tertinggal oleh negara-negara penganut agama lain.Umat Islam sangat terbelakang dalam bidang sains dan ketinggalan oleh Eropa Utara, Amerika Utara, Australia dan Selandia baru yang memeluk agama protestan; oleh Eropa Selatan dan Amerika Selatan yang menganut agama Khatolik Romawi; Oleh Eropa Timur yang menganut agama Khatolik Orthodoks; Oleh Israel yang Yahudi; Oleh india yang mayoritas memeluk agama Hindu; Oleh cina, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Jepang yang menganut agama Budha-Taois; dan oleh Taiwan yang Budhis. Jadi tegasnya, ”Nurcholis Masjid”, tidak ada satupun agam besar dimuka bumi ini yang lebih rendah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya daripada Islam”.
DAFTAR PUSTAKA
___ Deliar Noer(1900-1942), Geakan Modern Islam di Indonesia,Jakarta:PT Pustaka LP3ES Indonesia.
___ Drs. Atang Abd. Hakim,Ma., Dr. Jaih Mubarok,Metedologi Studi Islam,Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
___ Farhad Daftary (ed.)(2001),Tradisi-tradisi Intelektual Islam,Jakarta:Erlangga.
___ John Cooper, Ronald L. Nettier, Mohamed Mahmoud(2000), Pemikiran Islam, Jakarta:Erlangga.
___ Prof. Dr. Harun Nasution(1995), Islam Rasional, Bandung: Mizan.
versi doc. Sains Dunia Islam Masa Kini